53. jenuh

9 1 0
                                    

Beberapa hari lalu saat marcel mengantar ara ke Bekasi.

Keduanya disambut baik oleh penghuni rumah sana yang terdiri dari bi inah, pakdeh yanto dan satu anak bujangnya, namanya Arjuna.

Bi inah langsung menghampiri ara dan memeluknya erat, tanpa diberitahu pun bi inah sudah tahu kalau kedatangannya bertujuan untuk menenangkan dirinya dari semua kenyataan pahit, bi inah mengusap-usap ara dengan sayang seakan mencoba memberitahu kalau dirinya sangat menyayangi ara.

"Ara ga ngerepotin kan bi? Nanti buat biaya makan dan kebutuhan ara bakal marcel transfer yah" tanya marcel memastikan untuk kesekian kalinya.

"Hehh apa maksudnya transfer-transfer? Dipikir pakdehmu ini gabisa nafkahin satu anggota keluarga lagi apa?" Protes yanto langsung pada marcel, yang di protesi hanya terkekeh pelan.

"Takutnya uang jajan si arjuna kurang pakdeh!" Jawab marcel bercanda.

"Lo pikir gua ga nyari duit sendiri cel?" Dan lagi-lagi marcel di protesi, kali ini oleh Arjuna.

"Lo kan mahasiswa tua, gua kira lo lagi musingin skripsian jun" dalih marcel yang kembali terkekeh, jiwa recehnya keluar.

"Yaudah pokoknya gausah pake biaya-biaya, bibi juga seneng banget ada perawan mau tinggal disini biar bibi ada temennya! Kamu pikir ajah bibi dirumah cewek sendiri sedangkan yang cowok sukanya nonton bola sama ngomongin motor dan mobil, bibi kayak ga dianggep jadinya" curhat bi inah

"Tuh ra temenin bi inah katanya" ujar marcel yang sedikit mencolek siku ara, dan ara hanya tersenyum menanggapinya.

"Makasih bi" ujar ara

"Yaudah ke kamar yah sama arjun! Bi inah mau ada omongan sama abangmu" suruh bi inah yang sudah memberikan koper ara pada saudara sepupunya itu, dengan senyuman manis arjuna mempersilahkan dia untuk mengikutinya.

"Abang ara masuk yah" izin ara, marcel mengangguk lalu mengacak sedikit rambut ara.

"Jaga diri baik-baik yah dek" ujar marcel mengingatkan, ara mengangguk lalu masuk kedalam rumah yang lumayan besar itu.

"Lo mau tidur dimana?" Tanya Arjuna, ara sedikit mengernyit bingung dengan pertanyaan itu, ia kira kamar untuknya sudah disiapkan.

"Dimana ajah" jawab ara

"Oh sama gue berarti" ujar Arjuna yang lalu tergelak sendiri, ara hanya diam.

"Garing banget sih lo! Biasanya juga galak" cetus Arjuna malas dan akhirnya mengantarkan ara ke kamarnya yang berada dilantai bawah.

"Semoga lo betah yah ra" ujar Arjuna, ara mengangguk singkat dan masuk kedalam, tanpa disangka sepupunya itu malah ikut masuk kedalam kamar membuat ara ingin protes besar namun dirinya benar-benar malas melakukannya.

"Ngapain?"

"Numpang dulu elah! Udah lama ga cerita-cerita sama lo" jawab arjuna yang lalu dengan santainya menjatuhkan tubuh di ranjang yang harusnya milik ara.

Ara hanya mendecak menahan dongkol, ia meletakkan kopernya asal lalu duduk di kursi yang didepannya ada cermin besar, kamar ini sedikit lebih luas dari kamar ara, hanya saja sepertinya kamar ara lebih ramai daripada ini, tidak bukan karena kamar ara terlalu ramai tapi memang di kamar ini tidak ada apa-apanya, hanya ada satu ranjang besar yang sedang ditiduri orang aneh, lalu ada lemari pakaian dan meja rias yang ia duduki ini. Juga terdapat laci kecil didekat ranjang besar itu, mungkin untuk menaruh barang-barang kecil.

"Inget ga lo sering kemari pas kecil?" Tanya Arjuna yang kembali membuka suara setelah lama keduanya terdiam.

"Inget"

THANK YOU KATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang