Bakat penjahat

110 7 1
                                    

Beberapa ratus meter jauhnya dari Sma Bukit Cahaya berdiri Sma Nusa Bangsa. Tidak seperti Sma Bukit Cahaya yang dianggap sebagai kelas dua, Sma Nusa Bangsa merupakan Sma elit dengan penilaian terbaik di seantero provinsi. Untuk mendaftar saja seorang murid harus memiliki nilai rapor minimal 90 dan setelahnya pelamar perlu mengikuti ujian tulis. Hanya murid-murid terbaik yang akan diterima di sana.

Meski demikian akan selalu ada satu pengecualian khusus. Tak peduli banyak murid pintar di Nusa Bangsa pasti akan ada satu murid yang kecerdasannya di bawah rata-rata dan murid itu sekarang sedang duduk di hadapan Firmi.

"Namanya Aila, dia adik dari temanku di gym. Kudengar dia belajar mati-matian selama Smp tapi tak lagi bisa mengikuti saat Sma. Dia terancam dropout." Len menjelaskan.

Aila adalah seorang gadis berkulit kuning langsat yang tampaknya satu atau dua tahun lebih tua dari Firmi, meski demikian keduanya sama-sama kurus dan pendek. Kelopak mata Aila yang tebal tak sepenuhnya menyembunyikan matanya yang menonjol seolah dia melotot terlalu sering.

"Jadi, kau butuh bantuan untuk bisa lulus ujian?" tanya Firmi sembari meminum jus apel yang ditraktir oleh Aila. "Kau kelas berapa?"

"Kelas 3, tahun terakhir," jawab Aila cepat. "Tes materi udah dekat. Kalau aku nggak lulus… hiii!!!"

Aila menggigil bukan karena es dari minumannya melainkan karena takut. Firmi sendiri meminum jusnya banyak-banyak untuk menikmati rasa asam manis yang mungkin saja tak akan pernah dia rasakan lagi.

"Aku nggak paham, memangnya ujian apa yang ada di awal semester?” tanya Firmi.

“Ujian pemahaman materi,” jawab Aila dengan suara rendah seolah dia sangat malu mengatakannya. “Ujian rutin setiap bulan. Sejauh ini aku udah gagal dua kali berturut-turut. Kalau sampai gagal tiga kali berturut-turut aku akan dropout!”

“Jadi kau mau aku bantu ngerjakan materi kelas tiga? Kau pasti sangat putus asa.”

"Emangnya kenapa kalau iya?" tanya Aila menantang. "Asal kau tau ya, kalau aku sampai dropout, ayahku bakalan nyoret namaku dari KK."

"Aku paham situasimu tapi aku ini baru kelas 1 lo. Aku bahkan nggak tahu materi ujian kalian gimana."

Aila melirik ke arah Len penuh arti dan Len hanya mengangkat bahu.

"Kau bilang kau bisa juara satu kalau ikut olimpiade kan? Kurasa materi kelas 3 gampang aja buatmu," ucap Len sederhana seolah dengan itu semua permasalahan selesai.

"Itu ada benarnya," jawab Firmi enteng yang mana membuat mata Aila semakin melotot. "Tapi kalaupun aku belajar materi kelas 3 Sma, gimana caranya aku bisa bantu kau?"

"Itu dia aku nggak tau," jawab Aila frustasi. "Pikirin dong caranya."

Firmi menghirup tetes terakhir dari jusnya dan segera memesan segelas lagi. Dia menatap Aila dari atas ke bawah sembari mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke meja yang mana menjadi kebiasaannya saat memikirkan sesuatu yang berat.

"Ada satu cara," ucap Firmi hati-hati dan baik Len maupun Aila mendengarnya dengan antusias. "Fisik kita berdua hampir serupa jadi kalau aku pakai jaket dan masker harusnya nggak bakalan ketahuan kalau aku nyamar jadi kau."

"Haa? Nyamar?"

"Iya, emang gimana lagi caranya?"

Mulut Aila menganga seolah mengundang lalat untuk masuk ke dalamnya. Dia melirik ke arah Len untuk mencari bantuan namun mulut Len sendiri ikut menganga dengan cara yang persis sama.

"Kok kaget sih?" tanya Firmi heran, "aku cuma perlu datang pakai jaket dan masker terus ngerjain ujian terus pulang. Kalau aku nggak ngomong sama siapa-siapa harusnya nggak ada yang bakalan tau."

Crazy CheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang