Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.(ᗒᗩᗕ)
Di pagi yang cerah, Bella duduk di sebuah tikar sembari memperhatikan anak-anaknya bermain. Senyumnya merekah sempurna. Meskipun kedua anaknya tidak memiliki banyak teman, mereka tetap tumbuh menjadi anak yang penuh semangat dan periang, terutama Jessie. Meskipun perempuan, ia bisa menjalankan tugas sebagai kakak dengan baik. Ia selalu menjaga Jason, begitupun sebaliknya. Bella bahagia anak-anaknya tumbuh dengan baik.
"Wow, kau tampak lebih ceria dari biasanya," ucap Edric sembari duduk di sebelah Bella. Tentu saja, Bella terkekeh pelan. Dia merasakan itu karena masalahnya dengan Grace telah selesai dan Xavier tidak muncul untuk beberapa hari ini.
"Tempat ini mungkin tidak terlalu privat, tetapi aku ingin bicara serius denganmu," ucap Edric. Bella menatap Edric dengan raut serius.
"Saat kau berbicara dengan Ibumu, Ibuku mendengar semuanya. Tetapi, aku masih belum yakin jika tidak mendengarnya secara langsung. Apa kau benar-benar sudah tidak mencintai Xavier meskipun itu sedikit?" Mendengar penuturan Edric, raut Bella sedikit berubah.
"Tentu saja, Ed. Untuk apa aku masih mencintai pria seperti dia? Semua yang kita lakukan dulu juga hanya sebuah kesalahan," jawab Bella. Edric tersenyum senang. Melihat itu, Bella semakin penasaran.
"Aku lega mendengarnya, Bell. Tetapi, akan lebih lega lagi saat aku sudah mengutarakan perasaanku," ucap Edric. Pria itu meraih tangan Bella dan menggenggamnya. Bella kebingungan dan jantungnya menjadi berdegup kencang.
"I'm falling in love with you, Bella," ucap Edric. Bella terpaku mendengarnya.
"Really?" Tanya Bella.
"Iya, untuk apa aku bercanda?"
"Tapi, Ed. Aku bukan perempuan yang sempurna. Apalagi dengan masa laluku yang sangat buruk. Sedangkan, dirimu? Kau memiliki banyak sekali kelebihan," ucap Bella. Edric tersenyum hangat dan menatap Bella lekat.
"Masa lalu bukanlah hal yang sepantasnya menjadi bahan pengukuran. Bella yang sekarang adalah Bella yang jauh lebih baik dan hebat. Soal kesempurnaan, kau harusnya tahu tidak ada yang sempurna di dunia ini. Aku mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, Arabella," ucap Edric. Hati Bella tersentuh mendengarnya. Hingga tak terasa, buliran bening jatuh dari pelupuk matanya.
"Hey, kenapa kau menangis?" Tanya Edric sembari mengusap air mata Bella lembut.
"Baru kali ini aku bisa merasakan ketulusan dan keseriusan dari seseorang yang mengakui mencintaiku. Aku sangat terharu, Ed. Doaku terkabul. Tuhan mempertemukan aku dengan laki-laki yang baik dan mencintaiku," jawab Bella. Edric ikut tersenyum haru. Bella benar-benar sosok yang haus akan kasih sayang tulus seorang pria.
"Bagaimana dengan perasaanmu padaku, Bell?" Tanya Edric. Kini, berbalik Bella yang menggenggam tangan Edric.
"Kau adalah pria yang sangat berjasa dalam hidupku juga anak-anakku. Begitu pula dengan Gwen. Kalian adalah kiriman Tuhan yang membuat aku bisa bertahan sampai sekarang. Awalnya, aku hanya menganggapmu sebagai seorang teman dan kakak. Tetapi, semakin aku tumbuh dewasa, aku menjadi takut kehilanganmu, Ed. Bahkan, aku tidak bisa membayangkan kau menikah dengan orang lain. Semua sikapmu selalu membuat hatiku hangat. Aku rasa, aku juga mencintaimu," jelas Bella. Edric tersenyum girang. Reflek, ia memeluk Bella sangat erat. Bella membalasnya sambil tersenyum. Respon Edric sangat lucu.
Beberapa saat kemudian, Edric melepas pelukannya. Ia mengatur nafas dan terus memandangi Bella. Hingga tiba-tiba, pria itu berlari pergi. Bella menautkan alis. Apalagi, saat Edric kembali dan berlutut di hadapannya. Bella semakin kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Step-Dad ✓
عاطفية"Aku tidak pernah berniat merusak. Aku tidak pernah ingin terjebak. Tetapi, semua mengalir tak terkendali hingga sebuah dosa aku perbuat. Gilanya, aku menikmati dosa tersebut. Bahkan, otakku mulai mendoktrin hal-hal jahat. Aku mengharapkan sebuah ke...