©deogenes©

15 8 0
                                    

Pukul delapan malam, di sudut Yogyakarta yang ramai dan ramah, hanya saja saat ini sekitar ku sepi. Entah kebiasaan atau apa, pas malam aku sering duduk duduk di atas motor yang terparkir di depan asrama. Bukan motorku, itu motor mereka, aku hanya pejalan kaki.

Biasanya hanya bermain ponsel, tidak membaca buku. membaca bukan hobiku. Apalagi menulis. Aku lebih suka menikmati apa pun, termasuk musik dan puisi atau film dan animasi.

Sepi jalanan gang di depan asrama. Terdengar suara langkah sepatu kuda dari arah kanan. Tumben bukan suara motor, terlihat dari kegelapan malam, seorang penunggang kuda dari arah kanan jalan. Sepertinya dia seorang kesatria. Perawakannya tinggi, pakaian nya khas Yunani seperti yang tergambar di buku filokomik.

Kesatria itu berhenti di depanku yang duduk di atas motor yang terparkir.

"Apa kau sudah menuliskannya?" Tanyanya tanpa basa basi, aku mengerti apa yang dia maksud tapi entah, aku iseng bertanya balik.

"Apa kah anda utusan beliau, bahasa Indonesia mu lumayan, tapi aku lebih suka kalau anda pakai bahasa Jawa, kalau bisa Khas Jawa timur sekitar Surabaya." Tanyaku basa basi.

"Apakah kau sudah menuliskannya?" Tanyanya kembali. Sepertinya dia kesatria yang tidak bisa diajak bercanda, basa basi pun dia tidak mau.

"Ah baiklah, tapi aku menuliskan semuanya di ponsel, anda kudu menulis ulang di lembar dari kulit, sepertinya anda juga membawa media tulis itu"

"Baiklah aku akan menulisnya sekarang, serahkan ponsel mu biar aku salin" dia mengikat kudanya di tiang listrik, lalu mencari satu jok motor sebagai tatakan untuk menulisnya.

𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾

Diogenes yang begitu sinis
Dalam tong mu engkau memberi pengajaran
Tak ada satu pun sebab yang menghalangi mu untuk bebas
Tidak terikat apa pun, namun apa pun engkau nikmat.
Tak ingin jadi siapa pun kecuali menjadi Diogenes
Saat Socrates dihukum mati karena voting, kau juga terpukul kan!
Sehingga kau begitu curiga
Bahkan tidak menginginkan apa apa
Tidak ingin ada yang menghalangi
Karena hidup begitu singkat
Maka jangan terikat
Semoga tuan Alexander menyukai puji pujian ini
Yang mana dia juga ingin menjadi Diogenes

𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾

"Aku sudah selesai menyalin semua tulisan mu, ini ponsel mu" ku terima itu dengan agak mendengus kesal . Dasar orang yang terlalu serius. Setidaknya cobalah untuk bercanda. Bahkan tuanmu Alexander itu tidak kaku seperti dirimu.

"Aku akan menyerahkan ini kepada beliau, aku tidak tau apa bayaran mu akan segera diberikan atau tidak " kata kesatria itu tegas

"Ah tidak perlu, katakan kepada beliau, itu hanya tulisan sekali duduk, jadi tidak perlu dia membayar saya bukan" kataku ringan tangan.

"Ya terserah saja, akan ku sampaikan, tapi keputusan akhir bukan dari ku" dia melepaskan ikatan kuda dari tiang listrik itu. Dan menungganginya kembali.

"Baiklah aku pergi!" Katanya singkat, lalu kuda itu melaju meninggalkan ku yang ada di atas motor.

Semesta Itu Kamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang