CHAPTER 16

9.6K 625 31
                                    

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Henry menghisap rokoknya lagi.

Aku mendekatinya dan sedikit tidak menyangka kalau Henry merokok. Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku tidak pernah melihatnya merokok sama sekali. Aku terbatuk – batuk ketika mendekatinya akibat menghirup asap rokoknya. Henry mengumpat pelan dan segera mematikan rokoknya.

Aku menatap Henry dengan pandangan bertanya. "Ibu hamil tidak boleh menghirup asap rokok," ujarnya pelan dengan wajah malu.

Aku duduk di sebelahnya dan mengambil noteku.

Seharusnya kau tidak merokok, itu tidak baik bagi kesehatanmu.

"Aku sudah lama tidak merokok, tapi aku tidak bisa menahan diriku setelah bertengkar dengan dad tadi," ujar Henry masih tidak mau melihat mataku.

Masuklah ke dalam dan minta maaflah kepada Carl!

Wajah Henry memerah karena marah. "Mengapa aku harus meminta maaf kepadanya? Dia adalah orang yang mendesakku terlebih dahulu."

Karena pertengkaran kalian berdua membuat Margareth sedih. Walaupun, Carl yang memulainya terlebih dahulu tapi dia adalah ayahmu Henry. Kau juga seharusnya menghormatinya dan mengalah.

"Tidak akan Alexa!" ujarnya keras kepala.

Aku memutar bola mataku dan menyadari maksud perkataan Margareth. Mereka berdua sama – sama keras kepala dan tidak pernah mau mengalah. Aku segera memikirkan apa yang harus kulakukan untuk membuat Henry mau mengalah dengan ayahnya. Apakah aku siap untuk menceritakan satu bagian masa laluku kepadanya?

Tapi, aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk semakin membuka diriku kepada Henry. Bagaimanapun, dia akan menjadi suamiku sebentar lagi. Aku mengeluarkan noteku dari saku celanaku dan mulai menulis.

Aku akan menceritakanmu awal pertemuanku dengan orang tua angkatku.

Henry berhenti bersikap tidak acuh setelah membaca tulisanku. "Apakah kau melakukannya untuk membujukku berbaikan dengan dad? Karena rencana itu tidak akan berhasil."

Aku tersenyum melihat ekspresi wajahnya yang terlihat kebingungan. Walaupun, dia berkata seperti itu – tapi, aku tahu dia sangat penasaran dengan masa laluku dan tidak setiap hari aku mau membagi masa laluku dengan sukarela. Aku pura – pura segera berdiri dan hendak meninggalkannya, ketika tangan Henry mengangkap tanganku.

"Baiklah. Kau bisa menceritakannya kepadaku."

Tapi, besok pagi kau akan meminta maaf kepada ayahmu?

Henry mengangguk dan manatapku dengan jengkel tapi dia akhirnya mengangguk.

Setelah dibebaskan oleh anggota CIA dan FBI yang berusaha melindungiku karena aku dipindahkan ke rumah sakit di New Jersey – aku harus dirawat di rumah sakit selama enam bulan untuk mengobati berbagai lukaku yang kuterima sejak lama. Aku harus menajali berbagai operasi dan terapis mental. Walaupun, para dokter tidak mengatakannya tapi aku bisa merasakan tatapan kasihan mereka kepadaku.

Tubuhku gemetaran ketika mengingat kembali pada masa – masa itu. Pada saat itu, pikiranku masih sangat bingung dan berusaha untuk beradaptasi kalau aku sudah bebas dari cengkraman mereka berdua. Saat itu, aku mengingat kalau aku sangat ketakutakan kalau semua itu hanyalah mimpi indah, hanya angan – anganku.

Aku tidak bisa berbicara pada saat itu, perkiraan dokter adalah karena tenggorokanku bengkak setelah Dexter berusaha mencekikku sebelum Ia berhasil kabur dari serangan CIA. Tapi, setelah beberapa minggu aku masih saja tidak bisa berbicara, mereka mendiagnosis aku tidak bisa berbicara karena trauma yang kualami.

Beauty of ProtectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang