CHAPTER 17

8.7K 616 21
                                    

AUDREY KOSASIH>>>

......................................................................................

Elly tampak sangat pucat dan lemah di ranjang rumah sakit saat kami berdua datang satu hari setelahnya. Aku merasa bersalah karena cemburu kepadanya setelah melihat keadaannya yang memprihatinkan.

"Henry," sapanya dengan lemah begitu kami masuk ke dalam ruangannya.

Henry segera mendatanginya dan berdiri di sampingnya. "Apa yang terjadi kepadamu Elly?" tanya Henry dengan wajah khawatir.

"Tidak apa – apa," ujar Elly tersenyum dengan lemah. "Hanya sedikit kecapaian." Elly lalu mengangkat tangannya dan tersenyum. "Hei, Alexa. Maafkan aku karena mengganggu liburan kalian, tapi dokterku tidak bisa berhenti berbicara kalau belum bertemu dengan keluargaku. Dan, aku tidak terlalu dekat dengan Angelina seperti aku dengan Henry."

Aku tersenyum dan pergi ke samping Henry. Saat Elly berada dalam jarak pandanganku, aku semakin dapat melihat dia telah kehilangan banyak berat badannya sejak terakhir kali aku melihatnya.

Aku mengambil noteku dan mulai menulis.

Bagaimana keadaanmu?

Elly menghela nafas dan matanya tidak berani menatapku. "Aku baik – baik saja," ujarnya. Aku tahu kalau dia telah berbohong kurasa Henry juga menyadarinya.

Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. Lalu seorang pria dengan rambut warna keputihan dan wajah kebapakan masuk ke dalam ruangan diikuti oleh seowang wanita dibelakangnya yang membawa catatan di tangannya.

"Ah.. akhirnya aku bisa bertemu dengan suamimu, Mrs Peterson," ujar pria tua yang kemungkinan adalah dokternya.

Segera terasa suasana canggung dan Elly menatapku dengan wajah meminta maaf. "Dokter, dia bukan suamiku. Henry adalah teman baikku dan wanita disebelahnya, Alexa adalah tunangannya."

"Ah..." Dokter itu terlihat tidak enak. "Maafkan akan kesalahan saya."

Elly tersenyum dengan hangat. "Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu dokter kalau aku tidak memiliki keluarga maupun suami," ucapnya dengan enteng.

Dokter tersebut tampak gelagapan mendengar perkataan Elly. "Kukira anda hanya bercanda."

"Nah, aku tidak bercanda," ujar Elly mengedikan bahunya. "Kau memaksaku untuk menelepon keluargaku. Terpaksa aku menelepon sahabat terbaikku untuk datang kemari."

Dokter tersebut menghembuskan nafas panjang. "Miss Peterson, saya menginginkan anda menelepon keluarga anda karena saya perlu membicarakan kesehatan anda."

"Dan, sudah kukatakan berkali – kali dokter Hail. Kau bisa memberitahu kondisi kesehatanku sekarang juga karena aku tidak memiliki keluarga."

Dokter Hail menggelengkan kepalanya. "Seharusnya, anda tidak boleh mendengar informasi ini dengan kondisi anda yang sedang hamil." Elly memutar bola matanya. "Bukan kabar baik, Miss Peterson."

Aku melirik ketika Elly memegang tangan Henry dengan erat. Perasaan marah dan sedih segera menerpaku kembali melihat kedekatan mereka berdua. Elly menatap dokter Hail dengan wajah tegang. "Saya sudah menyadarinya sejak awal. Beritahu saya sekarang juga dokter Hail. Saya sudah siap menerima apapun berita yang akan anda katakan."

"Miss Peterson setelah melakukan beberapa pengecekan setelah keluhan yang anda beritahukan – saya mencoba memeriksa darah anda. Hasilnya, anda positif terkena penyakit anemia defensiasi."

Perasaan cemburu itu segera menghilang ketika mendengar diagnosis dokter. Aku menatap Elly yang tidak tampak syok mendengar berita dari dokter Hail. Henry menatap Elly dengan pandangan syok dan khawatir. "Apa dampaknya bagi Elly?" tanyanya dengan suara berat.

Beauty of ProtectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang