"Nggak nggak nggak! Tak ada manusia di jaman sekarang yang masih pakai ponsel keluaran tahun dua ribuan begitu."
"Kalau nggak ada yang pakai kenapa masih diproduksi?"
"Buat koleksi barang antik! Ya mana aku tahu, paling juga cuci gudang. Yang jelas anak muda jaman sekarang semuanya pakai yang layar sentuh. Titik."
Firmi menatap ponsel lipat di tangan kanannya. Tak seperti ponsel Carla yang sudah smart, ponsel itu masih memiliki banyak tombol dan juga belum bisa mengakses internet alias masih stupid. Meski demikian ponsel tersebut bisa melakukan panggilan dan juga bisa mengirim pesan. Dengan harganya yang murah membuat logika Firmi secara otomatis memilih ponsel tersebut. Meski demikian tangan Carla mencengkram tangannya kuat sekali, mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mencegah Firmi membeli stupidphone tersebut.
"Oi Firmi, coba kau pakai akal sehatmu. Di jaman sekarang semua orang sudah menggunakan Whatsapp atau Line jadi tak akan ada orang yang membalas sms mu."
"Apa iya?"
"I-Y-A," balas Carla dengan penekanan yang amat kuat di setiap huruf. "Lagian kenapa kau nggak mau smartphone sih?"
"Karena itu mahal, toh fungsinya juga sama.""Ya ampun, susah banget ngurusin anak kurang pergaulan." Carla memijit pelipisnya dengan ekspresi kesakitan. "Dengar baik-baik, smartphone harganya mahal karena kualitasnya lebih bagus, fiturnya lebih banyak dan lebih mudah dipakai dalam segala keadaan."
"Contohnya?"
"Contohnya internet, game, kamera, gps, musik, dan banyak lagi. Apa kau nggak butuh semua itu?"
Firmi terdiam sesaat. Dia menganggap semua yang Carla sebutkan tidak penting, tetapi itu karena dia sama sekali tak pernah mencoba semua itu. Mungkin ada baiknya bagi Firmi untuk mencobanya sekali sebelum menilai dia tidak butuh. Akhirnya Firmi pun mengangguk mengiyakan alasan Carla.
"Oke, aku akan beli smartphone. Yang termurah saja tak apa-apa kan?"
"Katanya kau punya uang, kenapa pilih yang murah?"
"Kan fiturnya sama saja."
"B-E-D-A!" tepis Carla sekali lagi. "Ada harga ada kualitas. Smartphone yang mahal lebih nyaman dipakai, lebih tahan lama dan fiturnya lebih lengkap. Memangnya kau mau beli yang murah tapi sebulan udah rusak? Beli aja yang mahal, bisa awet lima tahun itu."
Firmi merenungkan hal tersebut sembari melihat semua smartphone yang dipajang di dalam lemari kaca. Dengan desain yang berbeda-beda dan harga yang sama mahalnya membuatnya tak yakin harus memilih yang mana. Pilihan untuk membeli stupidphone sudah tercoreng dari dalam kepalanya tapi pilihan yang ditawarkan masih begitu banyak. Apa dia ambil saja yang paling mahal? Tidak, ada pilihan yang lebih baik.
"Kalau begitu Carla, kenapa kau tidak pilihkan untukku?"
Alis Carla melengkung ke atas sebelum senyum kecil penuh percaya diri menggantikan keterkejutannya. Dalam satu menit dia sudah menentukan pilihannya dan tanpa ragu Firmi pun membayar secara tunai.
"Kalau gitu dari tadi kan gampang. Sekarang kau punya smartphone, selamat datang di peradaban modern."
"Iya iya, tapi kenapa kau pilih yang ini?"
"Karena kualitasnya bagus, sudah kuuji, smartphone ku juga model yang ini kok."
Firmi mengangguk paham. Jika tidak ada Carla maka dia pasti sudah membeli stupidphone, tapi masukan dari Carla sukses membelokkan logikanya. Firmi tersentak sedikit, apa ini yang disebut mengubah pola pikir?
"Jadi sekarang kita ke mana lagi nih? Mumpung lagi di mall," tanya Carla.
"Ya pulang ajalah. Ngapain—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Cheater
Fiksi RemajaFirmi bukanlah murid biasa. Tak ada yang tahu siapa dia, bahkan dirinya sendiri pun tak tahu. Namun, kedatangannya ke Sma Bukit Cahaya membawa badai besar yang berujung pada gerakan konspirasi di sekolah. Perlahan-lahan Firmi pun belajar menjadi ma...