Aku merasakan otakku berteriak kepadaku untuk segera berlari, pergi menjauh dari pria di depanku ini. Tapi sekeras apapun aku menyuruh tubuh untuk bergerak tapi aku tidak bisa mematuhi perintah otakku. Aku membeku berdiri dan menatapnya dengan mulut terbuka.
Dexter berjalan mendekatiku dengan langkah santai, seolah - olah dia bukanlah seorang buronan yang sedang dicari. Ia mendekatiku dengan senyuman di wajahnya. Aku segera menatap sekelilingku setelah sadar dari syokku, berusaha menyalurkan telepatiku untuk memanggil siapapun yang dapat membantuku.
"Kau mencari para penjagamu, adik kecil?" tanyanya Dexter tersenyum kepadaku. "Kau harus memberitahu mereka untuk mengirimkan orang yang lebih kuat untuk melindungimu. Karena aku berhasil menyingkirkan mereka dengan waktu kurang dari lima belas menit." Aku hanya terdiam dan menatapnya dengan tubuh gemetaran. Aku mengetahui kamus Dexter, menyingkirkan berarti membunuh. Atau hilang dari muka bumi ini. "Kau bisa menulis di kertas kalau kau ingin berbicara denganku, walaupun mungkin saja kau tidak mampu untuk memegang kertasmu untuk saat ini."
Dexter berdiri di depanku dan tangan kanannya segera memegang lenganku dengan kasar. Aku merasakan Dexter tersenyum ketika Ia merasakan tubuhku yang gemetaran.
"Shhh... kau tidak perlu takut kepadaku, Brianna. Aku datang kemari tidak untuk menyakitimu," bisiknya di telingaku. Aku menatapnya dan itu merupakan sebuah kesalahan karena sekarang mata itu tampak sangat menakutkan. Mata hitam itu tampak siap untuk melahapku. "Untuk sekarang. Aku hanya ingin menyapamu setelah kita berpisah. Aku merindukanmu, adik kecil."
Dexter menghirup nafas panjang dan meletakkan tangannya yang bebas di perutku. Saat dia memegang perutku - aku segera menyadari kalau dia tahu tentang kehamilanku. Entah bagaimana caranya dia mengetahuinya. Dan pada saat itu kesadaranku segera menghapiriku. Entah keberanian apa yang merasukiku dan keinginan yang besar untuk melindungi bayiku - aku melakukan sesuatu yang berani. Aku segera menyikut perut Dexter dengan lenganku yang bebas dan segera melepaskan diri darinya. Dexter menatapku dengan mata membesar dan pria itu tampak terkejut. Ini adalah pertama kalinya, aku melawannya dalam bentuk fisik. Sewaktu kecil, aku terlalu takut untuk membalas semuanya.
Tapi, saat menyadari kalau dia bisa menyakiti anakku - aku tidak akan pernah tinggal diam. Aku akan melindungi bayiku, entah bagaimanapun caranya dan itu berarti aku harus mempertahankan diriku untuk tetap hidup agar bayiku juga dapat hidup.
Dexter tertawa dan menatapku dengan puas. "Kau selalu mengejutkanku, Alexandara. Pertama, kau berkerja sama dengan CIA untuk membunuh dad. Berkerjasama dengan FBI untuk mengejarku dan membuat mereka menjadi manusia penjagamu. Sekarang, kau mengejutkanku kembali dengan perlawananmu." Dexter menatapku dengan salah satu alis terangkat. "Tapi, aku lebih menyukai mangsa yang liar dibandingkan mangsa yang jinak. Aku menyukaimu yang sekarang, Brianna."
Aku merasakan jantungku berdebar dengan kencang dan berusaha memperhitungkan langkahku. Jika, sekarang aku berlari untuk kabur darinya, apakah dia akan berhasil menangkapku kembali? Kurasa aksiku itu akan membuatnya semakin senang.
"Berhenti berpikir Brianna. Sudah kukatakan aku tidak akan membunuhmu hari ini." Dexter menatapku dengan matanya yang berkilat. "Sepertinya, kelompok pelindungmu mulai menyadari ada yang salah dengan penjaga pribadimu. Aku akan menghilang untuk beberapa saat sebelum kita bertemu kembali."
Dexter tersenyum dan segera pergi meninggalkanku dengan langkah santai. Aku tidak tahu sudah berapa menit aku hanya berdiri bagai patung di posisiku yang sekarang. Tapi, aku segera tersadar ketika mendengar suara sirene polisi dari kejauhan. Dengan langkah gemetaran, aku segera meninggalkan tempatku berdiri.
Aku belum siap untuk bernegosiasi dengan FBI maupun CIA lagi. Walaupun, Dexter sudah menampakkan dirinya kepadaku, tapi aku masih tidak ingin merubah pemikiranku. Aku masih ingin bayiku lahir dengan kedua orang tua yang lengkap. Menyetujui program perlindungan anak berarti meninggalkan Henry dan kemungkinan besar aku harus berpisah dengan bayiku setelah Ia lahir. Seusatu diperutku ini sudah menjadi seseorang yang paling berharga bagiku, bahkan sebelum wujud fisiknya terbentuk. Aku tidak bisa melakukannya dan tidak ingin berpisah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Protection
RomanceHenry adalah api, dan Alexa adalah es. Dua orang yang berbeda dipertemukan oleh sebuah takdir. Bagaimana jika dari awal mereka memang tidak boleh bersatu, tapi mereka memaksakan takdir atas nama cinta. Dapatlkah perlindungan yang ditawarkan oleh Hen...