1.perih yang tertinggal

70 6 6
                                    

Ara mencoba membalikkan kembali halaman bukunya, namun air mata tidak dapat terbendung lagi di kelopak matanya dan akhirnya mengalir begitu deras.

Ini sudah lewat sebulan dari kejadian saat nathan memilih putus darinya karena merasa hubungan mereka yang begitu hambar, tapi bukankah dia bisa membicarakannya baik-baik pada ara? Dia bisa memberitahu ara bagaimana bentuk hubungan yang diinginkannya bukan? Kenapa dia tidak memikirkan sebelum memutuskan? Bagaimana dengan perasaan ara yang tiba-tiba ditinggal saat dia sudah jatuh begitu dalam pada seorang kating bernama nathan Aldebaran.

"Lo jahat banget sih sama gue ka! Anjing tau ga lo! Jijik gue sama lo bangsat!" Ara mengumpat foto tampan nathan yang diambil dua bulan lalu saat makan sate padang bersamanya.

"Gua lebih milih ga pernah kenal lo seumur hidup gueee kalo bakal kayak gini jadinyaaaa, tega banget lo bikin gue galau selama ini! Gue cape nangis teruss ka gue pengen acak-acak muka lo biar ga ada lagi senyum lo yang selalu jadi candu gue! Lo adalah manusia terjahat setelah ibuu tau ga" ara mengusap air matanya dengan wajah semrawut, hari-harinya masih terus di hantui dengan awan mendung yang bisa hujan kapanpun.

Satu tahun enam bulan lamanya mereka menjalin hubungan dan nathan masih bisa melepasnya dengan mudah, ara kira nathan mencintainya sebesar dia mencintai pria itu. Ternyata semua perkiraannya salah, bahkan sekarang dia sudah memiliki gadis baru bernama lila.

"Ishhh ngapain sih lo telpon malem-malem anjing?" Tanya ara kesal, disebrang sana malah terdengar gelak tawa setelah ara mencak-mencak di telepon malam-malam.

"Besok kelas lu jam berapa ra? Gua mager bareng kalo kelas kita ga sama yah" ujar pria itu.

Ara mendecak sebal, disaat seperti ini dia sangat bersyukur masih bisa punya teman seperti andi yang selalu menghiburnya, walaupun kadang perilakunya agak mines itu tidak akan menjadi alasan ara untuk tidak suka padanya, dan lebih lagi andi lebih perhatian daripada nathan.

"Jam sepuluh kelas pertama gue, kalo ga bareng gue bisa sama bang marcel atau ga sama ayah" jawab ara

"Lahh abang lu sama ayah lu kan berangkatnya pagi, berarti lu pagi-pagi udah dikampus gituh?"

"Yah mau gimana lagi"

"Yaudahlah bareng gue ajah, tar gue jemput jam setengah sembilan pas yak siap-siap lu jan ngaret" cetus andi dari seberang sana

"Iyah elah, udah tutup ah gue lagi males"

"Lu abis nangis yak, suara lu bindeng gituh sih?"

"Enggak, lu jangan suka sok tau dah"

"Jangan nangisin buaya mulu lo ra! Yang ada orangnya kesenangan nanti, lo harus jual mahal anjir, tunjukin kalo lo fine-fine ajah putus sama dia"

"Iyah"

"Yehhh iyah iyah ajah lo, tumben ga bawel"

"Matiin yak?"

"Kalo ga sama si curut ajah lo, gua liat keknya deket-deket lu mulu anaknya"

"Siapa sih? Leo?"

"Iyahlah masa gua"

"Dahlah mending gue sama haechan nct ajah, ga bakal nyakitin gue" Ara menghembuskan nafasnya lelah.

"Gaya lu! Demennya ama oppa oppa korea, pantes ajah maunya pacaran sama cowok spek si nathan"

"Diem lo ah! Gue tunggu besok! Bye" Ara memutuskan sambungan sepihak dan melirik jam beker di meja belajarnya.

Jam sepuluh malam, seharusnya marcel sudah kembali dari pekerjaannya. Ara keluar kamar untuk memastikan keberadaan abangnya.

"Abang" panggil ara, marcel yang sedang menuang air dari teko menoleh sekilas. Tubuhnya basah oleh peluh, wajahnya juga sangat menyiratkan kalau dia sangat lelah hari ini.

THANK YOU KATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang