©nestapa©

14 6 13
                                    

Dia membencinya, keadaan yang membuat dia kesal tapi tak pernah bisa keluar dari situasi ini. Seorang perempuan dari keturunan yang memiliki takdir miskin. Bapaknya minggat, ibunya menumpang di rumah nenek. Bekerja sebagai kuli setrika untuk tetangga sekitar.

Ibunya anak ke 5 dari 12 bersaudara, mereka semua Selin ibunya dan anak nomer 8 dan 9, bernasib miskin pula. Neneknya sangat kejam, oleh sebab itu sebagian besar anak anaknya -saudara saudara ibunya - tumbuh menjadi manusia kaya, atau di kawin pria kaya.

Sudah lumrah dia mendapatkan kalimat dari neneknya " contoh masmu yang sudah kerja di Jakarta, Jangan seperti ibumu yang kawin dengan laki-laki brengsek." Kata neneknya menohok hatinya.  " Udah untung aku bisa lobi guru di sekolah mu. Jadi ibumu tak perlu membayar, aku mana Sudi mengeluarkan uang untuk kau yang bukan anakku ". Cercanya. "Ibumu itu gagal cari suami, jadi terima nasib saja,  Untung paman mu kasih dia strika."

Dia sering sekali, mendapati ibunya di caci maki neneknya. Padahal semua pekerjaan rumah paling banyak dikerjakan ibunya, ketimbang dua saudara ibunya yang juga gagal.

"Sabar ya nduk, ibu itu cuman kuli strika, jadi ga bisa rayain ulang tahun mu tahun ini," itu yang dikatakan ibunya setiap mendekati hari ulangtahunnya. Ibunya tidak lupa hari ulang tahunnya, dikarenakan, saat lahir, adalah hari dimana bapaknya yang brengsek, kabur membawa uang nenek. Suami ibunya, kabur karena takut dengan rentenir yang mengejar-ngejar dia setiap hari.

Bapaknya seorang penjudi. Saat dia di PHK dari kantor, kebiasaan berjudinya semakin menjadi. Ia jual perabotan di rumah, padahal itu rumah mertuanya. Jika sudah tidak ada lagi yang bisa di jual, dia hutang ke rentenir, memohon mohon sampai berbohong kalau mertuanya ngamar di rumah sakit.

Utangnya sangat banyak. Istrinya tak pernah tau kalau, suaminya penjudi. Ya mama dia tau. Wong suaminya jarang di rumah. Pada suatu pagi, neneknya berteriak karena uang yang di simpan di lemari baju hilang semua, dan ada beberapa emas-emas yang juga raib. Saat itu belum ketahuan siapa pencurinya.

Dua kejadian dalam satu waktu. Kelahirannya dan pencurian oleh bapaknya. Neneknya geram saat mengetahui satu bulan lamanya, suami anaknya tak kunjung ditemukan. para saudara ibunya, menuduh suaminya membawa kabur uang ibu mereka karena takut dengan tagihan rentenir yang setiap Minggu datang ke rumahnya.

Ibunya hanya bisa menagis, dan berusaha pinjam sana sini dari saudara saudara nya sambil menahan malu, untuk menutupi hutang suaminya yang katanya kabur.

Dimulailah penderita ibunya itu, dengan dia yang lahir, menjadi salah satu anak gagal. Karena mereka berdua numpang di rumah neneknya. Mereka diharuskan seolah menjadi babu. Bukan hanya untuk sang nenek. Tapi juga untuk semua saudara saudara ibunya.

Hari lebaran adalah hari yang dia benci. Karena hari itulah dia akan mendapatkan banyak makian dari sang nenek. Dia iri dengan para sepupunya yang bisa tertawa tawa, makan makanan lebaran yang enak. Dia juga sering di suruh suruh sepupu sepupunya bak seorang babu. Tapi Ibunya menerangkan bahwa ini sudah nasib mereka berdua.

Dia sering sakit hati. Terutama ketika neneknya memuji-muji sepupu sepupunya yang bahkan memegang sapu ijuk saja tidak bisa, padahal sepupunya itu seorang gadis. mereka sering mengerubungi nenek. Karena nenek sering bercerita dongeng dongeng sambil tersenyum lebar. Dia tak pernah berkesempatan mendengar cerita lama, dia sibuk di dapur bersama para prewang untuk menyimpan kebutuhan para saudara yang sukses dan kaya, atau minimal diperistri oleh orang kaya.

Ibunya begitu penyabar, tidak!!, Bukan penyabar, namun putus asa, banyak hal yang telah melukai hatinya, kini jiwanya ikut sakit, ibunya tidak ingin melawan apa pun, toh melawan pun, ujungnya adalah kekalahan.

"Ibu, aku ingin seperti mereka!" Rengekannya suatu waktu saat keluarga berkumpul. Ibu hanya menatap sayu, dia iba dengan gejolak jiwa putrinya.

"Biar ibu yang menyelesaikan cucian piring sembari memasak,kau bermain saja bersama saudara mu" kata ibunya sayu, mendengar hal itu, dia malah menangis,

"Aku takut sama nenek Bu, lagian aku tidak kenal akrab dengan mereka" dia tadi merengek hanya ingin mengungkapkan kekesalannya, tidak benar benar ingin menugaskan ibunya mencuci piring sendirian.

Saat pekerjaan selesai, dia memanjat rumah, Menuju arap segi tiga dan duduk di atasnya, dia tatap langit, melihat langit yang luasnya bukan main dia sedikit terhibur, langit biru yang indah, sayangnya ibunya sudah berumur, mana bisa memanjat rumah lalu berteriak "BANGSAT!!"Atas dunia ini.

Dia dan ibunya menderita, neneknya suka memaki. Ingin dia membawa ibu kabur. Tapi uang hasil setrika tidak cukup untuk menutupi rentenir yang rutin datang dengan garang.

Dia juga ingin mengejar bapaknya yang kurang ajar, entah dia hidup atau mati, yang penting dia bisa memakainya. Jika hidup, setidaknya satu tamparan harus mendarat di pipi pria brengsek itu. Jika dia mati, setidaknya dia menyumpahi supaya menderita di neraka sana.

"Kenapa kau tidak pernah berdandan saat di sekolah, lihatlah sebaya mu, mereka berdandan semua!" kata seorang laki-laki yang juga seorang teman kelasnya. Dia tidak mempedulikan perkataan itu. Cukup dia dan ibunya saja yang tau nasib buruk mereka. Dia anggap kemiskinan ini adalah aib. Ya memang aib. Mana bisa dia ungkapkan bahwa dia ingin dikasihani, dikasihani pun tidak merubah apa pun.

Anggap saja sekolah adalah taman rekreasi. Di sini dia tidak perlu mendengarkan ocehan dan hinaan nenek mereka karena kemiskinannya. dia mendapatkan cinta dari guru meski tidak banyak, Bilamana takdir bisa di Kulik, dia ingin mengajak ibunya ikut sekolah, dan supaya penderita ibunya bisa diistirahatkan. Tapi hal semacam itu hanya angan-angan.

Dia menderita , ibunya juga, bapaknya mungkin saja menderita. Yang tidak menderita adalah saudara saudara nya. Terlahir kaya, dan tidak perlu mendapatkan makian dari nenek. Makian yang sangat kejam. Menusuk hati.

"Sekolah yang benar, jangan suka main, biar ada pria kaya yang mau menikahimu, " nasihat neneknya yang terkesan seperti ejekan. " Pria kaya tidak suka dengan perempuan bodoh, ibumu itu bodoh, makanya dia dapat laki laki bodoh brengsek kayak bapakmu itu"

"Hei kenapa piring piring belum di cuci,!?, Pamanmu bakal datang, jika kotor pasti dia kecewa , cepat kerjakan sekarang!!"

"Lihatlah sepupumu itu si Diana, dia sudah ada yang mengincar , katanya calon suaminya adalah seorang direktur tambang di Kalimantan, padahal dia seumuran dengan mu cih!!"

"Harusnya aku tidak pernah merestui pernikahan ibu dan bapak mu, aku sudah firasat kalau penghasil bapak mu sebagai pegawai itu sangat kecil, sekarang kejadian kan, bapakmu kabur, harusnya aku nikahan saja dia dengan kepala desa waktu itu meski dia se umuran dengan ku"

Tamat

Semesta Itu Kamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang