Dia masih sibuk dengan kain yang kecipratan cat sehingga kecantikan kain itu ternodai. Dia menggosok gosok bagian yang terkena cipratan cat dengan sebuah koin lima ratus perak yang dia temukan di atas meja.
Aku membuka pintu rumah dengan perlahan, aku melihatnya masih sibuk dengan kain yang dia gosok dengan koin lima ratus perak, kulihat dia masih saja duduk melantai di dekat sofa, membungkuk mengosongkan noda cat yang dia gelar di lantai agar mempermudah kegiatannya.
Aku mendekat, lalu membanting diri ke sofa dan duduk dengan nyaman. Bugh, tubuhku yang menghantam sofa membuyarkan fokus pria yang sedang terlihat sibuk di mataku itu. Dia menoleh, matanya agak sayu, sepertinya dia sedih.
"Mai, Apa kamu sudah menyelesaikan tugas yang ku beri ?" Tanyaku padanya. Dia terdiam, dia ragu dalam menjawab. Matanya semakin sayu. Aku tersenyum melihat wajahnya, dia seperti kucing yang haus akan belas kasih.
"Maaf Cha, belum, tapi-tapi aku belum menyerah kok, aku akan buat noda cat nya menghilang dan Cha bisa pakai rok ini seperti sedia kala " ungkapnya seakan bernegosiasi agar aku tak kecewa.
"Sungguh!"goda ku padanya
"Iya kok sungguh, lihatlah, aku sudah menghilang kan sebagian nodanya" dia mengangkat kain rok milikku itu. Ku periksa. Memang sih, Beberapa warna cipratan dari cat yang dia gosok perlahan memudar.
"Nah bagus itu lebih baik'' ku puji dia dengan mengosongkan tangan ku ke rambutnya yang keriting agak sedikit berantakan. Dia terlihat senang, dan mata sayurnya perlahan memudar.
Dia melanjutkan pekerjaan dan aku memperhatikannya. Dia benar benar fokus melakukan pembersihan itu. Matanya yang tidak terlalu bulat, fokus dengan apa yang di kerjakan, gerakan kecil menggosok kain yang kecipratan noda cat.
"Mai aku haus nih" ucapku padanya. Sekejap dia bergegas, dia menghentikan kegiatannya, lalu pergi ke dapur. Ku perhatikan dia dengan seksama, badannya yang kecil dan gerakannya yang mantap.
Mai adalah suamiku, kami sudah menikah 6 bulan lamanya. Kami tinggal di rumah bekas keluarga besar ku. Kini tinggal aku dan Mai saja yang tinggal di sini. Orang tua dan saudara yang lain telah pindah. Mereka punya rumah yang lebih bagus dari ini. Karena aku putri terakhir, maka mereka memasrahkan rumah ini pada ku karena aku sudah bersuami.
Kami menikah tidak sengaja. Dulu, ketika aku yang sudah berkepala dua. entah mengapa orang tua ku membawa seorang pria, dia nampak lugu, tapi tidak terlihat bodoh. Kata mama, dia bertemu dengan pria itu di sebuah toko baju langganan nya, pria itu kerja paruh waktu sebagai tukang bebersih di sana. Lalu entah mengapa mama tertarik kepadanya dan ingin memperkenalkan aku padanya. Saat kami bertemu pertama kali, dia terlihat malu-malu kucing. Dia enggan menatap ku tapi mencuri-curi pandang.
" nah sekarang kalian berdua berbicaralah"kata mamaku sembari meniggalkan kami berdua. Dengan menghela nafas, aku memulai memperkenalkan diri. Mencoba untuk santai pada situasi yang mungkin asing bagi ku. Tapi dia terlihat tetap tenggang . Dia bahkan mengalihkan pandangan ke kedua kakinya yang sedang telanjang.
"Hei, kalau di ajak bicara itu tatap wajah ku dong!" Bentak ku padanya, saat itu memang aku kesal dengan dirinya yang terlampau tidak sopan. Memangnya wajahku tidak lebih menarik dari kedua kakinya, kesal ku. Dia hanya berdiri di ruang tamu, menunduk dan segan.
"Ma ma a a maaf" hanya itu yang keluar dari mulut kecilnya. Dia nampak ragu, tapi ketika mata kita bertatap, dia tersipu. Bibirku terangkat sedikit, melihatnya seperti itu, nampak sedikit lucu menurut ku.
"Lebih baik, kamu duduk aja deh" ajak ku padanya. Namun kelakuannya setelah itu membuat aku menghela nafas panjang. Di dalam kepalanya yang kecil, dia bahkan tidak berfikir kalau dia diperbolehkan untuk duduk di sofa bersebelahan dengan ku. Dia malah bersimpuh di lantai tepat di hadapan ku yang duduk di sofa. Dia seakan ingin menyembah ku. Aku benar benar tak habis pikir, tapi aku membiarkan dia berbuat sesukanya, aku tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Itu Kamu [END]
Poetrykumpulan cerita dan puisi atau narasi dari semesta yang ada didalam kepala shophilosopher, semesta ini terbentuk semenjak ia mulai memahami warna, bentu, Suara, rasa, dan aroma. 🦋🦋🦋🦋 ,-shophilosopher