©perem"puan"©

14 5 2
                                    

Aku menyebutnya puan. Perempuan unik yang membuat aku tertarik. Entah mengapa meski Prasa ku tertancap di hadirat nona. Tapi puan mengalihkannya.

Seru sepertinya saat malam. Aku tidak membuat puisi tentang nona. Tapi tentang puan. Senyumnya yang menawan. Gelagatnya yang energik. Membawa nuansa baru diantara setiap orang.

Puan di incar oleh temanku. Kataku. Puan dan temanku sangat dekat. Dan di saat itulah aku merasa cemburu. Bukan sekedar cemburu, namun cemburu buta. Aku seakan tiba-tiba saja cemburu, padahal puan tidak terikat sama sekali dengan ku.

Temanku mengobrol dengan puan, di sisi lain aku jadi cemburu. Dalam kecemburuan itu, aku tersadar akan sesuatu. Aku seorang manusia. Ternyata tidak lebih dari perasaannya.

Lalu hari bari berikutnya. Aku tercetus sebuah kalimat.

"Aku mencintaimu tanpa karena"

mungkin itulah yang ada di benakku tentang puan. Yang paling aku ingat adalah sebilah foto ,Aku dan puan tanpa ikatan, membayangkan saja seakan mustahil. Tapi aku dan puan benar benar dalam bingkai foto . Hanya kami berdua, tidak ada yang lain selain kita.

Aku dan puan sekali waktu, berjalan berdua, membahas seperti sejoli, berbincang sebagian kecil hal-hal ringan, ingat sekali, jalanan itu panjang, mungkin sepuluh menit hingga sampai ke ujung. Percakapan itu membuat dadaku berbunga, membuat prasaku berharap banyak.

Hingga suatu ketika ...

ku dengar kabar, puan akan menikah. Iya, dia akan menjadi kepunyaan orang lain. Kini suami beruntung mana yang akan bersanding dengan dia, aku tidak peduli!!!. Karna kepedulian ku tertuju kepada puan, bukan yang lain.

Puan tetaplah Puan, ia di cintai karena ketidak tahuan, cemburu dalam buta , dan bergerak tanpa arah.

𝕾𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝖝𝕾

Hujan terjadi, turun mengenai netra ku. dibumbui dengan sepi, rintikan nada terdengar sendiri. Senja semakin dekat menjumpai. Titik terangnya semakin jauh diliputi. Perempuan ini menghantui sanubari, bergeraklah ia dari mataku ke hati. Suasana hari itu disudahi, dengan gelagat meminta berhenti. tumben puan menanggapi, apa puan pun juga mencintai, tidak lagi, semua ini sepi. Aku, puan dan rasa yang tidak pernah terjelaskan

Semesta Itu Kamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang