Semesta Itu Kamu [END]

©kenang nona©

Hujan memang rendah, lalu seketika aku teringat nona, di lain sisi, tugas akhir ku mangkrak. Tapi nona juga belum lulus perkuliahan, apa yang nona tunggu. Ah sial kenapa aku memikirkan orang lain,.

Memikirkan nona di masa lalu memang hal yang menyenangkan. Nona yang masih berprinsip itu.mungkin saja, nona jarang bercerita, atau ketika bercerita, nona menyembunyikan dalam narasi.

Ya seperti biasanya aku bersama ponsel ini, nona tau kan, tulisan tangan ku di kertas dan pena sangat jelek. Aku sudah pernah menunjukkannya. Ah mungkin nona sudah lupa.

Ya pernah aku menjadi lain karena nona, aku menjadi seorang yang konsisten menulis. Bahkan sahabat dekat ku waktu itu, menyebut aku BUCIN, budak cinta. Tapi budak apanya, aku sama sekali tak berani "menghamba" kepadamu bukan?!, kita berjarak ruang dan waktu.

Dahulu, kurasa nona menanggapi prasarana ku , aku jadi senang, lalu kita tidak berhubungan lagi. Menyedihkan. Itu karena aku juga tidak mau menyakiti mu apa pun itu

Ya sudah ku katakan, hatiku banyak terombang ambing tidak jelas. Ya hanya jari jemari yang berpusi...

𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾

Nona, perkara aku sudah lupa
Nampaknya nona ragu, lalu lupa
Setidaknya aku mengingat sedikit, sama saja lupa
Aku atas nona sama sama lupa
.
Nona ingat jalan itu
Aku sudah lupa
Aku ingat senyum itu
Nona malah lupa
.
Kelupaan nona, terhadap saya memang merana
Tapi apalah kata, suka cita kita berbeda.
Dibelahan dadamu, aku tidak ada
Kita ternyata tinggi di belahan yang berbeda.
Luput kita, yang tersisa hanya saya , hanya jejak jejak nona saja tersisa, bukti kita, adalah kata dan sebongkah cakap rupa🌷

Mojokerto, semester akhir ke sekian 2022

𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾

Sebuah puisi, sudah ku tulis dalam ponsel, aku akan mengeksposnya. Ku harap kau akan membacanya, dan merenungi, tapi aku tidak berharap banyak pada dirimu, dan juga diriku sendiri .

Hujan memang reda, tapi manusia dan prasarananya tidak reda apa pun bentuknya.