PART 13

262 40 0
                                    

"Jevin gue mau ngampus hari ini jangan lupa jemput." ujar Joana lewat sambungan telepon.

"Emang udah bener-bener fit?"

"Udah kok." jawabnya yakin.

"Yaudah bukain pintu."

"Hah lo di sini?" Joana yang masih berbaring di tempat tidurnya langsung terbangun dan mematikan sambungan teleponnya, lalu bergegas ke arah pintu.

"Kenapa gak buka langsung aja?" tanyanya ketika membukakan pintu.

"Takutnya gak sopan."

Joana menahan senyumnya, penuturan Jevin selalu membuatnya salah tingkah brutal, apalagi di tambah perlakuannya seperti sekarang, Jevin yang memegang dahinya dengan punggung tangan, "Bagus deh kalau udah sembuh." gumamnya.

Joana memberikan kode padanya agar masuk.

"Emm, Vin.. Kan matkul pertama jam sepuluh sekarang aja masih jam delapan."

"Lo belum sarapan, make up lo juga lama." cowok itu membawakannya sarapan untuk di makan bersama.

Joana menampakkan cengirannya, memang benar adanya seperti itu.

"Mau mandi atau sarapan dulu, Jo?"

"Mandi dulu deh." lantas gadis itu langsung bersiap-siap mandi.

Satu jam kemudian.

Sambil menunggu Joana, Jevin yang tadinya ingin menyantap makanan bersama malah makan duluan dan kini tersisa satu porsi nasi goreng yang dibawanya dari rumah. Ia duduk di depan televisi dan mengganti-ganti channel tanpa jeda, entah apa yang di carinya.

"Bukan lagi dingin tapi udah beku kayaknya nasi gorengnya." canda Jevin saat Joana baru keluar dari kamarnya dengan penampilan rapi.

"Yahh.."

"Ya lo si, Jo."

"Yaudah deh biarin." pasrahnya dan tetap memakan apa yang Jevin buatkan untuknya.

Cowok itu menengok ke belakang untuk melihat Joana, tampak lahap dan tidak ada protes apapun karena memang masakan Jevin sangat pas di mulutnya.

"Jo, kalau udah gak enak beli aja yuk." pada akhirnya cowok itu tidak akan tega jika menyangkut Joana.

"Apaan sih, enak ini."

"Beneran?"

"Emm." ia kembali menyuapkan nasinya ke dalam mulut.

•••

09.30

Ingin rasanya mengumpat kesal tapi entah pada siapa, ini kesalahan Seiya sendiri yang bangun kesiangan dan harus terburu-buru berangkat ke kampus, setelah selesai makan ia langsung keluar rumah.

"Oh damn!" umpatnya di depan seorang laki-laki dengan mudahnya masuk ke pekarangan rumah.

"Berapa kali gue ingetin sama lo jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi!" teriaknya di depan laki-laki itu yang kini menginjakkan kakinya di teras rumah.

Namun yang Seiya lihat di wajahnya hanya seringai dingin yang ditunjukkannya, karena tak ingin memperpanjang urusannya dengan Seiya ia berlalu begitu saja justru membuat gadis itu geram. Tanpa ragu menarik kerah baju yang di gunakan laki-laki itu dan mulai melakukan serangan seperti memukul wajahnya berkali-kali, tak ada perlawanan sehingga Seiya dengan mudahnya melukai wajah itu walaupun tubuhnya lebih kecil.

"Apa perlu gue pukul sampai lo mati?"

Brak.

Sekali tepisan tubuh Seiya sudah tersungkur di atas lantai, saat akan membangunkan tubuhnya badan Seiya di injak lalu laki-laki itu membungkukkan badannya agar lebih dekat dengan Seiya.

"Orang suruhan gue banyak, mau ngelawan atau bokap lo yang jadi ancamannya?"

Seiya tidak menjawab, ia berusaha membebaskan dirinya yang diinjak oleh orang gila itu. Setelah berhasil terbebas ia segera pergi mengingat waktu terus berjalan.

"Gue harus pikirin caranya biar orang gila itu berhenti ngambilin duit papa gue." gumamnya sambil berlari mencari taxi.

Ada untungnya Yesha kali ini tidak menjemputnya, jika saja datang mungkin ia akan melihat bagaimana kondisi Seiya di rumahnya. Seiya paling tidak mau teman-temannya tahu masalahnya.

Setelah sampai di kampus ia nyaris telat jika saja dosennya tidak berhenti dulu sekedar mengobrol dengan salah satu mahasiswa semester atas di dekat kelasnya.

"Sei?" Chaery melambaikan tangannya agar Seiya tidak mencari-cari tempat duduk kosong lagi.

"Tumben hampir telat?"

"Kesiangan." jawabnya singkat setelah mendudukan dirinya di samping Chaery.

Tak lama kelas di mulai, selama jam mata kuliah fokusnya hilang, kejadian tadi pagi bukan kali pertamanya bagi Seiya, namun mengingatnya cukup membuatnya sakit, kesal dan dendam secara bersamaan.

"Sei?" bisik Chaery yang menyadari Seiya hanya menunduk melihat bukunya dengan tatapan kosong.

Tak ada respon apapun, Chaery membiarkannya dan ia kembali memperhatikan penjelasan dosennya di depan sana.

Sampai mata kuliah selesai dan dosen keluar kelas, Chaery mendapati Seiya yang menidurkan kepalanya di atas lengan membelakanginya.

"Sei."

"Sei."

"Sei." panggilnya sambil menepuk-nepuk pelan bahu temannya.

"Eh apa?" Seiya membenarkan posisinya dan menengok pada Chaery.

"Lo kenapa?"

"Ada apa?" timpal Joana melihat kedua teman di belakangnya agak berbeda.

"Nothing." jawab Seiya lalu ia membereskan buku-bukunya ke dalam tas dan bersiap pergi.

"Gue ke toilet dulu ya?"

"Sei, kita paling di kantin nanti nyusul langsung ke sana ya?"

Seiya hanya mengangguk sekilas menjawab perkataan Chaery.

"Sei!" Joana hendak menahannya, ia rasa Seiya agak berbeda hari ini meskipun tahu bahwa gadis itu tidak akan berbagi ceritanya dengan mudah.

"Biarin aja Jo, Sei kalau kayak gitu lagi pengen sendiri," ujar Yesha yang melihat Seiya berlalu begitu saja.

•••

STARLIT REVERIE | 00 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang