CHAPTER 27

3.6K 336 19
                                    

"Oke, segera putuskan pria itu begitu aku pulang dari London!" ujar Audrey memelukku. Ia lalu mengambil kopernya. "PUTUSKAN DIA!" teriaknya keluar dari apartemen kami.

Aku menahan senyum melihat sahabatku yang tampak bersemangat. Ia akan pergi ke London selama satu bulan untuk konser pianonya. Permainan Audrey sangat luar biasa. Walaupun, dia mengatakan kalau tidak pernah mempercayai cinta tapi suara alunan pianonya selalu mengena di hati. Seperti dia sangat pintar menyalurkan emosinya melalui permainannya. Entahlah, apa yang harus kukatakan....

"Apa dia sudah pergi?" tanya seorang bertelanjang dada keluar dari kamarku.

"Sudah..."

Aku menoleh dan mendapati salah satu temanku duduk di sebelahku dan memelukku dari belakang, Ryan. "Dia tidak menyadari dengan apa yang kita lakukan?"

"Tidak," ucapku pendek.

Ryan menghembuskan nafas panjang dan tersenyum mengejek. "Audrey adalah orang paling tidak peka yang pernah kutemui," ujarnya. "Kau hanya mengenakan kemeja pria dan aku bertelanjang dada. Dia percaya dengan alasan kalau aku baru datang kemarin malam dalam keadaan mabuk."

"Kau yang paling tahu sifat sahabatmu, Ryan."

Kening Ryan berkerut ketika tangannya menyentuh pahaku. "Tapi, aku setuju dengan ucapan Audrey. Kau seharusnya memutuskan pria bajingan itu." Dia memegang tanganku dan berdecak ketika melihat memar di pergelangan tanganku.

"Ryan... perjanjian kita," ujarku mengingatkannya.

Ryan segera mengangkat tangannya tanda menyerah. "Hanya Sex. Tidak mencampuri urusan orang lain." Ryan menaikkan salah satu alisnya. "Aku mengingat sangat jelas perjanjian kita. Aku memperingatimu sebagai seorang teman, Alexa."

Ryan segera meninggalkanku. "Aku tidak bisa memutuskannya," bisikku pelan memegang pergelangan tanganku yang memar. "Sedikit lagi. Aku perlu sedikit waktu lagi untuk memastikan sesuatu."

*******

Aku membaca headline yang tetulis besar pada berita BBC sambal menghisap pelan rokokku. Aku hanya bisa merokok saat Audrey tidak berada di apartemen karena dia sangat membenci dengan bau rokok.

Sebuah tulisan yang membuat siapa saja akan berhenti dan melihatnya. 'Hunter Presscot Tertangkap Basah Menonton Opera Bersama Tunangan Barunya.' Aku mendesah pelan ketika memandang wajah tunangan baru Hunter Presscot. Aku sangat mengenal wajah itu. Audrey Kosasih, sahabatku adalah topik utama pada berita ini.

Mataku beralih kepada wajah pria disamping Audrey. Jelas, aku bisa melihat kemiripan di wajah Hunter dan Henry. Jadi, dia adalah adik Henry yang tidak memiliki hubungan baik dengan kakaknya. Henry pernah mengatakan kalau adiknya adalah seorang penyendiri dan tidak gampang didekati karena masa lalunya.

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. Tidak ada orang yang tidak akan terpesona dengan kepribadiaan Audrey. Bahkan diriku yang juga memilki masa lalu yang sangat kelam, tidak bisa menolak karisma Audrey. Aku berharap Hunter Presscot juga terpesona dengan kepribadiaan Audrey. Tidak ada obat yang ampuh untuk mengobati kita orang yang memiliki masa lalu buruk selain cinta dan kasih sayang.

Sewaktu dulu, aku tidak mengerti apa maksud perkataan Elly – tapi sejak bertemu dengan Henry dan berpisah darinya, aku jadi mengerti. Henry telah mengubahku menjadi sesuatu yang lebih baik.

Sewaktu dulu, aku selalu berpikir untuk bersembunyi dan ketakutan kalau kakakku akan menemukanku lalu membunuhku. Tapi, kehadiran Henry dalam hidupku membuatku menyadari sesuatu, ada yang lebih menakutkan daripada kematiaan. Kesendirian tanpa ada orang yang mencintai atau menyayangi kita adalah hal yang paling menakutkan.

Beauty of ProtectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang