Mutualisme pertemanan

114 7 0
                                    

Akhirnya hari ujian pun tiba. Seperti biasa Firmi harus menempuh rute bebas Lery yang mana menghabiskan seluruh kalori yang dia dapatkan dari sarapannya (masih nasi dan telur). Untungnya dia datang tepat waktu saat pengawas ruangan menyuruh semua murid untuk duduk.

"Baiklah, sebelum kita mulai ada baiknya kita berdoa …."

Firmi hanya samar-samar mendengarkan karena perhatiannya tertuju pada Len yang tampaknya sudah pasrah menerima nasib. Tubuhnya yang seharusnya cukup untuk berduel dengan beruang tampak benar-benar tak berdaya dihadapan kertas ujian yang masih terbalik di atas mejanya.

"Berdoa selesai. Baik, sekali lagi saya harus ingatkan bahwa UAS ini amatlah penting karena siapa pun yang nilainya dibawah KKM di lebih dari 3 mata pelajaran harus angkat kaki dari sekolah—"

"HAAA??!!"

Suara Len menggema di ruangan yang terbuka itu. Guru pengawas menatapnya dengan setengah kaget dan setengahnya lagi amat kaget sementara seluruh kelas sudah siap ambil langkah seribu.

"Ada masalah?" tanya guru tersebut hati-hati seolah satu kata yang salah akan menghancurkan dunia.

"K-kalau nilai kami dibawah kkm…"

"Dikeluarkan. Iya, kau nggak tahu?"

Dari wajahnya jelas Len tak tahu hal itu dan itu membuatnya benar-benar pucat. Firmi sendiri cukup terkejut saat pertama kali mendengarnya dan kelihatannya aturan ini baru saja diterapkan di tahun mereka demi meningkatkan kualitas pelajar di sekolah.

Itu artinya beberapa murid akan dikeluarkan setelah uts berakhir dan Len mungkin akan menjadi salah satunya. Entah apa yang ada di pikiran Len namun dimata Firmi dia terlihat seperti kambing yang dilempar ke kolam piranha hidup-hidup.

"Baiklah, kalau begitu silahkan dimulai ujiannya."

Suara kertas soal yang dibalik memenuhi ruangan untuk beberapa saat dan kemudian yang terdengar hanyalah goresan kertas dan pena. Ujian pertama mereka adalah Bahasa Indonesia yang mana tidak Firmi sukai karena soal cerita yang begitu panjang. Firmi suka membaca namun kualitas cerita yang ada di soal ujian membuatnya mengantuk.

Setelah tiga puluh menit Firmi akhirnya menjawab semua pertanyaan, dia meletakkan penanya dan mencuri pandang ke sekitar. Perempuan yang duduk tepat di sebelah kirinya sudah berkali-kali mencuri pandang ke arah kertas jawabannya namun Firmi tidak memperdulikan itu, dia lebih tertarik melihat apa yang Len lakukan.

Layaknya sudah kehilangan akal Len melempar penghapusnya dan memutuskan jawaban dari sisi apa yang keluar. Entah apa alasannya membawa penghapus dalam ujian menggunakan pulpen, tetapi Firmi yakin sekali dia tak mungkin lulus dengan cara seperti itu. Lagipula sisi penghapus hanya ada empat sedangkan pilihan jawaban ada lima. Pengawas yang duduk tepat di depannya memasang raut wajah prihatin.

Tak diragukan lagi Len akan gagal dalam ujian dan dikeluarkan dari sekolah. Namun, jika dia mau merendahkan harga dirinya maka dia masih bisa selamat. Rendahkan harga dirinya, buat dia tak bisa melakukan apa-apa lalu ulurkan tangan yang akan mengeluarkannya dari jurang terdalam. Dengan begitu sifat ketergantungannya akan muncul dan dia tak akan berani membuat keputusan sekecil apa pun dan akan selamanya bergantung pada orang lain. Seperti itulah cara untuk menguasai seseorang.

Firmi terbatuk dua kali. Batuk yang cukup keras untuk didengar seluruh kelas tapi tetap terdengar wajar. Firmi meletakkan kedua tangannya di atas meja seolah-olah mencoba meregangkan tangan yang kaku sementara jari telunjuknya menunjuk lurus keatas.

Dari sudut matanya dia sadar bahwa Len melihatnya dan karena itulah Firmi mengganti jari telunjuk dengan kelingking lalu kelingking lagi dan telunjuk lagi sebelum mengembalikan posisi tangannya seperti semula.

Crazy CheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang