Sepulang sekolah keesokan harinya Firmi menjadi orang kedua yang tiba di ruang Osis. Dia disambut oleh Airu yang tengah membaca sembari makan jajanan pedagang kaki lima yang biasanya parkir di area gerbang sekolah.
"Siapa kau?!" tanyanya, benar-benar kelihatan heran.
"Anggota Osis seksi prestasi yang sudah potong rambut," jawab Firmi asal saja.
"Kupikir tadi Freddie Mercury hidup kembali. Kalau kau punya kumis kau akan mirip sekali dengannya."
"Aku sudah selesaikan proposalnya," lapor Firmi tanpa basa-basi.
"Ohh tunggu sebentar, aku sedang membaca ini."
"Oke."
"…. Kau tak mau tanya aku sedang membaca apa?"
"Apa aku harus tanya?"
"Tanyalah, please."
Firmi menggelengkan kepala heran, bagaimana bisa orang seperti ini menjadi ketua Osis?
"Kau sedang baca apa?"
"Aku senang kau bertanya. Aku sedang membaca majalah playboy hasil sitaan. Mau lihat?"
"Tidak."
"Kau tak pernah menunjukkan emosi ya? Apa kau tak tertarik pada cewek?"
"Kurasa aku ini Aseksual."
"Kau terlalu dini untuk menderita penyakit semacam itu. Ayo, lihatlah!"
Dia langsung menyodorkan majalah itu ke wajah Firmi. Firmi tahu sedikit tentang majalah semacam itu tapi tak pernah melihatnya langsung. Untuk pertama kalinya dia disodorkan pada atraksi lawan jenis yang selama ini merupakan area yang tidak diketahui. Firmi tak tahu harus bereaksi apa, dia hanya melihat dan mencoba menilai, sayangnya dia benar-benar tak tahu tolak ukur yang harus dia gunakan.
"Bagaimana? Mana yang paling kau suka? Ngomong-ngomong aku suka wanita yang lebih tua." tanya Airu.
"Entahlah, itu kan cuma foto, mana kutahu mereka itu seperti apa."
"Jadi kau tipe yang lebih mengutamakan kepribadian? Kalau begitu kuganti pertanyaanku, di antara tiga cewek di Osis mana yang paling kau suka?"
"Aku tak pernah memikirkan itu."
"Kalau begitu pikirkanlah, kuberi tiga detik. Satu… dua… tiga!"
"Annie."
"Annie? Mengejutkan. Dia tipe yang tinggi, seksi, dan ganas, tapi kenapa kau memilihnya?"
"Karena dia yang paling tidak cerewet."
"Hmm…."
Airu tampaknya memikirkan sesuatu dan Firmi punya firasat itu bukan pikiran yang menyenangkan. Dia menepuk pundak Firmi dengan ekspresi seperti mengasihani.
"Tenang, aku kakak kelasmu jadi aku akan membimbingmu perlahan."
Tak sempat Firmi berkata apa-apa anggota Osis lain datang dan ikut duduk di meja bundar (Airu buru-buru menyembunyikan majalahnya). Mereka semua begitu terkejut melihat rambut pendek Firmi.
Biasanya rapat akan langsung dimulai namun kali ini Osis tengah menunggu kedatangan kepala sekolah. Kedatangan Bu Anna seolah memberikan kesan pertemuan penting, tetapi jika melihat tingkah para anggota Osis Firmi merasa tak ada hal yang perlu dianggap terlalu serius.
Firmi melirik ke kursi di sampingnya di mana Arlene tengah sibuk bermain dengan ponsel. Tak ada permintaan maaf, bahkan tak ada kontak mata antara mereka seolah-olah kejadian kemarin sama sekali tak pernah terjadi. Firmi menyambut alur ini dengan senang hati, menganggap kejadian kemarin hanya mimpi belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Cheater
Ficção AdolescenteFirmi bukanlah murid biasa. Tak ada yang tahu siapa dia, bahkan dirinya sendiri pun tak tahu. Namun, kedatangannya ke Sma Bukit Cahaya membawa badai besar yang berujung pada gerakan konspirasi di sekolah. Perlahan-lahan Firmi pun belajar menjadi ma...