PART 20

265 37 0
                                    

Hari ini hanya ada satu mata kuliah dan dosen yang bersangkutan berhalangan hadir, rasanya Seiya terlalu malas untuk berangkat kuliah jika tidak ada kegiatan apapun di kampusnya, namun ia juga enggan melihat pria gila yang sering keluar masuk ke rumahnya.

Ia berdiri di balkon kamarnya menatap ke arah luar, jam menunjukkan tepat pukul 09.00 berbarengan dengan sebuah motor yang terparkir di halaman rumahnya, Seiya berdecak kesal dan akhirnya ia masuk menutup pintu balkon dengan keras dan memilih keluar kamar.

"Lho kok gak sekolah?" tanyanya setelah menemukan Haruto yang berbarengan keluar kamar dengannya.

"Liburan semester," jawab Haruto.

Seketika Seiya diam untuk berpikir, tadinya ia akan menghadang seseorang yang hendak masuk ke dalam rumahnya namun terlintas ide untuk mengusirnya secara halus tanpa menguras energinya.

"Kenapa kak?" Haruto menyadarkan lamunan Seiya yang menampakkan seringai tipis itu secara tidak sadar.

"Bilang sama mama gue sakit dan Cakra mau jengukin gue." setelah mengatakan kalimat itu, Seiya masuk lagi ke dalam kamarnya tanpa memedulikan Haruto yang bertanya-tanya.

Khawatir adiknya itu tidak bisa di ajak kerja sama, ia mengirimkan pesan untuk menjelaskan secara detailnya.

Selang beberapa menit, terdengar langkah kaki menuju ke arahnya, Seiya langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dan menutupi seluruhnya badannya dengan selimut.

"Kamu sakit?" tanya mamanya saat membuka pintu kamar Seiya.

Wanita itu hendak menyentuh dahinya, namun dnegan cepat Seiya menutup wajahnya dan kini seluruh tubuhnya tertutup selimut.

"Jangan sentuh aku, nanti nular."

"Emang sakit apaan sih?" sang mama tetap pada pendiriannya ingin mengecek suhu tubuh Seiya dengan berusaha menarik-narik selimut itu.

"Ma udah ma.. Nanti biar Kak Cakra aja yang urusin Kak Sei," ujar Haruto yang berdiri di ambang pintu, di balik selimut itu Seiya tersenyum puas mendengar Haruto yang mulai mengikuti permainannya.

"Beneran Cakra mau ke sini?"

"Iya," jawab Seiya masih dengan posisi yang sama.

Tak ada jawaban, wanita itu keluar dan turun ke lantai bawah dimana ada seorang pria yang tengah duduk manis di sofa.

"Pergi!" usir wanita itu setelah menuruni anak tangga terakhir.

"Saya akan pergi kalau hari ini ada pemasukan."

"Saya tidak ada uang."

"Bukankah kamu seorang jalang? Lihatlah keadaanmu sekarang, tinggal di rumah mewah seperti ini dan-"

Brak!

Vas bunga yang ada di dekatnya ia lempar tepat mengenai kepala pria itu sampai menghentikan ucapannya.

Darah mengalir di pelipisnya, napasnya memburu terpancing emosi, sorot matanya menajam dan menarik lengan wanita itu kasar hingga disudutkan di dinding, lalu lemparan barang sebagai perlawanan itu terdengar sampai kamar Seiya.

Seiya tidak tahu bagaimana sikap ibu tirinya pada orang yang ia sebut pria gila itu, yang terlintas di pikirannya adalah perlakuan manis dan pasrah karena sering membiarkan Seiya ribut dengannya atau bahkan Seiya terluka sekalipun.

Pria itu menyimpan banyak rahasia ibu tirinya dan menjadikan semua itu sebagai ancaman, karena sekarang telah menikah dengan ayahnya Seiya, menurutnya wanita itu sangat memiliki banyak uang lalu memanfaatkannya alih-alih menutup mulutnya sendiri.

STARLIT REVERIE | 00 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang