CHAPTER 32

584 68 7
                                    

HEHEHE YG LUPA CERITA AWALNYA GIMANA, BISA BACA LAGI DARI BAB AWAL SPY BISA LEBIH NYAMBUNG. KALAU YG BELUM KLIK VOTE, JANGAN LUPA DI VOTE YA...

...............................................................

Aku menidurkan diriku di pangkuanku Grace dan membiarkannya mengelus rambutku dengan lembut. Sesuatu yang sering dilakukannya saat aku masih kecil. Saat ini, kami sudah sampai di hotel dan aku berada di kamar yang ditempati oleh Ted dan Grace.

Aku membenamkan wajahku di perut Grace dan memeluknya. Ted yang baru saja masuk ke dalam kamar mendengus melihatku yang manja kepada istrinya. "Huh... padahal sewaktu dulu, disentuh saja kau sudah menolak."

Aku memayunkan bibirku ketika melihat Ted mengejekke. "Mom..."

"Hentikan, kau akan membuat Alexa tidak mau memelukku lagi," ucapnya mengelur rambutku dengan sayang.

Ted mencebik menatapku. "Jangan lakukan hal itu lagi, Alexa. Meninggalkan kami dan berpura-pura menjadi wanita kuat. Semua orang membutuhkan orang lain." Aku terdiam dan menatap Ted dengan bingung. "Untung saja Henry benar-benar mencintaimu, hingga dia mau menunggumu sampai sekarang. Kalau dad yang berada di posisinya, dad tidak akan menunggumu dan memilih untuk mencari wanita lain."

"Ted, sudahlah! Alexa hanya berpikir untuk menjaga keselamatan kita semuan," ucap Grace berusaha menengahi.

"Aku tidak mempermasalahkan dia mengikuti program perlindungan sakisi, tapi tidak seharusnya dia memutuskan komunikasi dengan kita semua. Menghilang selama hampir tujuh tahun. Hanya orang gila yang akan menunggu seorang wanita tanpa kepastian seperti itu."

Lalu, Ted meninggalkan kami menuju ke kamar mandi. "Apakah dad sedang marah kepadaku?"

Grace mencium pelan dahiku. "Bukan hanya Ted yang kecewa denganmu, tapi kami semua. Kami mendengar kabar kau diserang dan kehilangan anak dalam kandunganmu. Lalu, setelah itu kau menolak untuk berkomunikasi dengan kami. Apa kau bisa membayangkan betapa khawatirnya kami dengan keadaanmu? Bahkan Ted menyalahkan dirinya sendiri karena setuju untuk berpisah denganmu."

Aku menundukan kepalaku dan merasa bersalah karena telah membuat banyak kekacauan. "Maafkan aku, mom. Selama ini, aku mengira telah melindungi kalian semua darinya tapi sebenarnya itu adalah bentuk dari pelarianku. Aku terlalu takut kehilangan lagi hingga membuatku kabur dari kalian semua."

Grace menggelengkan kepalanya. "Terpenting adalah kau sudah kembali kepada kami. Jangan menyesal dengan kesalahan masa lalu, tapi buatlah sebagai sebuah pembelajaran. Mom tidak bisa menyalahkanmu. Kau hanyalah seorang remaja berusia delapan belas tahun yang baru saja kehilangan anak yang dikandungnya. Orang dewasa pun akan merasa frustasi."

"Terima kasih mom," ucapku memeluknya seklai lagi.

"Jangan lakukan itu lagi!" ucap Ted baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah memerah, seperti menahan air mata yang akan turun.

Grace tertawa melihat kelakuan suaminya. Aku segera memeluknya dengan erat. "Maafkan aku, dad."

"Hmmm...."

"Henry adalah pria yang sangat baik," ucap Grace ketika aku melepaskan pelukanku. "Kami tidak menyangka dia masih mau mendatangi kami beberapa kali walaupun dia sudah tidak memiliki hubungan dengan kami. Dia memastikan jika kami hidup dengan baik dan nyaman. Bahkan, dia membantu Adrian untuk masuk ke universitas yang diinginkannya. Dia adalah pria yang luar biasa, Alexa. Jangan pernah melepaskannya lagi."

"Tidak. Aku tidak akan pernah meninggalkannya lagi."

*******

Siang ini, aku dan Henry bergandengan tangan menyusuri jalan di Matogianni Street. Jalanan kecil yang sangat nyaman dengan berbagai toko lokal yang menjual berbagai perhiasaan, baju maupun souvenir berderet di sepanjang jalan. Senyumanku tidak luntur ketika melihat Aurely berjalan di depan kami dengan langkah riangnya.

Beauty of ProtectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang