© laki-laki dalam cermin ©

9 3 7
                                    

"Apa yang kau lakukan jika usiamu sudah 24?" Kata seorang laki-laki di dalam cermin. Laki laki dalam cermin, bertanya hal yang begitu membingungkan, orang yang di tanya, garuk-garuk kepala karena bingung atas pertanyaan semacam itu.

" Sekarang usia ku sudah 23, sebentar lagi 24, menurut mu, aku harus melakukan apa?" Laki-laki diluar cermin berbalik bertanya. Malas rasanya menanggapi ocehan yang tidak terlalu bermutu semacam itu

"Mana ku tau, kau kan yang hidup, aku hanya bayangan mu, mana bisa aku tau banyak hal?"

"Kau gila ya, aku kan sering mengobrol dengan mu, masak kau tidak tau apa pun, tai lu!!" Umpat nya

"Sabar sabar, jangan marah begitu, kau itu tua, jika marah, ketua an mu akan semakin cepat" nasihat dari laki-laki dalam cermin.

Sering sekali dua orang itu.., eh atau seorang, entahlah, nampak mereka seperti dua orang, tapi pada denotasinya adalah hanya seorang.

Kita sepakati bahwa mereka dua orang saja. mempercayai pengelihatan mata lebih ringan dari pada, mengulik denotasi yang rumit, hanya gara gara ingin mendapatkan makna sebenar-benarnya.

Nah dua orang ini sering sekali bertatap muka, terkait mereka mengobrol banyak hal. Laki-laki dalam cermin, sering sekali mengeluh. Kenapa dia, atau bisa disebut sosoknya harus terjebak dalam cermin sialan ini.

"Jika kau keluar dari cermin itu, pasti kau akan menyesal, karena dunia ini tidak diciptakan sepesial untuk mu, kau harus tertatih-tatih menjalaninya" nasihat laki-laki  di luar cermin dikala, laki-laki dalam cermin itu mengeluhkan kehidupannya yang membosankan.

Cermin yang dia tinggal sangat sempit. Hanya ada dua dimensi saja, hanya berkisar 3x4 meter, di susu berdiri di kamar yang estetis.

puji syukur Keluhannya berkurang, ketika laki-laki di luar cermin menemuinya di saat dia senggang, atau saat sedang stress, atau ketika kalutnya pikiran dan hati.

"Apa yang akan kau lakukan di kehidupan mu yang berusia 24? " Tanyanya lagi

"Bagaimana kalau, aku jawab, aku akan mempersiapkan diri untuk menikah" katanya

"Pufttt, hahaha" laki-laki dalam cermin malah tertawa terbahak-bahak. "Apa kau bercanda, kau juga sama mengatakan banyak impian saat usiamu 22, tapi apa, kau tak melakukan apa apa, komedi sekali hahah" ejekannya, sampai dia terpingkal.

"Jika tau kau akan mentertawakan ku, mungkin aku tidak menjawab sama sekali agar kau di rundung bosan" katanya

"Hei hei, pemarah sekali sih, kawan ku ini"

"Aku bukan kawan mu, aku ini dirimu!" Ketusnya.

"Sebaiknya kau memperbaiki dirimu, jangan suka membuang waktu, lakukan yang kau bisa, bukankah selama ini yang kau lakukan hanya melakukan yang kau bisa saja" panjang lebar laki-laki dalam cermin menasihati.

"Kau itu tampan, dan tak banyak menuntut, hanya saja kau pemalas yang akut, aku mengerti semua itu karena aku ini juga bagian dari diri mu,"

" Hei apa kita bisa bertukar tempat?" Tanyanya sambil memandang jauh ke sudut cermin

" Hei hei hei, apa kau se tolol itu!!, Kau itu laki-laki diluar cermin, sedang aku laki-laki dalam cermin, ada ada saja kau meminta hal yang mustahil"

"Katanya kau bosan. Hanya hidup di dalam cermin yang sempit, saat ku tawarkan ganti posisi, kau malah menghujat aku, dasar bedebah!!"

"Aku tidak akan bosan , kau selalu datang, jadi dengan demikian, aku sudah puas, sedang kau , aku tidak peduli, tapi se tidak pedulinya aku, aku senang berbincang dengan dirimu hehe"

Kehidupan di luar cermin adalah kehidupan yang tidak pasti, karena hanya Tuhanlah yang pasti , sedang para manusia adalah segala hal "kemungkinan".

Mungkin saja manusia hidup sebentar lalu mati, mungkin saja manusia hidup lama, setelah waktunya tiba dia mati, mungkin saja hidup miskin, atau bergelimpangan harta. Bisa banyak teman, atau memiliki sedikit. Hidup dengan rasa syukur atau penuh kebencian. Manusia adalah kemungkinan.

"Enak tidak didalam cermin?" Tanya laki-laki diluar cermin.

"Tidak sama sekali, kau tidak bisa melakukan apa pun, selain dipaksa mengikuti apa yang kau lakukan"

"Mungkin kata "dipaksa" tidak tepat ,apa ya kata yang tepat ya.., mungkin.... Pasrah, jadi kau tak perlu terbebani apa pun, karena yang kau lakukan hanya meniru, meniru itu mudah sekali bukan"

"Naif, kau sendiri yang berkata, kalau hidup pasrah adalah tindakan bodoh !!!" Cerca laki-laki dalam cermin

"Hehe, memang hal semacam itu bodoh, tapi melakukan hal dengan keputusan sendiri itu melelahkan. Jika kau gagal, kau akan menderita sendiri,"

"Kau itu bodoh atau apa sih??!! Heran."

" Aku dan dirimu itu satu jadi jika kau berkata aku bodoh, berarti kau juga bodoh bukan hahah!!!"ejek laki-laki dalam cermin

Itulah yang mereka lakukan, bercengkerama berdua eh atau bersatu, aku kurang mengerti, kedua laki-laki itu sama tapi tidak sama, serupa tapi berbeda. Aku tidak pernah bisa berjumpa dengan laki-laki dalam cermin, aku hanya mengamati mereka dari balik pintu ruang itu, ruang yang Suram tapi estetik, nyaman tapi mencekam, indah tapi berantakan.

Aku bahkan candu dengan mengamati hal hal tidak jelas seperti ini, apa lagi dua laki-laki itu, eh atau satu laki-laki itu, entahlah.

"Hei hei ku tanya lagi, apa yang akan kau lakukan di usia mu yang ke 24?" Tanya kembali laki-laki dalam cermin itu

"Kau terlalu banyak bertanya ya, kau membuat ke kesal"

"Bukankah pertanyaan itu sangat eksistensial untuk mu?"

"Agh bacot!!!, Mau usia ku 24, 25, Sampai seratus pun, semua bakal berjalan sesuai kehendak tuhan,"

"Ih marah, dasar tolol!!" Umpat laki-laki dalam cermin itu.  Ku lihat ekspresi laki-laki diluar cermin sangat kesal, dia lalu berdiri lalu berjalan cepat menuju pintu, dia membuka pintu kasar, dia tak hiraukan aku, ia berjalan menjauh. Sial, seharusnya laki-laki dalam cermin tidak perlu membuat laki-laki diluar cermin marah sampai segitunya.

Aku masuk dalam, melihat sekeliling ruangan, memang membingungkan sekali ruangan ini. ruang yang Suram tapi estetik, nyaman tapi mencekam, indah tapi berantakan. Jika kalian memasukinya, mungkin akan merasakan apa yang aku rasakan sekarang yakni Nyaman yang mencekam, lembut yang sempit, wangi yang pekat dan suram yang gembira.

Aku duduk di depan cermin itu memandang jauh ke dalam sana

"Kau sudah kembali?" Tanyanya,

"Iya aku kembali, memang masalah ya jika aku kembali" jawabku masih kesal

"Katanya kau kesal ???"

"Aku memang kesal!!, Sudahlah, aku ingin di sini, menikmati diriku sendiri"

" Ya baiklah, tapi apa kau menyadarinya, di pintu itu, dirimu sedang mengawasi kita, sepertinya dia penasaran dengan percakapan kita" ungkapnya

"Biarkan saja, dia hanya mengawasi, lagi pula, dia itu diriku, sesudah sepantasnya mengawasi kita" kataku, mengalihkan perhatiannya

"Lalu untuk pertanyaan ku tadi, apa yang akan kau lakukan di usia mu yang ke-24?"

TAMAT

*********
Sepertinya aku pernah membuat cerpen yang judulnya sama, tapi lupa isinya seperti apa, entahlah mungkin, manusia adalah kemungkinan bukan.

Semesta Itu Kamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang