L3 | delapan

50 20 10
                                    

"Eunghh...." lenguhan yang keluar dari mulut Alzena menyadarkan lamunan Nathan.

"Anjir!Jangan sampai dia denger tadi gw ngomong apa aja" batinnya Nathan bersamaan dengan melototkan matanya.

Perlahan,Alzena membuka matanya yang masih lengket itu.Setelah nyawanya sudah terkumpul beserta kesadarannya,ia menatap Nathan lama.

"Apakah saya tidur lama?" tanya Alzena sembari mengamati sekeliling tempat itu.

"Lama banget,sampai gw lumutan nunggu lo bangun" ucap Nathan yang langsung terduduk sambil menatap Alzena yang masih dengan muka bantalnya.Alzena yang mendengar jawaban dari Nathan itupun langsung terduduk juga,seperti percaya dengan ucapan Nathan.

"Maafkan saya lagi,anda jadi kerepotan terus menerus" ujar Alzena yang tertunduk lesu merasa dirinya bersalah dan sangat merepotkan Nathan.Nggak tau aja dia kalo Nathan suka direpotkan oleh dirinya,haha.Nathan yang melihat itupun tersenyum tipis,ingin rasanya ia mengarungi Alzena dan mengurungnya di dalam kamar.

"Hmm" dehem Nathan singkat."Nggak usah ngerasa bersalah,ini kemauan gw sendiri" lanjut Nathan dengan menaik turunkan alisnya.Seketika Alzena mendongak,menatap Nathan dengan tatapan polosnya.

"Udahlah,yok pulang" ajak Nathan yang sudah berdiri lalu mengulurkan tangan kanannya pada Alzena,Alzena pun menerima uluran tangan itu.

"Saya takut" ujar Alzena jujur,masih trauma melihat Ray a.k.a Bram yang biasa disebut makhluk aneh oleh Alzena.

"Lah terus?Gw nginep di apartemen lo?Kan rumah lo ada pembantu juga" ucap Nathan memberi masukan.Tanpa berfikir,Alzena langsung mengiyakan masukan yang diberi Nathan.

"Ya,anda harus menginap di apartemen saya,tak ada penolakan!" jawab Alzena yang masuk mode pemaksanya.Nathan pun senang.Alzena bersikap seolah-olah tak mau berpisah dengannya.

"Hm,oghey!" ucap Nathan tidak ingin berdebat.Lalu mereka berjalan menuju penitipan motor dan berlalu dari tempat itu."Gw tandain,gw pernah kesini bareng Alzena,tepat dijam 00.00,siapa tau besok Alzena jadi kutub lagi" batin Nathan yang masih mengingat kejadian di tempat itu.

Suasan malam di pekarangan rumah Alzena begitu mencekam,seperti rumah yang tidak berpenghuni sama sekali,hanya ada suara burung hantu yang menghiasi malam ini.

Alzena dan Nathan pun turun dari motor milik Nathan,Alzena menggenggam tangan Nathan seakan Nathan adalah pelindung baginya.

"Duluan aja Ze!Gw mau markirin motor bentar" ujar Nathan menatap Alzena yang masih sedikit was-was.Dengan cepat,Alzena menggeleng.

"No.Anda harus bersama saya" ucap Alzena masih dalam mode pemaksanya,membuat Nathan menghela nafas.

"Huft.Oke,fine!" ucap Nathan pada akhirnya.Lalu menuntun motornya menuju garasi di apartemen Alzena.Alzena pun masih saja mengenggam lengan Nathan erat.

"Megangnya jangan kenceng-kenceng,ntar darahnya gw berhenti gimana?Lo mau donorin darah buat gw?" ujar Nathan sedikit ngegas,niatnya dia ingin menggoda Alzena .Perlahan genggaman tangan Alzena sedikit mengendur.

"Yok jalan" ajak Nathan untuk memasuki apartemen milik Alzena.Nathan tiba-tiba memberhentikan langkahnya padahal baru sampai di ruang tamu.Alzena yang posisinya menggenggam tangan Nathan,otomatis berhenti.

"Nantii,kalo gw dituduh ngapa-ngapain lo gimana?" tanya Nathan sembari menatap Alzena,Alzena juga menatap Nathan dengan wajah yang sudah tidak terlihat takut.

"Saya sudah mengirim pesan pada salah satu asisten saya disini.Jadi anda tenang saja.Lagipula,saya tidak minat ingin melakukan apa-apa bersama anda" ujar Alzena dengan jujurnya membuat Nathan mengumpat dalam hatinya.

Lika-liku LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang