PART 10

363 49 3
                                        

Hari sudah sore, Chaery sudah pulang beberapa menit yang lalu di jemput supir pribadinya, paling-paling Ares ketar ketir tidak mendapatkan kabar Chaery dan tidak menemuinya di kampus karena ponsel gadis itu kehabisan baterai, menghubungi Pak Hwang saja lewat Seiya.

Tinggal Seiya dan Yesha yang bersiap pulang, mereka tidak akan sampai malam karena akan menganggu istirahat Joana, lagipula ada Jevin yang merawatnya.

Seiya dan Yesha tidak akan langsung pulang.
Seiya paling benci saat pagi - sore ada di rumahnya lebih baik di luar, ia selalu beralasan pulang malam pada papanya karena memang jadwal kuliahnya yang padat. Yesha sebenarnya peka terhadap seiya yang tak ingin pulang cepet hari ini.

"Mau kemana dulu nih, Sei?" tanyanya setelah mereka keluar dari apartemen Joana.

"Lo gak langsung balik?"

"Gue mau nemenin lo dulu, ini kan masih sore pasti lo gak mau langsung balik."

"Heheh."

"Udah dari awal semester kita temenan, gue tahu kebiasaan lo itu. Btw ada apa emangnya Sei di rumah lo?"

"A- emm itu Sha, gue males ribut sama adik gue." alibinya.

"Adik lo yang cowok?"

Seiya pernah cerita sekilas kalau dia punya adik yang berbeda 4 tahun dengannya, namun detainya Yesha tidak tahu.

"Iya kan gue cuma punya adik satu."

"Ohh. Sei hari ini kita libur nugas dulu yuk. Sumpah ya temenan sama lo tiap balik ngampus pasti ngabisin waktu buat belajar."

Karena Seiya binggung melakukan hal apa lagi selain beralasan mengerjakan tugas dan belajar saat Yesha menemaninya di kampus hingga malam tiba.

"Bagus dong, Sha. Ujian nanti gak perlu belajar lo."

"Iya si, selain itu gue tenang banget Sei jadinya karena gak ada tugas numpuk."

"Denger cerita lo, gue jadi ngerasa jadi orang yang punya aura positif padahal ngisi kegabutan."

"Haha tapi bener kok Sei, ngefek banget."

•••

Yesha maupun Seiya sudah lelah berkeliling mall mencari yang tidak ada kalau kata Yesha, tepatnya mereka hanya menunggu malam. Saat malam sudah tiba keduanya memutuskan untuk pulang.

"ih Sha, adik gue udah di jalan jemput gue." Seiya terpaksa menghentikan langkahnya karena sebelumnya tujuannya adalah parkiran mobil.

"Eh jemput ke sini?"

"Gak tahu gue gak bilang apapun, tapi papa gue kirim pesan tiba-tiba Haruto jemput gue katanya."

"Nanti dia malah ke kampus lo."

"Biarin aja."

Eits hampir aja bicara gue kelewatan bisa-bisa Yesha nanya lebih lanjut. Kata Seiya dalam hati.

"Lo jahat banget, Sei. Ayo cepet kasih tau dia lo di mall."

"Hehe iya gue becanda doang tadi."

"Atau lo kabarin Naruto mau balik bareng gue aja?"

"Haruto!" ralat Seiya.

"Iya itu pokoknya lah."

"Enggak, nanti papa gue malah mempermasalahkan."

"Iya juga ya."

"Kalau gitu gue tunggu di depan, lo sana balik juga."

"Oke, bye Sei." keduanya berpisah, Seiya memilih keluar mall melaui pintu depan sedangkan Yesha melanjutkannya ke tempat parkir mobil.

Sesampainya di parkiran, gadis itu menangkap sosok laki-laki yang berdiri di depan mobilnya, tepat bersebelahan dengan mobil Yesha, terlihat sedang menunggu seseorang sambil sesekali mengecek ponselnya.

"Regan!" seru Yesha. Ia belum melupakan Regan yang masih bertahta di hatinya walaupun beberapa hari yang lalu dibuat menangis.

"Lo ngapain?" tanya Yesha sambil memperpendek jarak antara mereka.

"Bukan urusan lo." jawabnya terlihat santai.

"Iya sih, mau gue temenin dulu gak?"

"Gak perlu! Kenapa setiap ketemu lo itu di jam malam kayak gini?"

"Kalau siang kan kita sibuk kuliah."

"Terus lo malemnya ngapain? Kemarin di hotel sekarang di mall? Lo selalu kelayapan ya?" sekalinya berbicara yang keluar dari mulut Regan sangat menusuk hatinya.

Tak ada jawaban atau pembelaan dari Yesha, ia memilih diam karena kesal.

"Atau lo cewek-" ucapan Regan terhenti saat Yesha membekap mulut pedas cowok itu dengan tangannya sendiri.

"Mentang-mentang gue pernah ngemis cinta sama lo, bukan berarti lo seenaknya ngehina gue.."

"..Gak usah ngatain gue, mulai sekarang gue gak akan gangguin lo lagi!" setelah mengucapkan kalimatnya, Yesha masuk ke dalam mobilnya lalu bersiap pulang, ia lelah mengejar Regan yang semakin menjauh dan mustahil di dapatkan, mungkin saatnya menyerah. Ia tidak akan mengusir Regan tiba-tiba dalam hatinya, tapi perlahan.

"Arrghhh!" teriaknya sembari memukul kemudi sebelum melajukan mobilnya.

Semua itu tak lepas dari perhatian Regan, ia masih memantau Yesha lewat kaca yang terlihat kacau bahkan air matanya mulai menetes, katakanlah Regan si berengsek yang hanya diam saja melihat seorang gadis menangis karenanya.

"Maaf.. Gue punya wanita pilihan gue sendiri." gumamnya yang terus memandangi laju mobil Yesha yang perlahan menghilang dari jangkauannya.

"Regan?" panggilan itu menyadarkan Regan pada tujuan awalnya datang ke sini dan membuatnya mengerjap pelan.

"Mama? Udah selesai?"

"Udah.. Ayo pulang."

•••

Gak usah ganteng maksimal gitu, gak semua orang kuat RENJUN!

Gak usah ganteng maksimal gitu, gak semua orang kuat RENJUN!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STARLIT REVERIE | 00 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang