Taman belakang kampus kembali ramai setelah beberapa hari belakangan sepi karena sore hari sering hujan dan mahasiswa sedang dalam ujian akhir semester.
"Libur semester kalian ada acara sendiri gak?" tanya Paji memulai pembicaraan saat mereka baru lagi kumpul di lapangan.
"Gak ada." jawab Haikal.
Lantas Paji menyarankan berlibur di sebuah pulau yang sempat ia kunjungi tahun lalu, "Pergi ke Memoria Island gak nih?"
"Gas lah." sahut Ajun.
"Wah iya anjir, udah lama gue pengen ke sana." Haikal pun ikut menyahut.
"Atur aja, Ji." seperti biasa Ares hanya tim tinggal jadi.
"Regan, lo ikut aja." seru Ajun. Memang sedari tadi cowok itu ikut bergabung namun hanya diam, berhubungan mereka sudah mengenalnya karena sepupu dari Jevin, dan Paji dengan mudahnya mengajak Regan berkumpul.
"Boleh." jawabnya dengan hati.
"Vin, ikut kagak?" tanya Paji pada Jevin, lantaran hanya ia yang tak menjawab.
"Kenapa?" tanyanya seolah tak mendengar percakapan teman-temannya, padahal mereka berkumpul di tengah lapangan sambil duduk santai sebelum memulai sparring futsal.
"Ini parah nih, kagak dengerin kita ngomong." ujar Haikal.
"Lagi mikirin Angel? Emang bego sih lo!" kesal Ajun yang masih tidak percaya dengan tindakan Jevin.
"Gue sama dia udah putus, Jun."
"Bagus, udah sadar dari keberengsekan lo?" tanya Paji yang ikut-ikutan.
"Emang Jevin kenapa?" tanya Regan penasaran.
"Biasalah masalah cewek." kata Haikal.
"Sodara lo kacau banget, Gan. Gue harus ceritain ke lo kayaknya nih."
"Jangan lebih-lebihin, Ji" bela Jevin untuk dirinya sendiri.
"Udahlah, dari kemarin lo pada mojokin Jevin." lerai Ares, "Back to topic, jadi gak liburan?"
"Tumben lo, Res?" heran Haikal.
Ares tersenyum penuh arti, "Gue mau ngasih usul, gimana kalau anak cewek juga di ajakin." ia menunjuk pada beberapa mahasiswi yang berkumpul di bangku beton yang tak jauh dari pandangan mereka, siapa lagi yang mengisi tempat itu selain Joana dan kawan-kawan.
Ajun mengikuti arah pandang Ares, "Halah si bucin, pantes aja semangat."
"Kali ini gue setuju sama lo Res, biar nanti gue yang ngajak Sei, kalau dia ikut otomatis yang lain ikut." kata Paji.
Jevin yang posisinya sedang canggung dengan Joana pun menyetujuinya, beberapa hari belakangan selama ujian, Jevin tidak mengantar jemputnya, tidak saling mengabari satu sama lain juga di kelas saling diam, mereka sedang perang dingin. Mungkin dengan adanya pergi berlibur bersama bisa menjadi moment mereka berbaikan.
Sementara dari sisi keempat gadis itu, Seiya mendapat pesan dari Paji tentang rencananya itu.
"Guys, Paji ngajak ke Memoria Island nih, pada mau gak?"
"Itu dia ada di sana kenapa gak ngomong langsung aja ya?" kata Yesha.
"Gak tau deh."
"Mau mau aja si, Sei." ujar Yesha.
"Kayaknya seru." sahut Chaery.
"Eng- gue gak ikut."
Mereka bertiga kompak menatap Joana yang sudah menyangka pasti akan bersama Jevin di sana, ia berniat melupakan cowok yang selama ini mengisi harinya.
"Karena Jevin?" tebak Seiya.
"Itu lo tau."
"Jo, lo boleh lupain Jevin sebagai orang yang pernah lo sayang, tapi jangan pernah putus pertemanan sama dia walaupun gak akan sering bareng kayak dulu." kata Yesha.
"Sha, gue mau nangis aja rasanya, gak tahu harus gimana ke dia."
"Lo bisa kok biasa aja sama Jevin, lagian Angel gak mungkin kan ikut?" tanya Chaery.
"Enggak mungkin banget, jadi gak akan canggung canggung amat kalau gak ada cewek itu." kata Seiya.
"Lo sih, Sei pake bilang-bilang ke Jevin gue ada perasaan ke dia, malu kan jadinya."
Seiya hanya menampakkan cengirannya, ada rasa sedikit bersalah pada Joana.
•••
Dua hari kemudian rencana berlibur terlaksana, juga Joana yang terpaksa ikut. Sepanjang perjalanan duduk berjauhan dengan Jevin bahkan sampai di sebuah resort, mereka hanya diam di saat yang lainnya mengobrol.
"Pada istirahat dulu aja di kamar masing-masing, nanti gue panggilin kalian kalau mau makan malam," ujar Paji, mereka menurut karena perjalanan seharian cukup melelahkan.
"Sei?"
Seiya menoleh saat akan menuju kamarnya, ia hanya menitipkan tasnya pada Joana.
"Mau liat sunset?" tawarnya yang membuat Seiya mengangguk setuju, lalu ia mendahului Paji keluar resort yang berhadapan langsung dengan pantai.
"First time ke sini?" tanya Paji memulai obrolan saat mereka mulai menginjakkan kaki di bibir pantai.
"Iya, makasih ya udah ngajakin gue sama temen-temen ke sini."
"Saran Ares sebenarnya."
"Oh si budak cinta."
"Lo juga bakal kayak gitu Sei kalau punya seseorang yang spesial."
"Gak lah, lebay!"
"Awas lo ngatain Ares, nanti jilat ludah sendiri."
"Lagipula sama siapa si Ji, gue aja gak tau cowok mana yang harus gue sukai."
"Ya tanya perasaan lo aja."
"I don't know."
"Ke gue kali, Sei."
Seiya tertawa lepas mendengarnya, "Pede banget lo."
"Apa perlu kita lanjut hubungannya?"
"Cakra jangan ngaco deh, kita udah susah-susah menolak sampai perang dingin masa iya kita nyerah."
"Iya gue nyerah. Nyerah sama ego sendiri. Mungkin gue suka sama lo."
"Mungkin?"
"Karena gue belum yakin."
"Kenapa lo ungkapin saat hati lo masih ragu?"
"Kali aja lo juga sama kayak gue, jadi bisa saling mengerti."
"Ji, ganti topik deh, bosen gue ngomongin ini."
"Terus mau ngomongin apa? Masa depan kita?"
Seiya berdecak sebal, Paji makin aneh menurutnya, ia memasang raut wajah kesal lalu bersiap meninggalkan Paji sendirian di pantai.
"Ngaco!"
Sementara itu selang beberapa jam setelah makan malam, Joana hanya sendirian di kamarnya, Ares mengajak Chaery pergi juga Yesha yang ikut anak-anak cowok entah kemana, Joana sedang malas untuk itu.
Berkali-kali ia mengecek ponselnya, mungkin Jevin akan mengajarinya atau mengajaknya pergi sekedar memperbaiki hubungannya, tapi nihil. Bagaimana Joana tidak menyimpan kekesalan lebih pada sosok Jevin, menjengkelkan sekali.
Tanpa sadar ia memejamkan matanya dan tertidur, lelah menunggu dengan perasaan campur aduk.
•••
Aku sedang melestarikan memoria island wkwkw, tempat itu pernah muncul di cerita perfect disguise, ceritaku yg lainnya.
Setelah sekian lama baru update..
Sibuk di real life plus writers block jadi gni, maaf ya yang nungguin.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARLIT REVERIE | 00 LINE
FanfictionStory for fan 00 Line Kisah ini memiliki banyak sisi, tentang persahabatan empat gadis dan masalah percintaan mereka. Menghadapi berbagai tantangan, cinta tak terbalas, terjebak friendzone, perjodohan hingga kisah cinta rumit karena trauma.
