©raib©

20 6 5
                                    

Namaku rei, aku juga seorang siswa SMA, sedang Akil baligh, Baru mengenal apa itu rasa suka dengan lawan jenis, dan ya aku tidak se jenius Ali, Anak terpintar di sekolah kami.

Aku mengidamkan seorang gadis satu kelas ku, namanya raib. Benar-benar namanya raib. Entah mengapa beberapa kesempatan ini ia baru saja seperti raib dari sekolah. Bukan hanya dia Seli dan Ali si jenius pun ikut raib. Padahal aku ingin sekali bisa makan siang bareng bersama idaman ku ini, si raib.

Jelas saat pelajaran matematika aku lebih sering melihat ke bangku raib daripada ke pelajaran yang di empu oleh Miss kriting, aku tidak pintar, aku juga tidak suka matematika

Aku lebih suka menulis kisah Kisah fantasi atau sekedar membuat puisi. Pernah karena gabut aku menulis cerita warrior, yang mana raib adalah kesatria yang menumpas para penjahat.

Atau mungkin sekedar menuliskan puisi, betapa aku suka padanya dengan orientasi lelaki kepada wanitanya.

Tapi aku gugup jika berhadapan dengan nya, mungkin kami di kelas hanya beberapa kali berbincang, dan itu hanya basa basi، bahkan sekedar menatap tanpa arti.

Waduh Rei, betapa kau sangat lemah dihadapan wanita.

Kini raib seakan menghilang, dia Seli dan Ali tidak masuk sekolah. Aku berusaha cari tahu, tapi nihil. Mungkin saja dia liburan atau ke mana lah, semoga saja aman dan sentosa. Mungkin sebaiknya aku menulis puisi sederhana untuk nya, mumpung sempat.

𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾

Hai raib, aku menulis ini dari hati
Pikiran ku, menggerakkan pena pilot yang mudah mati
Sebelum itu, ingin ku gores tinta terakhir untuk memuji,
Sosok mu yang aku sukai dari segala sisi
Rambutmu, yang aku pandangi dari sisi ini
Entah mengapa netra ini selalu terkunci
Menatapmu penuh arti
Terbesit lah senyuman ku yang kini terpenuhi
Tapi kau malah raib, seperti namamu,
Menghilang dari pandanganku
Berhari hari sampai aku rindu
Aku hanya berpadu pada buku cerita tapi semu
Karena aku, hanya bisa memandangi bangku
Tanpa kamu,
Kapan kamu bakal kembali,
Dan membaca coretan ini,
Ku taruh di laci
Semoga kau tidak benci

Rei,-
𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾

Ku lipat tulisan yang ku tulis di kertas binder dengan lipatan seperti surat. Tentu tanpa prangko, aku tak butuh kartu pos, yang ku butuhkan hanyalah kembalinya raib dengan keceriaannya yang tak pernah raib.

Nb : puisi ini terinspirasi dari novel yang pernah ku baca, yakni novel bumi karya Tere Liye, jika kau membaca puisi ini dan memiliki akses kepada Tere Liye, tolong sampaikan ya, semoga beliau membaca tulisan imajinatif sederhana ku ini. Terima kasih banyak.

Semesta Itu Kamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang