©kant!!, apa ku bilang...©

23 6 3
                                    

"Kant, Kant, apa ku bilang Kant, dia itu bukan wanita baik-baik," jemes terus saja menceramahi Bobi yang galau karna mendapati Lina berkencan dengan orang lain

"Aku kan sudah memperingatkan mu, bahwa Lina itu tidak akan berubah meski kau memaksanya, merayunya, dan ini lagi, kau hanya memberikan saran?!, mana mau dia dengar?!"

"Tapi Jemes, Lina berkata pada ku, kalau dia tidak akan melakukan pekerjaannya lagi"

"Mana mungkin dia akan mendengar kata-katanmu?!, Lina itu tidak baik, dia seorang penjilat, wanita penjilat kemaluan lelaki, dia tidak mungkin bisa keluar dari jobnya itu, uangnya gede, dan kau hanya laki-laki yang baru dia kenal sebulan ini, mana bisa kau percaya begitu saja"

"Iya jemes, tapi Kan, aku... Ahh"

"Kant aku sudah bilang!!, Ini sudah ke tiga kalinya, kant sudah ku bilang!!"

Mendengar jemes yang mulutnya agak lain, ia tak bisa menahan huruf "T" setelah "N" dalam kata kan, ini membuat imaji Bobi melejit pada seorang jenius di abat  pencernaan di Prancis.

"Mulutmu memang harus berlebihan seperti itu ya, jangan tambahkan "T" dalam "kan" mu itu!"

"Sial, aku ini memperingatkan mu, kenapa kau komentar dengan mulut ku, biarlah "N" yang ku ucapkan terdengar seperti ada "T" dibelakangnya"

"Bukan itu masalahnya, karena mulut mu, aku jadi tak bisa fokus kepada peringatan mu, aku malah ingat kepada seseorang profesor yang bernama Imanuel Kant yang sangat terkenal itu"

"Ah kau ini, tidak berhenti henti nya kau membaca banyak tentang buku fiksi, entahlah, mungkin otakmu hanya ada buku, membedakan mana wanita baik baik saja kau tak mampu"

"Kau tau jemes, Imanuel Kant, berhasil mendamaikan antara aliran rasionalisme yang bersitegang dengan empirisisme, atau mungkin tidak, entahlah, atau dia hanya menggabungkan keduanya dan lahir lah pikiran baru, kalau tidak salah..hmm, ah iya , kritisisme."

"Kau bercanda ya, kau bicara tentang apa sih,?"

"Sekarang begini, menurut mu sumber dari apa yang kau "tahu" itu apa?, memori yang ada di otakmu, atau apa apa yang kau dapatkan, maksudnya informasi yang kau dapatkan dari kelima Indra mu?"

"Ah berbelit-belit, tapi tidak apa apa, coba aku pikirkan, jika aku tidak meladeni mu, pasti kau akan menganggap ku orang bodoh bukan!!, Dasar kutu buku sialan!" Ungkap jemes yang sudah lupa perkara Lina yang baru saja dia bicarakan secara menggebu-gebu.

"Apa ya, mungkin apa yang aku dapat dari panca indera ku, mungkin, seperti, aku tau gula itu manis dari setelah aku mencoba gula ke lidahku sendiri " ungkapnya kemudian.

"Itu masih perkara gula, yang jika kau makan , dia terasa manis di lidah, coba pikirkan kembali tentang "manis" itu sendiri, "manis" itu kau tau dari mana?" Bobi mulai suka jika sejawatnya itu mau berdiskusi dengannya.

"Entahlah, aku juga tidak mengerti, kenapa dan bagaimana tubuhku "aman" saat merasakan rasa manis, seolah tidak membahayakan sama sekali, padahal jika pertama kali aku merasakan manis, pada saat itulah, pengetahuan tentang manis terjadi, ah entahlah, aku membuat ku bingung." Jemes yang tidak gemar dengan buku, hanya menatap langit-langit yang di hiasi lampu redup.

"Itulah, aku juga bingung dengan Apriori yang sering Kant katakan, aku sih setuju setuju saja dengan apa yang dia ungkapan, terkait penggabungan kedua sumber pengetahuan itu, pasalnya, hal semacam itu adalah hal yang lebih masuk akal ketimbang mengunggulkan satu diantara keduanya. Entah pengalaman indrawi yang mendahului atau pengetahuan yang di simpan otak terlebih dahulu. Mungkin dengan menggabungkan keduanya, kita tidak perlu khawatir akan tipu daya terhadap apa yang kita ketahui bukan," Bobi berkata dengan penjelasan yang begitu rumit, sampai sampai jemes yang mendengar hanya bisa geleng geleng kepala.

"Hei Bobi, saranku ya!, kau kan kutu buku, coba kau gunakan teori siapalah itu, hemm" dia bergumam "Ima.. iamanu.. imanue Kant itu, untuk mengetahui Lina , wanita yang kau dambakan itu" saran jemes menerka-nerka.

"Pasti kau berfikir kalau aku, menggunakan kritisisme kepada Lina, aku akan berkesimpulan bahwa Lina itu wanita yang buruk. Tapi cobalah kau membaca lebih dalam tentang Kant, dia juga obses tentang kebebasan manusia, dia berkata bahwa manusia tidak akan mendapatkan kebahagiaan, kalau dia tetap terkungkung dalam tempurung "manusia" yang terbatas itu"

"Hah? Tempurung? Maksudmu?"

"Kau ingat, manusia itu dikuasai oleh pakem pakem kebahagiaan saat melakukan kebaikan, contoh, aku akan bahagia jika setelah membantu orang lain aku mendapatkan pujian darinya, atau, aku akan bahagian jika orang yang aku sedekahi, membalas ku suatu saat nanti, atau yang lebih ekstrim, aku berbuat baik karena ingin syurga milikNya."

"Emang kenapa jika menginginkan balasan, itu kan wajar" kata jemes yang sinis dengan pernyataan Bobi

"Ish kau ni, jika terus seperti itu, kau tidak akan bisa bahagia, karena semua butuh syarat dan memiliki batas, coba deh, jika kau tidak dipuji, maka, mana bisa kau bahagia, lalu jika kau tidak dibalas budinya, maka batal kaj bahagia, lalu jika tuhan tak memberimu syurga, apa yang bisa kau lakukan?!!, Iya kan?!"

"Lalu apa solusi Kant atas hal itu ha!!, Pasti dia tak punya solusi, mana ada orang yang bahagia tanpa syarat "

"Fufufu, kau meremehkan Kant, dia punya solusi nya, yakni melakukan kebaikan tanpa pamrih, dengan begitu dia tidak perlu pusing dengan "Syarat" atas kebahagiaan. berbuat kebaikan adalah kebahagiaan itu sendiri, dengan demikian dia mendapatkan kebahagiaan yang abadi plus unik, keran dia melampaui tempurung "manusia"nya " jumawa Bobi menjelaskan

"Oh aku tau sekarang, kau berencana untuk terus memberikan kebaikan kepada pelacur itu tanpa pamrih, padahal baru saja kau bermuram durja karena Lina melayani seorang laki-laki dari luar negeri " ungkapan Jemes menyindir.

"Entahlah jemes, aku kadung suka dengan Lina, meski secara Apriori dan panca Indra , aku pasti berkesimpulan bahwa dia wanita yang buruk,tapi entahlah..."

"Ya ya ya, lakukanlah kebaikan tanpa pamrih itu kepada Lina, sang pelacur pujaan hatimu, aku tak peduli lagi!!, aku juga bodoh karena melakukan "ceramah baik ku untuk mu" , serta aku tak pernah pamrih sama sekali, mungkin kita sama,  sama sama ingin mendapatkan kebahagiaan tanpa batas, karena ya, melakukan kebaikan itu sendiri adalah hal bahagia " ungkap Jemes menilai diri sendiri.

"Mungkin dengan melihat ku Terus berbuat baik kepadanya, Lina akan menjadi baik dan meninggalkan pekerjaan kotor itu, tapi aku tidak berharap lebih, supaya aku tidak terjerumus dalam kebahagiaan semu seperti orang-orang." Bobi menghela nafas panjang, dia agak sedikit kecewa dengan Lina sang pujaan hatinya, mungkin, ternyata Bobi belum mencapai " berbuat baik tanpa pamrih", dia belum bahagia secara unik, dia tetaplah Bobi yang terpenjara dalam wujud manusianya.

Semesta Itu Kamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang