©purnama ke-18©

16 6 0
                                    

Pernah aku menyamarkan nama gadis itu dengan "purnama ke-18", waktu itu aku sangat lugu. Bisa dibilang bodoh. Aku suka padanya, hanya saja aku berpura-pura seperti tidak terjadi apa apa.

Aku menjadi malu karena.... karena ketika aku bercermin, aku tidak bisa menyembunyikan gelagat ku dalam menyukainya. Ya mencintainya, atau terobsesi padanya. Ia amat cantik dan tentu saja pandai. Ia membuat aku tertarik. Seperti laron yang mengerubungi cahaya, dia cahaya ku.

Agak aneh waktu itu, setelah melihat wajahnya yang teduh, aku jadi terkesima. Kami bertatapan beberapa detik. Tapi aku terus saja berbunga.

Bodoh sekali bukan. Memang nasib laron adalah bodoh dan mati disekitar cahaya. Namun karena aku laron yang payah, mendekati dia saja aku tidak mampu, aku hanya bergeliat seperti cacing kepanasan.

Ia pun pergi jauh dariku. Ia tak mempedulikan aku, tapi aku tetap terobsesi padanya. Bahkan ketika aku terobsesi dengan gadis lain, dia tatap menjadi obsesi ku, tapi tentu saja dalam imaji, hanya imaji, dikarenakan aku laron yang bodoh.

Pada usia kami yang semakin tua, aku mendengar sebuah drama audio berjudul Karna (Karna saudara yang hilang dari Pandawa Lima). Yang aku putar berkali-kali. Dan bersama an itu , sang rembulan pada akhirnya menikah dengan orang lain, aku yang hanya laron yang bodoh, hanya bisa bodoh.

Maka seperti cacing kepanasan aku membuat puisi kebodohan dengan baju drama audio itu, untuk menggambarkan betapa cemerlangnya dia

𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾
Surtikanti
"kelahiran adalah pengalaman sendiri, tapi tuan dan masyarakat menyatakan tidak ada yang sendiri" Karna...

Jika kau surtikanti, maka, makan aku karna. namun...
Karna yang karena perbuatannya sudra.
Kau surtikanti, selamat sejahtera dari hamba.
Pertemuan pertama kita,
Hanya isyarat masyarakat saja
Kita tidak hidup dalam khayal kita hidup dalam alam nyata.
Dan cinta itu nyata
Sebab masyarakat SurtiKanti, kau menerima Arjuna yang sekufu dengan mu.
Apa!!? Aku tak pernah perang tanding melawan Arjuna
Meski bertanding aku pasti akan kalah,
Apa? kemahiran?, Keberanian saja aku tidak punya
Dari kejauhan surtikanti, hanya menatapmu nestapa, berharap dalam khayal
Apa yang bisa aku lakukan surtikanti
Jika muara bergerak berlainan.
Benar kata "Karna"
"Kelahiran adalah pengalaman sendiri, tapi tuan dan masyarakat tuan menyatakan tidak ada yang sendiri"
Salam sejahtera dari hamba, wahai surtikanti.
𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾

Sang purna aku jadikan dia surtikanti , dan laron adalah karna. Seperti biasanya, aku yang teramat bodoh, ingin menyampaikan ini kepada purnama lewat Instagram. Sebab ia tak lagi menyimpan nomer ku, purnama tidak akan tau puisi puisi ku yang ku published di sana, maka dengan Instagram aku menyampaikan lewat puisi habis setelah 24 jam.

Betapa aku bersyukur, purnama melihat puisi itu, dan untuk pertama kalinya ia memberikan tanda cinta seadanya, yang belum pernah dilakukan kepada puisi puisi ku yang lain.

Aku membuat itu sebelum dia menikah, mungkin seakan dia berkata "cukup! Kau tidak perlu terobsesi kepadaku lagi, laron bodoh!".

Semesta Itu Kamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang