Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.⊂((・▽・))⊃
Elegan, bersih, dan antik, begitu yang terlintas di pikiran Bella saat baru sampai di depan rumah Gwen. Meski rumah itu berada di daerah sempit dan jauh dari kota, rumahnya tampak sangat nyaman. Bella pun tersenyum dan terus mengikuti Gwen dari belakang. Ya, Bella ke rumah Gwen setelah wanita itu menawarinya. Bella sebenarnya ragu karena mereka belum kenal lama. Tetapi, setelah Gwen merawatnya beberapa hari di rumah sakit, Bella memiliki perasaan bahwa Gwen adalah orang baik. Tidak ada celah untuk mengira bahwa Gwen adalah orang jahat yang bisa saja memanfaatkan kelemahannya.
"Selamat datang di rumahku, Bella," ucap Gwen. Bella tersenyum dan mengangguk tipis.
"Sini, biar aku tunjukkan dimana kamarmu," ucap Gwen. Bella kembali mengikuti Gwen dari belakang. Mereka lantas berhenti di depan sebuah kamar dekat dengan ruang tamu.
"Kau akan tidur disini," ucap Gwen seraya membuka pintu. Bella mengamati kamar tersebut. Sepertinya, sudah lama kosong. Tetapi, tidak tampak kotor sama sekali.
"Mm, Gwen. Kau yakin akan membiarkan aku tinggal disini?" Tanya Bella.
"Tentu saja. Memang kenapa?"
"Aku takut merepotkanmu. Aku tidak hanya sendiri, Gwen. Aku datang bersama kedua anakku," ucap Bella.
"Selama ini aku hidup sendiri. Jadi, aku justru senang jika kau mau tinggal disini. Aku menjadi tidak kesepian," ucap Gwen. Bella menautkan alis.
"Maaf, Gwen. Kau hidup sendiri? Kau sebatang kara?"
"Tidak, Bella. Aku memiliki satu anak laki-laki. Dia sedang merantau. Dia berkuliah sembari bekerja," jelas Gwen. Bella mengangguk paham.
Mereka pun masuk ke dalam kamar. Bella duduk di tepi ranjang. Ia mengamati sekitar. Sangat kosong dan hampa. Hanya ada satu lemari, ranjang, dan satu meja. Tidak ada hiasan atau pernak-pernik apapun. Kamar itu benar-benar seperti tidak pernah ditempati.
"Saat aku temukan dirimu, aku hanya menemukan dompet berisi beberapa lembar uang. Kau pergi tanpa membawa apapun? Bahkan, identitas?" Tanya Gwen. Bella mendongak dan menatap Gwen. Sorot matanya kembali meredup. Dia menjadi teringat pengusiran itu. Bella bahkan benar-benar tidak sempat membawa barang apapun, selain dompet berisi uang pemberian Grace. Kepergiannya sangat mendadak.
"Tidak, Gwen," jawab Bella dengan suara lemah. Gwen menghela nafas. Dia menjadi semakin penasaran. Darimana Bella berasal dan apa yang menyebabkan gadis itu seperti ini? Selama beberapa hari ini, Bella sama sekali tidak mengatakan apapun soal dirinya, kecuali soal umur dan nama panjangnya saja. Gwen tidak ingin mencari tahu lebih dalam karena kondisi Bella yang tidak baik.
"Karena kau tidak membawa apapun, kau bisa menggunakan bekas pakaianku yang masih bagus. Aku menyimpannya di gudang. Nanti akan aku bawa kesini. Untuk saat ini, sebaiknya kau istirahat saja. Kau benar-benar harus segera memulihkan dirimu agar anak-anakmu bisa tumbuh sehat," ucap Gwen.
"Terima kasih, Gwen," ucap Bella. Gwen hanya mengangguk sebelum berpamitan keluar.
Selepas kepergian Gwen, Bella menarik nafas dalam dan mengembuskannya secara perlahan. Ia lantas menutup mata sejenak sebelum membukanya kembali. Ia meraba perutnya yang sudah membuncit. Setelah ini, ia tidak perlu lagi memikirkan dimana akan tidur, harus makan apa, dan bagaimana caranya melindungi diri dari orang-orang jahat. Ia telah menemukan tempat meneduh. Tetapi, apakah ini bisa sampai lama?
***
Rasa bosan menyerang Bella karena hanya tiduran. Gwen pergi bekerja sehingga Bella tidak bisa mengobrol dengan wanita itu. Ia pun keluar kamar. Ia ingin melihat secara menyeluruh isi rumah Gwen. Ya, meskipun itu mungkin terkesan tidak sopan, tetapi Bella sangat ingin jalan-jalan. Ia pun mulai menjelajahi dari ruang tamu.
Bella mengamati setiap barang-barang yang ada. Wanita itu sepertinya memang suka mengoleksi barang antik. Bella pun tersenyum tipis sebelum matanya menangkap sebuah foto cukup besar yang terpampang di tembok ruang tamu. Ia pun mendekati foto tersebut. Sepertinya, itu foto Gwen bersama dengan anak laki-lakinya saat sedang kelulusan high school. Melihatnya, Bella sedikit iri. Dia tidak bisa merasakan momen itu.
Bella mengamati foto itu semakin dalam. Terutama pada sosok laki-laki. Wajahnya seperti tidak asing. Bahkan, Bella seperti pernah melihat pria itu. Tetapi, kapan dan dimana? Atau, itu hanya perasaan Bella saja? Mungkin Bella pernah bertemu orang yang hanya mirip dengan anak Gwen. Bella pun mengendikan bahu dan berbalik.
"Aaaa!" Bella berteriak cukup kencang saat baru berbalik badan. Jantungnya berpacu cepat saat melihat sosok di hadapannya. Orang di hadapan Bella terlihat ikut kaget.
"Kau siapa?" Tanya Bella.
"Harusnya aku yang bertanya. Siapa dirimu? Kenapa ada di rumahku?" Tanya pria itu. Bella pun meneguk ludahnya dan melirik foto di belakang. Ia lantas melihat pria dihadapannya lagi. Ia melihat foto dan pria itu secara bergantian.
"Kenapa?" Tanya pria itu. Bella lantas tersenyum malu.
"Kau pasti anaknya Gwen, 'kan?" Tanya Bella.
"Iya, betul. Lalu, siapa dirimu?" Tanya pria itu. Bella menggaruk kepalanya bingung. Bagaimana cara ia menjelaskan semuanya?
"Wait, wajahmu tidak asing. Aku seperti pernah melihatmu. Dimana, ya?" Pria itu mengamati Bella dari atas sampai bawah. Bella menautkan alis. Pria itu merasakan hal yang sama sepertinya.
"Kau gadis yang menangis di depan sebuah kedai sekitar dua minggu yang lalu, 'kan?" Tanya pria itu. Bella pun terkejut. Ia berusaha mengingat hari dimana ia memeriksakan diri ke dokter.
"Kau, Edric?" Tanya Bella. Pria itu mengangguk sembari tertawa. Bella menganga kaget. Kebetulan macam apa ini?
"Bella, right?" Tanya balik Edric. Bella mengangguk cepat seperti anak kecil.
"Sangat mengejutkan bertemu kau kembali disini," ucap Edric. Bella menundukkan kepala sembari menggigit bibir bawahnya.
"Kau sedang mengandung?" Tanya Edric setelah kembali mengamati Bella dan melihat perut gadis itu membuncit.
"Iya," jawab Bella takut-takut. Ya, Bella takut pria itu melakukan sesuatu hal yang buruk padanya. Sama seperti Xavier.
"Wah, selamat, ya. Tapi, aneh sekali. Bagaimana bisa kau disini? Bukankah kau bukan dari kota ini? Kita bertemu di kota yang jauh," ucap Edric. Bella melirikkan matanya kesana-kemari.
"Ceritanya panjang, Ed. Intinya, Ibumu telah menyelamatkan aku dan memintaku tinggal disini. Karena aku tidak tahu harus kemana, aku menerima ajakannya," jelas Bella. Edric menyilangkan tangannya di depan dada.
"Hm, aku tidak akan bertanya apapun padamu. Sepertinya kau sedang dalam masalah serius. Aku hanya akan mengatakan semoga kau betah disini. Jangan sungkan karena Ibuku adalah orang baik. Aku juga begitu. Jika butuh bantuan, bilang saja. Oke?" Edric menatap Bella hangat. Bella hanya diam.
"Ta-tapi, bukannya kau merantau?" Tanya Bella. Edric tertawa kecil.
"Sepertinya Ibu lupa kalau aku sudah selesai dan tinggal menunggu wisuda," ucap Edric. Bella menganggukkan kepala tipis.
"Kau bisa melihat-lihat rumah ini lagi, Bell. Aku akan ke kamarku untuk istirahat. Ingat, jika butuh bantuan bilang saja, oke? Bye," ucap Edric sebelum berlalu pergi. Bella sempat ingin bertanya lagi pada pria itu, tetapi segera diurungkan.
"Sejak kapan pria itu ada disini sampai tahu aku sedang melihat-lihat?" Gumam Bella. Merasa malu karena sudah tertangkap basah, Bella memutuskan kembali ke kamar.
Bella duduk di tepi ranjang. Ia berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dia bertemu kembali dengan pria yang ia temui secara random. Bukankah aneh jika tanpa ada alasan yang jelas?
"Dunia ini seperti sempit sampai aku bertemu kembali dengan pria random yang kutemui di hari itu. Atau, sebenarnya pertemuan yang lalu itu sebuah pertanda bahwa Edric akan masuk ke dalam hidupku?" Bella menjadi sedikit pusing memikirkannya.
Tbc__________
A/N
Halooooo
Oke, mungkin di part ini kalian udah ada bayangan lanjutannya?
Wkwk
Semoga kalian suka part ini dan sampai jumpa di part selanjutnyaaa.
Byee(✿ ♡‿♡)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Step-Dad ✓
Storie d'amore"Aku tidak pernah berniat merusak. Aku tidak pernah ingin terjebak. Tetapi, semua mengalir tak terkendali hingga sebuah dosa aku perbuat. Gilanya, aku menikmati dosa tersebut. Bahkan, otakku mulai mendoktrin hal-hal jahat. Aku mengharapkan sebuah ke...