L3 | dua empat

17 6 22
                                    

typo adalah seni

HAPPY READING ALL!

.......

Jika ditanya mengenai kebahagiaan, Nathan akan lantangnya menjawab bahwa ia berhasil memiliki Alzena. Belum seutuhnya, namun yang terpenting Alzena sudah terikat dengan dirinya dan Nathan tidak akan membiarkan Alzena lepas begitu saja.

Sejak awal kelas 10, Nathan yang awalnya penasaran dengan sosok Alzena kini terdampar dengan perasaan yang menyesatkan hati. Nathana menyukai Alzena dan berlanjut menjadi cinta.

Hari-hari Nathan lakukan agar bisa menarik perhatian Alzena. Tidak bohong, Nathan pernah merasakan takut dengan aura Alzena yang tidak bisa diremehkan. Padahal hanya duduk bersebelahan, tetapi Nathan seperti merasakan berhadapan dengan guru BK.

Alzena itu seperti air, tenang mengikuti arus kehidupan.

Alzena juga seperti bunga mawar, cantik dan sangat membentengi diri dari sembarang makhluk lain.

Juga di sisi lain, Alzena seperti soal matematika, begitu susah dijelajahi jika orang tersebut bukan pilihannya.

Mendapat dukungan dari para sahabatnya membuat Nathan tidak kunjung menyerah. Sikap yang dikeluarkan oleh Alzena juga mampu membuat Nathan merasa tertantang untuk menaklukkan gadis itu.

Dan sekarang, hasilnya sudah berada di genggaman tangan Nathan.

"Ze?" ucap Nathan membuka percakapan.

Selalu seperti ini. Selalu Nathan yang harus memulai pembicaraan karena Alzena terus menerus diam seakan itu sudah menjadi ciri khas. Selalu Nathan memberikan perhatian kecil kepada Alzena, gadis itu membalas dengan kaku.

Mungkin saja, Alzena belum terbiasa. Pikir Nathan mencoba untuk berpositif thinking.

"Kenapa?" jawab Alzena singkat, melirik singkat Nathan yang juga menatapnya. Sekarang mereka berdua berada di kantin sekolah yang masih sepi. Mereka memiliki niat untuk membolos bersama.

Nathan membenarkan duduknya, tangannya beralih menggenggam tangan Alzena yang kecil dibandingkan dengan telapak tangannya.

"Jangan ngerasa sendiri, lo punya gue. Cari gue kalo lo butuh bantuan. Lo bebas berekspresi apapun ke gue, cuma gue yang boleh liat itu. Gue akan selalu ada buat lo ketika gue masih diberi kesempatan bernapas."

Manik hitam Alzena menyelami tatapan tulus yang diberikan oleh Nathan. Yang dikatakan oleh laki-laki itu benar, dengan segala yang laki-laki itu punya, selalu Alzena yang menjadi pertama. Selalu Alzena tempat Nathan membagikan sebuah cinta. Selalu Nathan yang terlihat sekali memperjuangkan dirinya.

Nathan melihat kekosongan dari mata Alzena, ia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah ia sudah pantas menjadi pasangan Alzena?

"Menangis nggak bikin kita lemah, Ze. Dunia emang berat, makanya bagi ke gue ya? Tuhan ngasih pertolongan buat lo dengan perantara gue, gue akan bantu lo sampai dunia tunduk di bawah lo." Tangan kanan Nathan memberanikan diri menyentuh pucuk kepala Alzena, dirasa tidak ada penolakan ia melanjutkannya dengan mengelus rambut.

Alzena masih setia terdiam, membisu dan tidak mengeluarkan suara. Entah apa yang sedang ia pikirkan, Nathan akan tetap berada di sisi Alzena. "Jangan buat gue ngerasa gagal jadi Pendekar-nya Ratu. Ratu itu berkuasa, dan lo pantas berkuasa di dunia yang lo punya. Tenang Ratu, Pendekar ini akan selalu mendampingi hidup Ratu," kata Nathan diakhiri kekehan ringan, wajahnya manis sekali.

***

Jam pulang sekolah membuat tempat parkir terasa sangat sesak. Para murid beramai-ramai mengambil kendaraan pribadi milik mereka. Berdesak-desakan hingga ada yang terjungkal, salah satu korbannya adalah Jordan.

Misuh-misuh tidak jelas, itu yang Jordan lakukan sekarang. Entah siapa yang menjadi sasaran umpatan Jordan, yang pasti hatinya sangat terbakar dan didukung oleh cuaca siang.

"Dasar kodok!" 

"Kunti bogel!"

"Ayam atok!"

"Cukurukuk!"

"KUK GERUU!"

Nathan terkekeh melihat wajah Elga yang terlihat masam karena terganggu oleh suara cempreng milik Jordan. Sang empu tidak terlalu peduli, tetap melanjutkan umpatan sesekali menendang murid yang menghalangi jalan.

Seragam sudah terbuka, memperlihatkan kaos berwarna kuning. Nathan semakin tergelak melihat penampakan tidak biasa Jordan. Sahabatnya satu itu sangat memiliki kepercayaan diri di atas rata-rata.

"Nggak nyamperin Alzena?" tanya Elga membenarkan tasnya di bahu.

Nathan menggeleng, "Alzena ada urusan katanya."

Jika ditanya apakah Nathan mengetahui urusan Alzena, tentu Nathan tidak tahu apa yang sebenarnya pacarnya itu lakukan. Memang semua pasti memiliki urusan pribadi, rasanya Nathan seperti menjadi orang bodoh yang tidak tahu menahu soal hidup Alzena. Dan yang lebihnya lagi, Alzena itu pacarnya.

Mereka bertiga menunggu isi parkiran sepi, tidak ingin berdesakan. Keduanya memperhatikan Jordan yang sedang menjahili murid-murid lain di sana.

"Nggak lo anter?" tanya Elga dengan tatapan datar.

Nathan tertawa, Elga merasa berbeda dengan tawa itu. "Dia udah biasa mandiri, mungkin aja kebawa sampai sekarang."

Pandangan mata Nathan menelusuri area parkira, satu persatu murid-murid bepergian. Ia hanya mencari sosok Alzena yang mungkin berada di kerumunan sana. Ah, hampir saja, Alzena mana mau berurusan dengan khayalak ramai?

"Kenapa lo bisa se-cinta itu sama Alzena?" Terkadang Elga sangat cerewet sekali jika membahas tentang Alzena. Bukan karena curiga, Nathan hanya penasaran dengan tingkah Elga.

Jika membahas Alzena, pasti selalu Elga yang menjadi wartawan dadakan. Bertanya, bertanya, dan terus bertanya. Elga akan mengeluarkan sifat cerewetnya jika Nathan membicarakan Alzena.

"Cinta itu dari hati, dan hati menjadi pengendali diri. Gue nggak bisa buat rencana harus cinta sama siapa, tapi yang pasti, pilihan hati bisa jadi nggak salah, kan?" Elga mengagguk-anggukan kepala.

"Kalo seumpama ternyata pilihan hati lo salah? Maksudnya, Alzena ketika berencana ninggalin lo, gimana?" Elga memberikan tatapan rumit.

Nathan menyandarkan badannya pada tembok. "Masalah itu, udah ketentuan takdir. Kita nggak bisa mencegah ataupun komplain. Tapi bisa diubah untuk yang kedepannya."

Perasaan gue nggak pernah ragu buat Alzena, tapi gue rasa Alzena nggak segampang itu nyerahin hatinya buat gue. Hati Nathan melanjutkan. Rasanya sangat sakit harus menjalani hubungan disertai banyak kebohongan.

________________________

Assalamualaikum Petang!

Petang for pembaca kentang, hihihi

Udah ada panggilan kesayangan buat kalian!

Gimana menurut kalian?

Apakah Alzena juga memiliki cinta seperti yang Nathan miliki?

Atau ternyata Alzena menerima Nathan hanya karena maksud tertentu?

Ikuti terus ceritanya yaa!
Maap updatenya lama😁

Terimakasih buat yang sudah mampir kesini dan memberikan bintang.

See you in next chapter Petang!

Lika-liku LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang