32. sandaran tanpa gengsi ara

7 1 0
                                    

Marcel menghentikan motornya ketika melihat motor andi dan dzaka yang mendekatinya.

"Lo abis dari rumah gue? Ayah gimana?" Tanya marcel langsung.

"Ayah bonyok-bonyok ajah paling bang! Udah diobatin ara sih tadi" jelas andi, marcel mengangguk lalu kembali mengendarai motornya menuju rumah.

Sedangkan andi juga melanjutkan perjalanannya, dzaka malah terdiam dan membiarkan andi pergi tanpanya, fikirannya tak enak akan sesuatu, sesuatu tentang ara yang pada akhirnya membuat dia mampir di warkop yang bertempat sebelum jalan besar.

"Bang numpang duduk yak! Bentaran ajah" seru dzaka.

"Iyahh sokk lahh" balas si abang ramah.

"Eh main apaan lu?" Tanya dzaka kepo pada sekerumpulan anak kecil yang berlalu melewatinya dengan membawa mainan entah apa itu.

"Latto-latto bang!" Jawab salah satunya

"Gimana maininnya coba? Gua mau liat" pinta dzaka, sekerumpulan anak itu benar-benar memainkannya dengan keren sampai dzaka tanpa sadar memberikan tepuk tangan.

"Berapaan?"

"Saya ga jual bang"

"Yahh maksudnya kalo beli berapa harganya?"

"Lima belas rebuan paling" jawab bocah itu, dzaka mengangguk lalu membiarkan anak-anak itu melanjutkan perjalanannya, saking lamanya menunggu dzaka sampai habis satu batang rokok.

"Nah kan cewek gue nangis" dzaka terus memperhatikan jalanan sampai sosok yang ia tunggu muncul, benar saja dugaannya, gadis itu menangis.

Dzaka langsung berlari menghampirinya dan menarik gadis itu agar dapat melihat kehadirannya.

"K....kaa dzakaa?" Tanya ara tak mengerti, dzaka mengangguk lalu memeluk gadisnya.

"Pikiran gue ga enak, jadi gabisa ninggalin lo" kata dzaka yang malah membuat ara semakin tersedu-sedu.

"Ayo cabut" ajak dzaka yang diangguki oleh ara, dzaka segera menyalakan motornya dan membiarkan gadis itu duduk dibelakangnya.

Dzaka tak akan memaksa gadis itu untuk bercerita, apalagi ini soal keluarga, tapi dia akan mendengarkan dengan senang hati kalau dia dijadikan sebagai tempat sandaran gadis itu.

ara hanya memeluknya erat, kepalanya ia jatuhkan dipundak dzaka, dia benar-benar menampakkan ketidak berdayaannya pada keadaan.

"Abang nyuruh gue berhenti kerja....." Dan begitu ara mengatakannya dengan suara lirih, air mata kembali keluar dan membasahi jaket yang dipakai dzaka.

Dzaka tidak memberikan respon meskipun dia mendengarnya dengan sangat jelas, ia tidak mau menanggapi sesuatu yang serius sebelum lawan bicaranya menatap dirinya, dan itu tidak bisa dilakukan jika berada di atas motor.

THX

Ara turun dari motor dzaka dengan wajah lesu dan sembab, tangisannya sudah berhenti dan melupakan perkataannya pada dzaka karena ara mengira pria itu tak mendengarnya, namun setelah dzaka memarkirkan motornya dan memasukkan kunci motor ke kantong jaket dia langsung menangkup wajah ara dengan kedua tangannya sambil tersenyum dan menatapnya tulus.

"Ngobrol bentar yah" pinta dzaka lembut, dan ara kembali jatuh setelah mendengar permintaan itu, dia benar-benar membutuhkan pria seperti dzaka didunia ini untuk kisah hidupnya yang sering kali tak sesuai ekspektasi.

Ara menggelangkan tangannya pada lengan dzaka, lalu menunjuk kearah saung yang tampak kosong, dzaka mengangguk dan membawanya kesana.

THANK YOU KATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang