54. Arabella

8 1 0
                                    

Ara menggeser tirai yang menutupi cahaya matahari dari kamarnya, ia juga membuka jendela agar udara segar bisa masuk ke kamar yang ia tempati ini.

Semalam dia sudah merenungi baik-baik keputusannya soal mengajar, selain bisa mengisi kekosongan dan kejenuhan, itu juga salah satu cara agar dirinya bisa kembali terbuka, dengan membersamai anak kecil tidak akan membuat dirinya merasa sedih karena mereka pasti akan bertingkah lucu dan membuat ara memliki lembaran baru setelah cerita menyedihkannya, contohnya cerita tentang bersama anak kecil sangat menyenangkan dan ara mulai menyayangi mereka, ia berfikir itu bisa menutupi luka ara di masa lalu yang membuat dia takkan membuka lembaran lama karena sibuk menulis di lembaran baru.

Dengan pakaian yang menurutnya sudah rapih, ara keluar dari kamar dan pergi ke kamar sepupunya untuk menagih janji.

"Arjunnnn" Panggil ara dengan suara yang tidak ada lemah lembutnya.

"Woi arjunnnn! Bangun lo!" Ara menggedor-gedor pintu kamar arjun tanpa rasa kasihan sampai terdengar seperti lenguhan dari dalam.

"Masuk ajah, ga dikunci" seru si pemilik kamar, ara mengerutkan alisnya.

Masuk katanya? Tidak tidak, setelah arjun bicara tentang hal itu semalam ara tidak mau menciptakan kesalah pahaman lagi, mungkinkah arjun pernah mengira ara menyukainya?

Dari dulu ara memang sering bermain bersama arjun, saking seringnya kita juga pernah main mamah-mamahan yang sudah bisa ditebak keduanya berperan seperti apa, meski kelihatannya ara tomboy dulu kecil dia juga suka main masak-masakan, mamah-mamahan, Barbie-barbiean dan mainan khas anak kecil pada umumnya.

Mungkinkah arjuna mengira kalau dulu mereka bermain dengan serius? Tidak kan? Iyah pasti tidak, mana mungkin dia berpikiran seperti itu.

Lamunan ara terhenti ketika menyadari pintu dihadapannya terbuka dan menampakkan seseorang yang...... Baru bangun tidur? Bisa-bisanya baru bangun tidur?

"Lo bilang mau nganter ke TK" ara berkata sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Ohh yaudah gue cuci muka dulu" kata arjuna yang lalu kembali menutup pintu, ara mendengus kesal lalu memilih pergi keruang tamu dan duduk di sofa, lagi-lagi dia merasa bosan karena tidak tahu harus berbuat apa selagi menunggu arjuna keluar, ponsel miliknya sengaja ia matikan, ia tak mau mengetahui tentang dunia diluar sana karena dia harus mengurus dunianya sendiri.

Juga agar ara tidak terus memikirkan dzaka, kalau ara menyalakan ponsel pria itu pasti akan menghubungi nya terus-terusan, eh apakah ara terlalu percaya diri yah?

"Lama bangettt si ar......"

"Gausah ngomel mulu! Ayo cabut" potong arjuna yang sudah mengambil kunci motor dan keluar lebih dulu dibanding ara.

"Lagian lo lama banget! Padahal semalem siapa yang nawarin mau nganter hah? Malah turu lagi lo!" Gerutu ara kesal, arjuna sedikit menoleh kebelakang hanya untuk melihat ekspresi gadis itu lalu terkekeh pelan.

"Cepet naik ibu guru!" Suruh arjuna, ara naik ke motor arjuna sambil manyun karena masih merasa kesal.

"Ibu guru gaboleh marah-marah, ini masih pagi nanti malah ngelampiasin ke anak muridnya lagi" seru arjuna mengingatkan sekaligus meledek.

"Iyahh! Eh tapi bi inah udah tau gue mau ngajar jun?" Tanya ara

"Udahlah, mamah seneng banget waktu gue bilang lo mau ngajar di TK, katanya itung-itung ngurangin kerjaan mamah" jawab arjuna menyampaikan apa yang semalam disampaikan ibunya.

Ara manggut-manggut ikut senang, sepertinya hari ini akan berjalan dengan baik.

"Ara"

"Apaan?"

THANK YOU KATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang