Tempat yang tertulis di kertas adalah area yang jauh dari gedung-gedung dan jalanan besar. Tempat itu merupakan wilayah yang cukup terpencil sampai-sampai ojek yang mengantar Firmi tak yakin lokasi pastinya. Firmi memutuskan untuk turun dan mencarinya sendiri. Dia berkeliling, bertanya pada siapa pun yang dia temui, dan akhirnya menemukannya setelah tubuhnya penuh dengan keringat.
Area pemakaman bukanlah tempat yang memancarkan kebahagiaan, tetapi wilayah kuburan yang Firmi temukan jauh lebih mengenaskan dari yang dia kira. Tempat itu memberi kesan terlantar dengan banyaknya ilalang tinggi dan batu-batu besar yang berserakan. Suasana gelap membuat tempat itu terlihat angker.
Apa tak ada siapa pun yang mengurus tempat ini? Pikir Firmi. Sejenak dia merasa ragu tapi akhirnya dia tetap melangkah masuk. Dia butuh jawaban dan sudah muak merasa terombang-ambing.
Mencari kuburan ibunya bukanlah urusan mudah. Ada begitu banyak kuburan terlantar yang sudah dimakan usia dengan batu nisan yang tulisannya sudah tak terbaca. Firmi berpikir kuburan ibunya pastilah tidak memiliki batu nisan, dan meskipun punya tidak akan ada tulisan apa pun di nisan tersebut.
Dengan hanya mengandalkan sinar bulan yang mulai tertutup awan dan cahaya lampu dari kejauhan, Firmi terus mencari dan mencari. Beberapa kali kakinya jatuh terperosok ke dalam lumpur, tapi dia bertekad untuk tidak kembali sebelum menemukan kuburan ibunya. Dia yakin lokasinya tidak jauh lagi. Dia yakin….
Langkah Firmi terhenti di sebuah kuburan yang terletak jauh di sudut, agak tersembunyi di balik naungan pepohonan. Dari rumput dan dedaunan yang menghiasinya sudah jelas tak ada siapa pun yang pernah datang untuk membersihkannya sejak kuburan itu dibuat. Kuburan itu sendiri hanyalah gundukan tanah dengan batu besar di salah satu ujungnya. Tak ada keramik yang melapisi, tak ada bunga yang ditaburkan.
Batu berlumut yang berfungsi sebagai nisan itu tidak bertuliskan apa-apa, tetapi Firmi tahu, tanpa mengetahui bagaimana dia bisa tahu, bahwa itu adalah kuburan yang dia cari-cari. Di sana, terkubur beberapa meter dalamnya, terbaring jasad dari orang yang telah membawanya ke dunia ini. Orang yang sudah mempertaruhkan nyawa untuk memberinya kehidupan, satu-satunya orang yang Firmi merasa terikat secara batin dengannya.
Tanpa sadar Firmi sudah berjongkok dan mencabuti rumput liar yang tumbuh subur di tanah kuburan itu. Hawa dingin menyelimuti tubuhnya, tetapi Firmi merasa ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya tetap merasa hangat. Beling dan kerikil kecil yang menggores kulitnya tidak membuatnya berhenti, dia terus mencabuti semua rumput hingga warna coklat kehitaman dari tanah adalah satu-satunya warna yang terlihat.
Firmi melihat ke sekitarnya. Dia mengambil sebuah batu yang cukup tajam dan mulai menorehkan huruf demi huruf ke batu nisan ibunya. Firmi merasa tindakan kecil yang tengah dia lakukan jauh lebih bermakna dibanding menyelesaikan soal ujian yang amat rumit maupun menulis proposal yang akan memberinya belasan juta.
Firmi merasakan sesuatu yang sulit digambarkan.Cinta, itulah yang akan orang lain katakan jika Firmi bercerita.
"Anya…."
Firmi melihat hasil kerjanya yang berantakan. Nama ibunya amatlah sederhana, tetapi nama itu membuat Firmi tersenyum di kala mengucapkannya. Firmi memperhatikan kuburan tersebut sekali lagi, membandingkan dengan kondisi awalnya. Firmi menyesal tidak membawa bunga untuk diletakkan di sana.
Keheningan pun menemani Firmi dalam kebisuannya. Awalnya dia hanya ingin datang, tetapi setelahnya itu dia benar-benar tak tahu apa yang ingin dia lakukan. Dia merasa gatal di sekujur tubuhnya akibat gigitan serangga dan suara guntur dari langit mengancamnya untuk pergi.
Namun Firmi ingin duduk di sana sedikit lebih lama.
Firmi sudah bertemu dengan banyak orang seumur hidupnya, tetapi mereka semua hanyalah orang asing. Kenyataannya, Firmi merasa lebih terikat dengan wanita yang bahkan tak pernah dia lihat secara langsung. Jika saja dia diberi kesempatan, jika saja ada yang namanya keajaiban, maka Firmi ingin memeluk ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Cheater
Fiksi RemajaFirmi bukanlah murid biasa. Tak ada yang tahu siapa dia, bahkan dirinya sendiri pun tak tahu. Namun, kedatangannya ke Sma Bukit Cahaya membawa badai besar yang berujung pada gerakan konspirasi di sekolah. Perlahan-lahan Firmi pun belajar menjadi ma...