Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.<( ̄︶ ̄)>
Terus melangkah tanpa arah, begitu yang Bella lakukan selama hampir satu minggu ini. Uang pemberian Grace yang ia bawa telah menipis. Bella sama sekali belum ingin berhenti. Ia masih ingin terus berjalan sejauh yang ia bisa. Hingga pada akhirnya, kesehatan pun menghentikan langkahnya. Bella terduduk lemas di depan sebuah kedai. Kakinya terasa sangat pegal. Perutnya nyeri dan kepalanya sangat pusing. Semua hal ini cukup menyiksanya.
Bella menyugar rambutnya dan memandang langit yang mendung. Ia lantas melihat ke sekitar. Ia tidak tahu, dimana ia sekarang. Tetapi, yang jelas ia sudah benar-benar jauh dari rumah Grace. Mengingatnya, membuat air mata Bella meluruh. Ia kembali mengingat kejadian dimana ia diusir. Bella memang menginginkan untuk pergi, tetapi bukan secepat ini. Bella belum melakukan persiapan apapun. Dia bahkan baru mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung dan besoknya ia langsung diusir. Xavier, pria itu tidak mau ikut mengakui kesalahan.
"Apa Nenek baik-baik saja saat tahu aku pergi?" Lirih Bella. Dia mengingat Martha, sosok wanita yang selama ini sudah seperti Ibunya sendiri. Wanita tua yang sudah sakit-sakitan itu, Bella mengkhawatirkannya. Ia takut, penyakit Martha kambuh karena membaca surat darinya. Bella merasa benar-benar bodoh. Seharusnya, ia langsung pergi tanpa meninggalkan surat pamitan apapun. Biarkan dirinya pergi tanpa jejak.
Bella kembali berdiri, meskipun tubuhnya menolak. Ia memaksa untuk mulai kembali melangkah. Namun, tubuhnya sudah sangat tidak berdaya. Ia pun limbung secara perlahan. Kepalanya semakin pusing dan pandangannya perlahan mengabur. Beberapa detik kemudian, kesadaran Bella menghilang. Tubuhnya tergeletak begitu saja dengan nafas yang memendek. Berbarengan dengan itu, hujan deras mulai turun disertai dengan petir yang bergemuruh.
***
Hal yang pertama kali Bella lihat saat membuka mata adalah langit-langit berwarna putih. Ia pun menengok ke sekitar. Bella pikir, dirinya telah mati dan saat ini berada di alam baka. Ternyata, ia masih hidup dan saat ini berada di rumah sakit. Tentu saja, Bella merasa kebingungan. Hal terakhir yang Bella ingat adalah dirinya hilang kesadaran di depan sebuah kedai tutup tepi jalan. Lantas, siapa yang membawanya kesini?
"Kau sudah bangun?" Tanya seseorang membuat Bella menoleh ke sumber suara. Seorang wanita paruh baya mendatanginya dengan sebuah senyuman manis.
"Kau siapa?" Tanya Bella sembari berusaha duduk. Wanita itu membantu Bella dengan penuh hati-hati.
"Aku Gwen. Aku menemukanmu tengah pingsan di depan kedai bunga milikku. Aku membawamu kesini karena kau seperti sedang sekarat," jawab Gwen. Bella malah tersenyum.
"Seharusnya kau membiarkanku," lirih Bella. Gwen memasang wajah kaget.
"Apa yang kau katakan? Kau masih muda. Kau masih bisa menjalani kehidupan lebih panjang lagi beserta anak-anakmu," ucap Gwen. Bella memalingkan wajah. Pikiran Bella sedikit kalut. Ia juga sebenarnya takut mati. Tetapi, saat menjalani kehidupan sendiri selama seminggu ini, Bella tidak yakin bisa melewatinya.
"Kau tunggu disini, ya. Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu," ucap Gwen. Bella hanya mengangguk tipis.
Beberapa menit kemudian, Gwen kembali dengan seorang dokter. Dokter itu memberi Bella senyuman hangat sebelum memeriksa Bella secara menyeluruh. Bella sebenarnya merasa heran. Sebab, ada alat pendeteksi denyut jantung dan hidungnya dipasangi selang oksigen. Apakah ia separah itu hingga harus mendapatkan penanganan seperti ini?
"Semua baik-baik saja. Dia sudah melewati masa kritis. Cukup mengagumkan karena dia dan anak-anaknya bisa bertahan selama empat hari ini," ucap dokter itu. Bella langsung kaget.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Step-Dad ✓
Storie d'amore"Aku tidak pernah berniat merusak. Aku tidak pernah ingin terjebak. Tetapi, semua mengalir tak terkendali hingga sebuah dosa aku perbuat. Gilanya, aku menikmati dosa tersebut. Bahkan, otakku mulai mendoktrin hal-hal jahat. Aku mengharapkan sebuah ke...