Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.(๑♡⌓♡๑)
Senyum Bella begitu lepas saat membantu Gwen merawat bunga-bunga yang ada di depan rumah wanita itu. Dia juga memetik bunga-bunga yang sudah siap dijadikan buket. Sedangkan, Gwen duduk di teras rumah sembari menikmati teh. Dia memandangi Bella begitu lekat. Menurutnya, Bella adalah calon menantu yang sempurna. Tidak peduli bagaimana Bella di masa lalu. Bella yang saat ini adalah Bella yang cocok bersanding dengan Edric.
"Kau sudah memberi kabar pada Edric untuk menjemput Jessie dan Jason?" Tanya Gwen.
"Sudah, Gwen. Tetapi, Edric mungkin sedikit terlambat karena sedang sibuk," jawab Bella. Gwen mengangguk tipis. Baru beberapa detik mengatakan itu, Edric malah muncul dengan wajah panik.
"Jess dan Jas sudah di rumah?" Tanya Edric. Bella menaruh buket bunga-nya dan mendekati Edric yang terengah.
"Belum, bukannya kau yang mau menjemput mereka?" Tanya Bella.
"Iya, Bell. Tadi aku buru-buru menyelesaikan pekerjaan, lalu segera ke sekolah mereka. Tetapi, sekolah sudah sepi karena hari ini pulang lebih awal. Aku bertanya pada penjaga, mereka melihat Jessie dan Jason sudah dijemput. Aku tidak yakin kau menjemput mereka. Makanya, aku langsung pulang," jelas Edric. Bella langsung panik.
"Siapa yang menjemput mereka, Ed?" Tanya Bella dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.
"Daripada berdebat, lebih baik kalian segera mencari mereka," ucap Gwen. Edric mengangguk dan menggandeng Bella untuk pergi. Baru beberapa langkah, mereka berhadapan dengan seseorang yang menggandeng Jessie dan Jason.
Bella melepaskan gandengan tangan Edric dan melangkah maju. Ia menatap lurus ke sosok di hadapannya. Setelah itu, ia melirik kedua anaknya. Mereka malah memberikan senyuman seolah tidak terjadi apa-apa. Bella pun memejamkan mata sejenak. Dia tengah mengontrol segala emosi dalam dirinya.
"Maaf, Bella. Aku hanya ingin mengajak mereka berdua jalan-jalan."
"Mengapa kau begitu keras kepala, Xav? Sudah aku bilang jangan dekati kami lagi," tegas Bella.
"Mom, jangan marah-marah. Kami yang ingin ikut Daddy pergi," ucap Jessie. Mendengar perkataan Jessie, Bella sangat terkejut. Ia pun menatap Xavier sengit. Pria itu terlihat begitu santai.
"Apa yang sudah kau katakan pada mereka?"
"Aku hanya mengatakan sebuah kebenaran, Bell," lirih Xavier. Bella mengepalkan tangan. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia ingin memaki, tetapi pada akhirnya malah menunduk. Dia menangis untuk meluapkan segala perasaannya.
"Mom," panggil Jason. Ia meraih tangan Bella. Wajahnya tampak merasa sangat bersalah.
"Apa kami berbuat salah, Mom?" Tanya Jason. Bella bergeming. Ia masih terisak. Edric yang ada di belakang Bella pun memutuskan untuk maju.
"Uncle," panggil Jessie sembari mendekati Edric.
"Tuan Xavier, aku tahu bagaimana perasaanmu. Tetapi, membawa anak-anak tanpa persetujuan Bella adalah hal yang sangat salah. Apalagi, sampai menceritakan sesuatu yang belum didiskusikan bersama Bella," ucap Edric. Ia merangkul Bella dan mengusap pundak wanita itu agar tenang.
"Mereka bukan hanya anak Bella, tetapi juga anakku. Lagipula, aku hanya mengajak mereka berjalan-jalan sebentar. Aku mengantar mereka kembali pada Bella. Aku tidak menculik dan menahan mereka bersamaku," ucap Xavier. Dia menatap Edric tidak suka.
"Tetapi, kau 'kan tahu sendiri bagaimana hubunganmu dengan Bella. Kau harus tetap meminta izin," ucap Edric.
"Mengapa kau ikut campur?" Tanya Xavier tanpa pikir panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Step-Dad ✓
Storie d'amore"Aku tidak pernah berniat merusak. Aku tidak pernah ingin terjebak. Tetapi, semua mengalir tak terkendali hingga sebuah dosa aku perbuat. Gilanya, aku menikmati dosa tersebut. Bahkan, otakku mulai mendoktrin hal-hal jahat. Aku mengharapkan sebuah ke...