L3 | dua puluh

33 14 11
                                    

typo adalah seni

HAPPY READING ALL!
.......

"Gue pengen hubungan ini tetap bertahan, tapi, Nath, anu, emm...gue nggak bisa ninggalin hobi gue, gue akan berusaha buat ngurangin secara perlahan," ucap Alzena dengan perasaan tidak enak dan nada yang, sepertinya ragu?

"Kalau lo?" tanya Alzena.

"Same, me too. Gue juga mau hubungan ini tetap bertahan, masa iya, hubungan kita berakhir karena luka masa lalu? Bantu gue buat ngelawan trauma gue, ya?" tanya Nathan perlahan.

"Lo mau belajar suka sama darah?! Lo mau jadi psychopath?!" tanya Alzena kegirangan.

"Nggak gitu konsepnya, Ze. Gue pengen ngelawan trauma gue, gue mau biasa aja ketika lihat darah, bukan kok mencintai darah!" jawab Nathan sedikit ngegas,candaa.

"Buktiin omongan lo tadi, ya?" pinta Nathan dengan halus.

"Buat ngurangin pertemuan gue sama darah?"

"Iya."

"Bantuin gue juga, ya? Buat ngewujudin omongan gue tadi. Itu bakal berat banget bagi gue, Nath," ujar Alzena dengan nada rendah.

"Bareng-bareng,ya? Kita bareng-bareng memperbaiki diri kita," ucap Nathan sembari menatap Alzena penuh arti dan mengusap tangan Alzena. Alzena mengangguk lalu memeluk Nathan.

"Nath,lo ngerasa lucu gak sih sama hubungan kita? Kita hanya menjalin hubungan satu sama lain, gak saling kenal lebih dalam, bahkan gue aja baru tau keluarga lo. Terus...kita nggak saling tanya tentang masalalu gitu, iya sih walaupun itu nggak penting. Kita juga nggak pernah marah-marahan atau berantem gitu, garing banget gak sih? Lo ngajak ribut gitu kek?!" ucap Alzena masih dalam pelukan Nathan.

"Nggak, gue gak bisa marah sama orang yang gue sayang. Hubungan kita juga aman-aman aja, jadi nggak ada yang harus diributkan."

"Lo nggak nanya tentang orang tua gue, Nath?"

"Gue lebih milih lo cerita sendiri ke gue daripada gue nanya."

"Kenapa?"

Lalu Nathan melepas pelukannya dengan Alzena secara perlahan dan memegang kedua pipi Alzena,"karena gue mau lo cerita atas kemauan lo, bukan karena gue, gue nggak mau lo ngerasa nggak nyaman sama pertanyaan gue," ucap Nathan menatap lekat gadis di depannya.

"Nath, makasih, makasih banget, lo udah seberusaha itu buat bikin gue nyaman. Kalau ada yang mau lo tanyakan tentang gue, tanya aja, ya? Nggak papa, kok," ujar Alzena, merasa haru dengan sikap dari kekasihnya.

"Bilangnya nggak papa aslinya kenapa-napa, dasar cewek!" balas Nathan sembari menoel-noel pipi Alzena.

"Ihh! Beneran, Nath! Gue nggak lagi bercanda!" 

"Siap ratu! Gue nggak janji loh ya," ucap Nathan.

"Ze?" panggil Nathan.

"Iya, kenapa Nath?"

"Gue pulang dulu ya? Udah mau malem nih," ucap Nathan lalu berdiri.

Lika-liku LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang