CHAPTER 5

12K 739 32
                                        

Aku menatap bayanganku di cermin dengan tatapan sangsi. Seorang perempuan berambut pirang ikal sebahu dengan mata berwarna hijau yang sekarang matanya tampak lebih menojol karena bantuan make up, bibir berwana pink. Aku mengenakan baju dress bermodel halter berwarna hitam selutut yang tampak menyatu dengan kulitku. Naomi memaksaku mengenakan heels killer berwarna hitam yang sudah membuatku kesakitan hanya karena berdiri selama lima menit

Naomi menahan nafas di belakangku. "Kau sangat cantik, Alexa," ujarnya dengan suara takjub. "Atau memang aku yang memiliki bakat untuk menjadi seorang ahli make up?"

"Berhentilah memuji diri sendiri, Smith," ujar Adrian yang baru saja masuk ke dalam kamarku.

"Ha. Ha. Ha. Harvard! Apa yang kau lakukan disini?" tanya Naomi dengan nada sakratis.

"Apakah itu ucapan terima kasihmu, Smith? Setelah aku membantu kalian berdua agar bisa pergi ke club?" tanya Adrian dengan arogan.

Naomi menatap Adrian dengan marah. Sahabat dan adikku memiliki hubungan yang cukup unik. Mereka berdua saling menyukai, tapi juga tidak bisa menutup mulut mereka untuk tidak menyakiti perasaan satu dengan yang lainnya. Dua tahun yang lalu, mereka berdua adalah sepasang kekasih. Beberapa orang sangat terkejut ketika mendengar mereka adalah pasangan karena mereka memiliki sebutan 'Tom and Jerry'.

Naomi menutup matanya dan menghembuskan nafas panjang. "Terima kasih, Harvard." Aku memutar bola mataku, mengingat betapa cerdiknya ide Adrian untuk membuat Ted dan Grace pergi dari rumah malam ini. Adrian memberi mereka berdua tiket pertunjukan balet dan memesankan sebuah kamar hotel kepada mereka dengan alasan hadiah anniversary mereka yang diberikan lebih cepat.

"Kau cepatlah selesaikan perkerjaanmu, Smith! Aku memiliki janjian dengan orang lain," ujar Adrian dengan kesal. "Omong – omong kau tampak sangat cantik Alexa. Ooo... dan jangan pernah berkenalan dengan pria yang tidak kau kenal, Alexa." Pandangan Adrian beralih kepada Naomi. "Kau harus menjaganya, Smith!" ujarnya keluar dari ruangan.

Setelah Adrian tidak lagi berada di pandangan kami, Naomi membanting sisir ku ke lantai dengan kesal. "Bolehkah aku membunuh adikmu, Alexa?"

Aku mengambil note penolongku dan menuliskan jawabanku pada Naomi.

Dan, kita tidak akan memiliki tumpangan untuk pergi? Hell, no!

*******

"Smith, kalau kau membuat kakakku mabuk, aku akan membunuhmu!" ujar Adrian di dalam mobil.

Aku memutar bola mataku mendengar adikku yang masih saja memberi berbagai peringatan kepada Naomi selama hampir sepuluh menit. Aku dapat melihat Naomi melirik beberapa kali club yang sudah berada tepat di depan kami dengan jengkel.

"Adrian, aku sudah tahu apa yang kau maksud. Kau tidak perlu mengulangnya terus – menerus!"

Adrian menghembuskan nafas panjang dan melirikku dengan wajah khawatir. "Pulangkan dia pukul dua belas malam. Jangan lebih atau kurang dari jam itu."

"Adrian Harvard, kau sudah mengatakannya lima kali. Lagipula, aku bukan orang tua yang memiliki penyakit ingatan," gerutu Naomi dengan jengkel. "Bukankah kau harus kencan dengan pacarmu, Brigitta?"

"Bagaimana kau tahu kalau aku akan pergi dengan Brigitta?" tanya Adrian melirikku dengan pandangan curiga.

Aku segera menggelengkan kepalaku, memberinya tanda kalau aku tidak memberi tahunya apapun. Dari sudut mataku, aku melihat mata Naomi yang terlihat sangat sedih.

"Semua orang disekolah membicarakannya, Harvard," ujar Naomi dengan lemah. "Alexa, ayo kita pergi!" ujarnya membuka pintu mobil dan segera keluar.

Untuk pertama kalinya, Adrian terdiam dan menatap Naomi dengan pandangan yang sulit kutebak. Aku menghembuskan nafas panjang dan segera mengikuti Naomi keluar.

Beauty of ProtectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang