50. bukan cuma kamu!

5 1 0
                                    

"maaf yah ra bukannya ga mikirin kamu tapi semuanya juga tahu kalo kamu butuh istirahat, nanti ajah kita kesana sama abang yah" marcel berusaha membujuk ara yang hanya diam diruang tengah entah sejak kapan, dia memang sengaja menunggu kedua kakaknya sampai rumah meski Maghrib-maghrib, ara menatap kedua kakaknya itu dengan datar namun menusuk.

"Iyah sama mas rey juga, kita jengukin ayah sering-sering nanti ra" bujuk rey juga, ara hanya diam.

"Pasti abang takut ara aneh-aneh kan?" Tebak ara yang akhirnya bersuara.

"Bener, takut kamu nekat ikut ayah ke liang lahat kata bang marcel" jawab rey yang jelas di sikut oleh marcel, bisa-bisanya dia membocorkan soal ini.

"Emang iyah...." Namun ternyata ara menyetujuinya.

"Ga marah kan ra?" Tanya marcel pelan, ara menggeleng.

"Sini peluk" ajak rey yang sudah membentangkan tangannya lebar-lebar, namun ara hanya menatapnya tanpa mau menghambur sampai rey yang jadi menariknya.

"Adek terkuat se alam semesta, mau gua kenalin lo ke semua orang yang gua kenal raaaa sumpahhh" seru rey, ara menggeleng.

"Siapa bilang ara kuat?" Tanya ara

"Gue" jawab rey santai, ara melepas pelukan rey lalu menatap marcel.

"Ara tidur sama abang boleh?" Pinta ara, marcel mengangguk tanpa keberatan.

"Kenapa ga sama gue ajah ra?" Tanya rey heran.

Ara hanya menggeleng pelan, ara tahu kalau rey pasti akan menangis dikamarnya setelah ini, dia selalu seperti itu, tampak kuat di hadapan semua orang bahkan sampai membuat lelucon, namun setelah itu dia akan menangis sekencang-kencangnya, dan ara tidak mungkin membiarkan dirinya untuk tidur bersama rey karena nanti dia tidak akan bisa mengeluarkan semuanya, ara sangat tahu kalau disini semua orang berduka apalagi kedua abangnya yang pasti juga sangat teriris hatinya.

Setelah itu suasana rumah mereka kembali sunyi, entah mau di isi dengan suara berisik apapun rasanya akan tetap sunyi dan kosong, marcel dan rey pergi ke masjid untuk sholat Maghrib dan isya, sedangkan ara mencoba untuk membantu bibinya yang sedang membersihkan bekas pagi tadi.

"Kalo mau main kerumah main ajah yah raa, bi inah pasti sambut kamu sehangat mungkin" ujar bi inah menawarkan, ara mengangguk pelan.

"Bi inah masih di bekasih?"

"Masih dong, alamatnya juga masih sama" jawab bi inah, ara lagi-lagi hanya mengangguk.

"Nanti ara usahain yah bi"

"Iyah sayang gapapa!" Sahut bi inah sambil mengusap lembut punggung ara, ara menatap bi inah dengan datar, ia sangat tahu kalau sekarang bi inah juga tengah menatapnya dengan pandangan iba, dan ara benci itu!

"Nih kalo abang sama mas rey mau makan, suruh ambil dirak yah, kamu juga harus makan bareng sama mereka! Bi inah gabisa lama-lama disini soalnya dirumah ga ada orang ra, nanti kalo emang kamu sibuk banget dan ga sempet mampir biar bi inah yang kesini yahh" bi inah mulai merapihkan barangnya dan memasukkannya kedalam tas, ara mengangguk lalu berdiri untuk menyalami bi inah.

"Bi inah hati-hati yah" ujar ara, bi inah mengangguk dengan senyuman.

"Bi Inah pulang yah, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

THX

Dzaka kembali membuang putung rokok yang sudah mengecil dan mulai mengambil batang baru, entahlah dia juga tidak percaya kalau akan menghabiskan rokok sebanyak ini, dzaka tahu ini bukan dirinya yang seperti biasa, namun entah mengapa dzaka hanya bisa melampiaskan perasaannya pada rokok-rokok itu.

THANK YOU KATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang