L3 | sembilan belas

31 16 21
                                    

typo adalah seni dari jari yang menari

HAPPY READING ALL!
.......

"Nanti lo ada waktu luang nggak,Nath?" tanya Alzena setelah mereka selesai makan.

"Selalu ada waktu untuk sesuatu yang prioritas," jawab Nathan menatap Alzena lekat.

"Maksudnya?" tanya Alzena,belum paham dengan maksud ucapan Nathan.

"Lo prioritas gue,Ze.Jadi,pasti ada waktu buat lo,kapanpun itu."

"Beneran? Kapanpun itu?"

"Iya,gue usahain.Jadi,ada apa?"

"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat yang menjadi teman gue sebelum lo ada di deket gue.Dan gue harap,lo nggak marah apalagi ninggalin gue."

"Ze,marah adalah awal ketidakwarasan seseorang yang akhirnya hanyalah penyesalan,dan gue nggak mau nyesel akhirnya," ucap Nathan meyakinkan Alzena,bahwa ia akan baik-baik saja.Ya kali gue ninggalin lo gitu aja,dapetin lo susah banget,berasa sia-sia perjuangan gue,batin Nathan.

"Oke! Nanti abis pulang sekolah,ya!"

"Siap ratu!" jawab Nathan dengan meletakkan tangannya di pelipis,seperti orang hormat.Tak lupa juga dengan senyum manisnya yang ia berikan untuk Alzena.

'Gue harap lo nggak cuman sekedar ngomong,Nath.Lo bener-bener nggak akan ninggalin gue' ucap Alzena dalam hati.

"Ini mau gue yang jemput,atau naik motor sendiri?" tanya Nathan,ia bingung.Tumben ratunya tidak memberi tau di mana tempat yang akan menjadi tempat pertemuan mereka.

"Tempat yang gue maksud itu ada di rumah gue,Nath," jelas Alzena.

Di rumah Alzena

"Ayo,Nath!" ajak Alzena sembari menarik tangan Nathan menuju ruang keluarga.Lalu Alzena melakukan ritual membuka pintu 'kebahagiaan'nya.

Setelah dinding bergeser,menunjukkan ruang dengan 2 pintu.Alzena mengajak Nathan menuju pintu sebelah kiri terlebih dahulu.

Cklek!

Nathan membelalakkan matanya,tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.Di sisi satu,terdapat banyak bola mata berjejer rapi didalam wadahnya,di sisi lain,ada berbagai macam kuku disertai darah kering.Darah! Nathan hampir tak berdaya melihat ini semua,namun ia menguatkan diri agar tidak membuat sedih kekasihnya.

"I-ini maksudnya a-apa,Ze?" tanya Nathan mengalihkan pandangan.

"Ini semua koleksi gue,Nath.Gue suka," jawab Alzena dengan nada tenang.Namun,sebenarnya hati ini sedang takut,takut jikalau setelah ini,ia dan Nathan akan berjarak.Semoga saja itu hanya ketakutan Alzena.

"Lo beli semua ini dari mana?" tanya Nathan sudah sedikit tenang.

"Gue nggak beli,gue ambil ini semua langsung dari tubuh manusia."

Lalu Alzena menceritakan tentang dirinya,tentang dia yang suka 'bermain' dengan para manusia yang mengganggunya lalu mengambil mata atau kuku yang menurut dia perfect,tentang dia yang nggak suka diusik atau akan berakhir seperti mereka yang kini sudah tidak bernyawa,tentang dia yang menyisakan organ penting dan mengirimnya ke sebuah RS,namun ia tidak memberi tahukan nama RS tersebut,karena itu sudah perjanjian kedua belah pihak,agar tidak memberi tahukan kepada siapapun kecuali yang berhubungan.

"Ada lagi yang mau lo tunjukin?" tanya Nathan setelah Alzena selesai bercerita.

"Gue mau ngajakin lo ke ruang sebelah,tempat yang menjadi saksi ketika gue menikmati aliran darah dan suara merintih dari lawan gue."

Lika-liku LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang