"Ares minta di patahin kakinya!" gerutu Seiya setelah mengetahui penyebab Chaery menangis. Sorot matanya menajam, kedua tangannya di lipat di depan seolah sedang berhadapan dengan Ares.
"Kali ini gue setuju sama lo, Sei." sahut Yesha.
Kini keempatnya sudah berkumpul, Jevin sudah dibawa pergi oleh Ajun sebelum Yesha dan Seiya datang. Secara tidak sengaja kamar Joana adalah tempat dimana di antara mereka menangis, kamar ini salah satu saksi patah hati para gadis itu.
"Eh tapi bentar deh, Ares gak ada jelasin apa-apa gitu, Chae?" tanya Joana pada Chaery yang masih menenggelamkan kepalanya di atas lutut, ia duduk di kursi yang biasa digunakan Joana mengerjakan tugasnya.
Chaery menggeleng tanpa membenarkan posisinya, Yesha yang kembali mendengar isakan kecil dari mulut Chaery dengan cepat ia memeluknya dan mengusap lembut punggung temannya itu.
"Sebenarnya gue juga penasaran sih cerita dari sisi Ares." bisik Seiya pada Joana.
Chaery mengangkat kepalanya sembari mengatur napasnya agar stabil kembali, Yesha yang berada di dekatnya memberikan tissue padanya.
"Walaupun dia punya argumen yang meyakinkan, gue belum mau denger penjelasan apapun, belum siap nerima fakta." kata Chaery.
"Oke gue ngerti, gue setuju sama lo Chae." tugas Yesha hanya mendukung apa yang ingin dilakukan temannya.
"Yaudah kalau lo mau kayak gitu, gak salah kok, iya kan Sei?" Joana meminta pendapat juga dari sisi Seiya.
"Iya, lagipula masalah kalian masih panas, kalau sekarang-sekarang kesannya cuma dengerin pembelaan masing-masing."
Akhirnya Chaery mengangguk pelan menyudahi tangisannya dan mencoba mengambil napas panjang.
"Gue udah cukup tenang."
"Eh sorry out of topic nih," ujar Joana membuat pandangan ketiga temannya tertuju padanya, "Gue mau nanya sama lo, Sei."
"Gue?" tunjuk Seiya pada diri sendiri.
"Iya lo, ada yang di sembunyikan dari kita ya?"
"Gak ada Jo, apaan coba?"
"Bohong, gue sebutin gak papa nih?"
"Ada apaan sih?" sahut Yesha yang juga penasaran.
"Lo ada apa sama Paji?"
Deg.
Seiya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa tertangkap basah atas perbuatannya yang jika di pikir-pikir itu bukan kesalahan.
"Gue liat lo masuk ke mobil Paji, udah dua kali."
Mau mengelak tapi Joana sudah melihatnya lebih dari satu kali, tidak mungkin Seiya membuat alasan salah lihat.
"Oh itu, gue ada urusan bisnis sama dia." alibinya setenang mungkin.
"Percaya gak percaya," ujar Joana.
"Bisnis apa?" bahkan Chaery saja yang tengah bersedih sampai bertanya.
"Tolong jelaskan saudara Seiya Laluna, ada hubungan apa antara lo sama Paji!" jika Yesha sudah membuka suara, dapat ia pastikan akan terus di teror jika tidak cepat memberitahunya.
"Huft." keluhnya.
"Tapi tolong banget jangan rame apalagi ceng cengin gue kalo nanti di kampus ada dia."
"Siap."
"Tenang aja."
"Iya, kayak anak SD lagian ledek-ledekan kayak gitu."
Setelah yakin dengan jawaban teman-temannya, Seiya terpaksa menceritakan hubungannya dengan Paji.
•••
Ares belum pulang ke rumahnya, tapi Ajun dan Jevin sudah mengisi tempat biasa mereka berkumpul lalu semua teman-temannya menyusul dan sudah memenuhi ruangan yang mereka sebut basecamp itu, namun pemeran utama hari ini belum menampakkan batang hidungnya, bahkan Ajun sudah bolak-balik menanyakannya pada orang tua Ares dimana keberadaan laki-laki itu, sama saja jawabnya, belum pulang dari kampus. Padahal ini sudah malam.
"Cari aja apa ya di sekitar sini?" Ajun terlihat resah saat kembali ke ruangan setelah bertemu mamanya Ares.
"Mending lo kasih tahu dulu sama kita ada apa." kata Paji, ia kesal pada Ajun yang sibuk sendirian mengabaikan teman-temannya yang penasaran. Di grup chatnya ia hanya memberitahu kumpul di basecamp karena urgent.
"Nanti aja."
"Gak jelas banget lo." Jevin melempar sebuah cemilan yang tengah di makannya pada Ajun, ada dendam terselubung mengingat tidurnya di ganggu.
"Eh gak usah dendam ya anj-"
Ajun menghentikan perkataannya mendengar suara langkah kaki, takut-takut orang tua Ares yang datang karena pintu tidak tertutup, namun saat ia mengeceknya terlihat Ares yang sedari tadi di tunggu-tunggu.
"Res! Anjir lah, gue daritadi nungguin lo." kata Ajun yang berdiri di ambang pintu.
"Sorry, kalian ngumpul aja, gue capek mau tidur." Ares hendak ke kamarnya, tapi perkataan Ajun selanjutnya membuat Ares mengurungkan niatnya.
"Yakin? Ini tentang Chaery loh."
"Chaery? Lo tau dia dimana? Gue tadi ke rumahnya, nyokapnya bilang dia masih di kampus, chaery bohongin nyokapnya."
"Sama kayak lo."
"Jun, cepet kasih tahu gue apa yang lo tahu tentang Chaery?"
"Dia di apart nya Joan."
"Kenapa gue gak kepikiran ke sana ya?"
"Jangan! Biarin dia tenang dulu baru lo temui dia, soalnya tadi nangis sejadi-jadinya."
"Lo tahu?"
"Gue yang anter Chae ke sana, ketemu di luar cafe. Yang gue tahu emang kalian mau jalan kan, makannya gue nyangka pasti ini ada hubungannya sama lo tapi gue gak tahu masalahnya apa."
"Ares? Ngobrol di dalem napa!" teriak Haikal yang ada di dalam basecamp.
"Sebenarnya ada apa sih?" tanya Paji saat Ares masuk dan menempati sofa lalu bersandar di sana.
"Reina."
"Noona noona an lo itu bukan?" tebak Jevin sambil mengingat nama itu.
"Jangan bilang muncul pas lo lagi sama Chaery?" kali ini tebak Ajun yang kebetulan benar lagi.
"Eum."
"Apa yang dia lakuin ke lo pas di depan Chaery?" tanya Haikal.
"Lo tahu lah pasti."
"Kiss?" tebak Ajun yang lagi-lagi benar.
"Hm."
Ares gak perlu cerita, seolah mereka sudah mengerti hanya dengan Ares menyebutkan satu kata kuncinya saja.
"kiss your lips?"
"Lebih tepatnya di sini," ujar Ares sambil menunjuk pada pipinya.
"Oh shit!" umpat Paji.
"Pantes aja Chaery gak suka." timpal Haikal.
"Kenapa lo gak menghindar atau cegah dia?" tanya Jevin.
"Terlalu tiba-tiba, bahkan gue aja kaget liat dia di cafe."
"Lo sih memperlakukan noona lo itu terlalu baik." kata Ajun yang bahkan disetujui Ares. Ia hanya memperlakukan Reina layaknya seorang teman, tidak lebih. Mungkin sikap Reina saja yang berlebih.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
STARLIT REVERIE | 00 LINE
FanficStory for fan 00 Line Kisah ini memiliki banyak sisi, tentang persahabatan empat gadis dan masalah percintaan mereka. Menghadapi berbagai tantangan, cinta tak terbalas, terjebak friendzone, perjodohan hingga kisah cinta rumit karena trauma.
