CHAPTER 30

3.9K 227 14
                                    

LIAM PRESSCOT>>>

.................................................................

"Apakah mereka baik – baik saja?" tanyaku kepada Henry setelah dia menyelesaikan panggilan teleponnya.

"Ada seseorang yang menyelusup masuk ke dalam kamar apartemen kalian," ujar Henry. "Untung saja kau tidak berada dalam apartemen itu saat orang itu masuk." Aku dapat mendengar nada lega ketika mendengar perkataan Henry.

"Lalu bagaimana keadaan Audrey sekarang?" tanyaku dengan khawatir.

"Mereka berdua berencana akan pergi ke Spanyol untuk menemui nenek Audrey. Menurutnya, kedua orang tuanya dan neneknyalah yang mengkonfirmasi jika Dexter Mann yang pada saat itu menggunakan nama Fredrik Collins. Mereka berdua akan mencaritahu kebenaran tentang kematian Collins." Henry menatapku dengan ragu – ragu. "Apakah tidak seharusnya kita menceritakan kepada mereka kalau Fredrik Collins adalah Dexter Mann dan kemungkinan besar dia masih hidup..."

"Tidak!" ucapku dengan tegas. Jantungku berdetak dengan kencang dan rasa bersalah itu muncul kembali. "Kita tidak perlu memberitahu mereka tentang hal itu. Kita juga belum mengetahui serratus persen apakah Dexter masih hidup."

"Alexa, cepat atau lambat Audrey pasti akan tahu.."

"Tapi, tidak untuk saat ini!" ucapku dengan memohon. "Aku belum siap untuk menerima rasa benci dari Audrey."

Henry mendatangiku dan memelukku. "Hei, tidak ada orang lain yang akan pernah membencimu. Begitupula dengan Audrey. Kau bukanlah kakakmu atau ayahmu. Kau adalah Alexandra Harvard. Merekalah yang bersalah bukan kau."

Aku balas memeluk Henry. Anehnya rasa takut yang muncul itu segera menghilang dengan cepat. "Aku berjanji akan memberitahu Audrey tapi tidak untuk saat ini. Aku belum siap."

"Aku akan selalu mendukungmu dan melindungimu," ujar Henry mengecup keningku. "Ingatlah itu."

"Hmmm... aku tahu itu."

Kami berpelukan beberapa saat sebelum akhirnya Henry melepaskan pelukan kami dan menatapku. "Hunter meminta bantuan kita tapi mungkin agak sedikit berbahaya." Aku menaikkan salah satu alisku dengan tatapan bertanya. "Mereka berdua akan pergi ke Madrid dan mereka meminta kita untuk pergi ke Athena untuk mengecoh siapapun stalker Audrey."

"Wina?" tanyaku dengan terkejut.

"Ya, sebenarnya aku merequest kepada Hunter untuk membelikan kita tiket ke Athena."

"Bukankah itu..."

"Kurasa kau sudah sangat merindukan keluarga Harvard. Grace sempat sakit beberapa kali karena kau menolak untuk menghubungi mereka."

Aku menatap Henry dengan terkejut. "Kau masih menghubungi mereka selama ini?"

"Tentu saja," ucap Henry seolah – olah aku wanita aneh. "Walaupun aku berpisah dengan putri mereka bukan berarti kau kehilangan kontak dengan keluargamu. Lagipula, aku sangat menyukai Ted Harvard."

Mulutku terbuka dengan takjub. "Kurasa mereka berdua akan memberimu piagam sebagai menantu idaman terbaik mereka."

"Ahhh... ahhh... Apakah kau sedang melamarku sekarang Miss Harvard?" ucapnya menggodanya.

Wajahku segera memanas dan aku ingin segera kabur dari tempat ini. "Maksudku... ehm... bukan... seperti itu." Henry hanya menatapku dan terdiam, menikmati ketidaknyamananku. Aku diam beberapa saat dan menghela nafas panjang berushaa untuk mencari jawaban untuk membalas perkataannya. "Hei, bukankah terakhir kali status hubungan kita adalah tunangan dan bukankah saat itu kau juga berencana menikahiku setelah lulus sekolah. Apakah karena aku pernah meninggalkanmu dan sekarang kau tidak berniat untuk memiliki masa depan yang jelas denganku?"

Beauty of ProtectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang