52. kehilangan

9 1 0
                                    


Bukan soal tidak mengerti, dia hanya merasa kehilangan....

mungkin jika masih mengetahui bagaimana kabar dan kehidupannya itu akan sedikit melegakan, dzaka juga masih bisa berkunjung meski tak dapat melihat sosoknya sedikitpun.

Kalian harus percaya kalau dzaka sering kerumah ara tengah malam hanya untuk melihat gadisnya tertidur pulas, dan hal itu tentu sudah di beri izin oleh marcel dan rey, keduanya juga tahu perasaan dzaka saat itu jadi mana mungkin mereka tega melarang dzaka untuk sekedar melihat ara.

Tapi sekarang? Gadisnya pergi, dia menghilang dan sosok yang bersangkutan dengan kepergiannya sama sekali tidak ingin mengasihani dzaka dengan memberitahu keberadaanya, pantas saja dua hari kemarin dzaka dilarang kerumah dan dzaka mengira ara sudah mengetahui kebiasaannya, ternyata bukan karena itu, tapi karena yang dicarinya sudah tidak ada dirumah itu.

Jadi disinilah dzaka berada, ditempat yang sangat ramai dengan lampu-lampu yang terus berganti membuat orang yang baru datang kemari akan merasakan pusing karena belum terbiasa, biasanya ia hanya merokok kalau sedang setres, tapi kali ini berbungkus-bungkus rokok masih belum bisa menghilangkan ara dipikirannya, dzaka harus menghilangkan kesadarannya, hanya itu cara agar dia tak mengingat sosok yang selalu ia rindukan, dia menghilang? Dan dzaka sudah berada di titik kegilaannya.

"Nih botol ke lima! Lanjut ajah terusss sampe lu mampus" ujar juan yang menyerahkan botol minuman keras pada dzaka, dan dia menerimanya dengan senang hati dan minim kesadaran.

"Lo gila yah! Anjing banget malah dikasih lagi" nathan mengumpat melihat kelakuan juan.

"Daripada nangisin ara mulu! Nanyain ara mulu! Mending dia pingsan" kata juan yang mungkin sedikit benar.

"Tapi mana ada pemula minumnya segitu! Itu mahh master" timpal nathan

"Pemula kalo udah begini bisa jadi suhu bro! Udah apa biarin dia bahagia dengan amernya" juan dan nathan sama-sama memperhatikan temannya dengan perasaan iba, bahkan seorang perempuan bisa membuat teman lawaknya ini jadi seperti semenyedihkan sekarang, bahkan sampai dia pergi ke bar begini, dulu mana ada dzaka mau pergi ketempat seperti ini? Katanya bukan tempat orang waras, tapi memang dia pergi kesana saat gila.

"Telpon reyy dongg" pinta dzaka dengan sisa-sisa kesadarannya.

"Mau ngapain? Udah tidur kali si curut" jawab nathan.

"Telponin cepetannnn" pinta dzaka dengan mengguncang-guncang tubuh nathan.

"Kalo ga diangkat gausah minta lagi!" Cetus nathan yang akhirnya mengaminkan keinginan dzaka, dzaka menjatuhkan kepalanya diatas meja, kepalanya pusing berat.

"Reyy nihh si dzaka mau ngomongg" ujar nathan begitu panggilan tersambung.

"Nih ngomong " nathan memberikan ponselnya pada dzaka.

"Reyyyy"

"Lo kenapa dzaka? Kok kayak orang lier gituh suara lo?"

"Ara.... Dimanaaa.... Reyyy... Gue janji.... Gabakal ganggu dia...... Gue..... Cuma mau tau.... Gue.... Sayang....ba...ngett reyy.... Ara mana....."

"Astaga dzaka! Lo sampe segininya sama adek gue? Lo tunggu aja dia balik dzak, gausah tanyain dia dulu, mending lo balik! Suara lo udah sekarat anjir takutnya malaikat maut mampir kesana jadi sekalian"

"Gu...eeee....butuh....araaa.... tolong bila...nginnn...gue sayang....banget....sama dia.... Jangan.....bik....in dia... overthinking......bilang gue se... lalu....ada buat....diaaa"

Juan dan nathan meringis melihat keadaan dzaka sekarang, miris, tragis, dan kata apapun yang cocok dengan dzaka saat ini yang jelas dia tidak boleh pulang kerumah dengan keadaan seperti ini, Johnny dan Rossa pasti akan marah besar pada bujang kebanggaannya.

THANK YOU KATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang