Aku masih bisa mengingat dengan jelas bentuk bibirnya, rasanya, kehangatan tubuhnya yang memelukku. Semuanya terasa baru saja terjadi seperti kemarin. Tapi, ini bukan jenis ciuman yang pernah kurasakan dengannya. Bukan ciuman penuh gairah ataupun ciuman penuh perasaan cinta, ini adalah ciuman despresi. Jenis ciuman yang sangat kutakutkan, seperti dia akan mengucapkan selamat tinggal kepadaku.
Saat dia menciumku, aku tidak lagi merasakan ketakutan, kesedihan dan despresi yang setiap detiknya selalu kurasakan. Hanya dengan sebuah ciuman, aku bukan lagi seorang Brianna Mann yang menunggu kematiaannya tapi – aku menjadi seorang Alexandra Harvard yang pernah mencintai seseorang.
Aku tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin meninggalkannya lagi. Aku hanya ingin berada di pelukannya selamanya. Aku ingin dilindungi olehnya. Sebuah mimpi sederhana tapi bagiku merupakan mimpi yang sulit tercapai.
Aku merasakan sesuatu yang basah membasahi wajahku, tapi bukan aku yang mengeluarkan air mata. Henry menyudahi ciuman kami dan membiarkan dahinya menempel di dahiku. Ia mengeluarkan suara isak tangis. Aku membiarkannya seperti itu tanpa berbuat apapun. Aku tidak tahu harus berbuat apa – aku tidak bisa menghiburnya karena aku juga terluka, sama sepertinya.
Henry meremas tanganku dengan keras dan menatapku. Wajahnya memerah karena air matanya, terdapat kantong mata di wajahnya menandakan kalau dia kurang beristirahat. "Aku berusaha untuk menjadi pria tegar di depanmu karena aku ingin menjagamu. Tapi, aku gagal melakukannya."
Aku terduduk di lantai ketika merasakan kakiku sudah tidak kuat lagi menopang tubuhku. Aku menatap Henry dengan nanar. Entah mengapa malam ini, air mataku tidak menetes. Hatiku terasa sangat beku. Aku lelah dengan hidupku. Jika ini hukuman yang dimaksudkan oleh Dexter – maka, dia berhasil. Aku merasa kalah dan tidak dapat melakukan apapun. Aku menyerah untuk kabur dari Henry Presscot.
"Saat aku masih kecil, aku memiliki seorang pengasuh sekaligus pengawas bernama Ari. Dia berkulit hitam dan tidak memiliki rambut. Aku bertanya kepadanya mengapa dia mau berkerja untuk ayahku – dia menjawab kalau dia memiliki hutang yang akan dapat dilunasi jika dia melakukan segala perkerjaan kotor ayahku selama tujuh tahun," bisikku pelan. "Dia memiliki seorang putri yang baru berumur tiga tahun saat Ari harus meninggalkannya. Dia memperlihatkan fotonya kepadaku. Impian terbesar Ari adalah segera kembali ke putrinya dan melihatnya bertumbuh, berulang kali dia mengatakannya kepadaku."
Henry tidak mengatakan apapun, hanya menatapku untuk menunggu kelanjutan ceritaku. "Walaupun, aku tidak berusaha memperlihatkan bahwa aku menyayanginya tapi kurasa Ari tahu kalau aku peduli kepadanya. Aku takut.... Takut.. kalau Dexter mengetahui aku peduli kepada Ari, dia akan menghancurkannya. Dexter selalu merusak apapun yang kusayangi." Aku menatap Henry dengan tatapan kosong. "Dia merupakan figur ayah bagiku. Dia selalu berusaha sebisa mungkin untuk melindungiku dan bersikap tabah kepadaku walaupun aku selalu membentaknya."
"Apa yang terjadi kepadanya?" bisik Henry pelan.
"Dia meninggal saat berusaha melindungiku," ucapku dengan getir. "Saat aku membunuh ayahku tersayang, Dexter menyadari kalau aku adalah tokoh dibalik pembunuhan itu. Ia berusaha menembakku, tapi Ari – dengan bodohnya – menjadi tamengku. Dia meninggal pada saat itu juga. Dia tidak bisa melihat putri kecilnya tumbuh dewasa karena dia berusaha melindungiku." Aku menatap Henry, menantangnya. "Apakah kau mau melakukannya demiku Presscot? Kemungkinan kau meninggal untuk melindungiku sangat besar. Apakah kau rela untuk tidak melihat Aurely tumbuh besar dan mati demi aku."
Henry menatapku dengan tatapan berapi – api. "Aku rela."
Aku menatap Henry – marah. "Bukankah berarti kau egois? Kau tidak memikirkan perasaan anakmu. Dia sudah tidak memiliki seorang ibu dan dia harus kehilangan seorang ayah hanya karena seseorang yang tidak berharga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Protection
RomanceHenry adalah api, dan Alexa adalah es. Dua orang yang berbeda dipertemukan oleh sebuah takdir. Bagaimana jika dari awal mereka memang tidak boleh bersatu, tapi mereka memaksakan takdir atas nama cinta. Dapatlkah perlindungan yang ditawarkan oleh Hen...