Reina, gadis yang beruntung di selamatkan Ares satu tahun yang lalu.
Malam itu Ares pulang malam usai main futsal di kampusnya, di tengah perjalanan ia melihat seorang wanita dengan pakaian sedikit terbuka menangis di tepi jalan, bahkan nyaris mendapatkan perlakuan tidak baik oleh laki-laki yang sudah mengincarnya.
Ares yang terkejut, tanpa basa-basi menepikan motornya dan menghampiri wanita yang sudah di tarik paksa tangannya oleh laki-laki itu. Mendengar permintaan tolong, segera Ares menarik satu tangan wanita itu yang terbebas. Tak perlu membuang banyak energi karena laki-laki tadi langsung melepaskan cengkramannya dan pergi dari hadapan mereka hingga akhirnya wanita bernama Reina itu memeluk Ares yang lebih tinggi darinya.
Tentu saja Ares terkejut dan berusaha membebaskan dirinya dari pelukan erat itu dengan susah payah, setelah berhasil dapat Ares lihat wajah sayu wanita itu, pipinya merona dan nyaris ambruk ketika berdiri sendiri, dia sedang mabuk.
Ares membuka jaketnya lalu ia pakaikan pada Reina yang bahunya terekspos, ia tersenyum lebar merasakan tubuhnya yang tidak kena terpa angin lagi.
"Thank you." gumamnya.
"Emm, s-saya antar pulang atau saya pesankan taksi?"
Reina tertawa kecil mendengar penuturan Ares yang kaku, "Kamu manis."
"Saya serius."
"Aku gak mau pulang."
"Terus malam ini mau kemana?"
"Pulang ke rumah kamu."
Ares membelalakan matanya, tidak mungkin membawa seorang wanita yang sedang di pengaruhi alkohol itu ke dalam rumahnya, bisa-bisa ada seribu lebih pertanyaan dari kedua orang tuanya.
Tak ada cara lain selain membawa wanita itu ke hotel terdekat, Ares hanya membawanya ke sana lalu ia pulang, namun sebelum itu Reina meminta nomor ponselnya dengan paksa, jika tidak maka pilihan lainnya Ares harus bermalam dengannya.
Setelah malam itu terlewati, Reina terus menghubunginya walaupun jarang mendapat balasan, mengajaknya bertemu dengan alasan mengembalikan jaketnya, pada akhirnya Ares menyerah dan membiarkan Reina sesekali menemuinya agar urusannya selesai, tapi siapa sangka Reina hampir setiap hari menemuinya bahkan ketika Ares bersama teman-temannya, akhirnya Ares dan Reina berteman tapi wanita itu sangat menginginkan Ares lebih dari itu.
•••
Hari ini kuliah seperti biasa, Chaery sehabis dari ruang dosen dan hendak menyusul teman-temannya yang ada di taman belakang, saat berjalan di pelataran kampus, tiba-tiba dari arah belakang pergelangan tangannya di cekal seseorang lantas membuat Chaery membalikkan badannya.
"Aku mau ngomong sama kamu."
Chaery melepaskan tangannya dari genggaman Ares terlebih dahulu, "Aku gak mau denger."
"Chae, tapi ini salah paham."
"Maksudnya?"
"Aku sama Reina gak ada apa-apa."
"Oke."
"Tapi sikap kamu belum percaya sepenuhnya."
"Aku gak tau Res, gak mungkin kalau gak ada apa-apa sikap cewek itu kayak gitu."
"Aku harus gimana biar kamu percaya?"
"Udah Res kamu gak perlu ngelakuin apa-apa. Oh iya, omongan aku yang kemarin aku tarik ya. Aku gak izinin kamu buat jadi cowok aku lagi, kalau kemarin kamu anggap kita udah jadian, berarti mulai detik ini kita putus."
"Chae jangan, please."
"Sorry." setelah itu ia pergi dari hadapan Ares yang terluka.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
STARLIT REVERIE | 00 LINE
FanfictionStory for fan 00 Line Kisah ini memiliki banyak sisi, tentang persahabatan empat gadis dan masalah percintaan mereka. Menghadapi berbagai tantangan, cinta tak terbalas, terjebak friendzone, perjodohan hingga kisah cinta rumit karena trauma.
