Tinggalkan vote/komen bila bersedia.
Happy reading.^^_^^
Bella yang baru saja pulang dari rumah merasa kaget ketika melihat kondisi ruang tamu sangat ramai. Rupanya, Grace sudah pulang dan mengajak teman-temannya ke rumah. Ia pun memberikan senyum ramah sembari berlalu. Dia menaiki tangga menuju kamarnya untuk menaruh tas dan melepas sepatu. Setelah itu, ia kembali keluar kamar. Saat akan melewati ruang tamu, ia tidak sengaja mendengar sebuah obrolan yang membuatnya tertarik untuk mendengarkan.
"Ya Tuhan, Grace. Aku tidak menyangka kau benar-benar sudah memiliki anak sebesar itu."
"Dan sangat cantik."
"Ya, seperti yang sudah aku ceritakan. It's a mistake. But, sekarang aku sudah mulai menerimanya. Toh, dia sama sekali tidak menyusahkan aku. Dia pintar, mandiri, dan cekatan."
"Keahlian kalian sama persis."
"Ya, anakmu sangat cantik dan keahliannya sama sepertimu, Grace. Bukankah itu sebuah hal yang berbahaya?" Sebuah pertanyaan dari teman Grace yang sedari tadi diam membuat semuanya merasa bingung.
"Apa yang kau katakan, Natalia?"
"Ah, C'mon Kelly. Anak Grace sudah cukup dewasa. Lalu, Grace dengan gampangnya sering meninggalkan ia berdua dengan Xavier. Bukankah sesuatu hal yang salah bisa saja mereka lakukan?" Perkataan dari wanita bernama Natalia membuat jantung Bella berdetak sangat kencang.
"Apa yang kau katakan, Natalia?"
"Jessie, aku bukan mau menjelekkan Xavier ataupun anak Grace. Tapi, coba pikirkan. Mereka berdua baru bertemu. Tidak menutup kemungkinan kalau mereka melakukan hal yang salah," ucap Natalia. Tangan Bella mengepal. Ia mengutuk Natalia yang berusaha meracuni Grace.
"Itu tidak mungkin, Natalia. Setahuku, Xavier tidak tertarik dengan wanita yang lebih muda. Apalagi, semuda anak Grace. Apa kau lupa? Semua wanita yang pernah menjalin hubungan dengan Xavier selalu lebih tua," ujar Jessie.
"Apalah arti tipe?"
"Mohon maaf jika aku menyela ucapanmu, Nak. Xavier adalah pria yang baik. Dia sangat mencintai anakku dengan segala kekurangannya. Bahkan, pria itu bekerja sangat keras untuk mendapatkan hati Grace. Dia tidak berhenti meskipun berkali-kali ditolak. Jadi, tidak mungkin Xavier berselingkuh, apalagi dengan Bella, cucuku," ucap Martha.
"Iya, Natalia. Xavier sangat mencintaiku. Lagipula, selama ini tidak ada yang aneh dengan suamiku maupun Bella. Mereka bahkan terlihat cukup menjaga jarak. Bella masih tidak bisa bersahabat dengan keadaan," ucap Grace.
Kepalan tangan Bella langsung melemas. Ia mengurungkan niatnya untuk ke dapur. Dia kembali ke kamar. Tubuhnya langsung meluruh ke lantai. Ia menekuk kaki dan menyandarkan tubuhnya ke pintu. Dia menutup wajahnya sendiri menggunakan tangan sebelum menangis. Meskipun selama ini Xavier yang memaksa, Bella tetap menikmatinya. Dia juga tak bisa berbohong bahwa Xavier telah berhasil mengunci hatinya. Bella benar-benar merasa sangat bersalah. Dia merasa sangat manipulatif. Bahkan, sejahat apapun Grace, wanita itu tetap percaya padanya secara penuh. Bukankah disini Bella benar-benar seorang penjahat?
Bella mengambil ponsel dan mencari nomor Xavier. Dia menekan tombol memanggil. Setelah menunggu beberapa menit, telepon tersambung. Tetapi, belum sempat berbicara, pria itu langsung menutupnya. Ia pun mengirimkan sebuah pesan. Beberapa menit kemudian, panggilan dari Xavier masuk ke ponselnya. Bella buru-buru mengangkat telepon tersebut.
"Xav," panggil Bella lirih.
"Ada apa, Bell? Tumben sekali kau meneleponku."
"Aku benar-benar ingin semua berakhir, Xav. Aku sangat takut. Aku tidak mau menyakiti siapapun. Aku mohon padamu. Aku harap kau mengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Step-Dad ✓
Romance"Aku tidak pernah berniat merusak. Aku tidak pernah ingin terjebak. Tetapi, semua mengalir tak terkendali hingga sebuah dosa aku perbuat. Gilanya, aku menikmati dosa tersebut. Bahkan, otakku mulai mendoktrin hal-hal jahat. Aku mengharapkan sebuah ke...