Bab 6

1K 44 0
                                    

Selama beberapa hari mas adam pergi ke bandung dengan alasan urusan keluarga. Selama itu pula aku merombak semua furniture dirumah yang aku milikin. Barang yang lama sudah aku ganti dengan yang baru aku beli.

Beberapa ruangan kosong yang dulu belum sempat aku isi dengan kasur dan kawan-kawan semua sudah aku isi. Jika nanti ada tamu yang akan datang mereka bisa menempatin nya.

Tak luput pula aku membeli beberapa ruko yang strategis untuk nanti aku pergunakan buat usaha. Aku tidak menyewa nya tetapi aku membeli nya secara cash.

Rencana nya aku akan membuat beberapa usaha seperti kafe atau pun toko. Tapi semua masih perencanaan. Aku tidak mau gegabah dalam bertindak. Terlebih lagi jika nanti aku atau mas adam akan berpisah. Akan bermasalah dalam harta gono gini.

Walaupun aku membeli nya dengan uang ku sendiri. Sedangkan ibu mertua mana mengerti. Ibu selalu bilang harta suami ya harta suami. Sedangkan harta istri, harta suami. Pemikiran yang aneh menurut ku.

Di awal pernikahan kami ibu mertua sempat mempermasalahkan rumah peninggalan kedua orang tua. Ibu ingin kakak ipar ku mbak yuna anak kedua ibu yang menempatinnya dengan alasan mbak yuna tinggal di rumah kontrakan. Tentu saja aku tidak mengijinkan nya. Itu hak ku.

Karena permasalah itu lah mas ada memberikan 30% gaji nya. Biar mbak yuna mempunyain rumah milik nya sendiri. Cih.. mata duitan sekali keluarga suamiku.

Banyak bukti-bukti yang masuk ke dalam email ku atau media sosial ku. Dan beberapa foto pernikahan mas adam dan wanita itu serta video pernikahan mereka dari orang yang aku sewa untuk mengawasin mas adam.

Tak terasa setetes air mata mengalir di pipi yang langsung aku seka. Aku tidak ingin terlalu rapuh. Aku harus kuat. Luka yang mas adam berikan sudah terlalu dalam. Entah kapan luka itu bisa sembuh.

***************************************************

"Bi, may pulang dulu ya ke rumah mas adam" ucap ku sebelum aku kembali kerumah itu.

"Iya non. Non, yang kuat ya. Kalau non tidak sanggup non. Masih punya bibi, mbok dan yang lain yang sayang sama non." Ucap bi ummah sambil memeluk ku dengan kasih sayang dan mengusap punggung ku dengan lembut memberikan semangat untuk ku.

Aku telah menceritakan seluruh kisah ku ke bibi, dan mbok jum karena mereka lah yang aku punya selama ini.

Untuk om dan tante ku mereka terlalu sibuk dengan urusan pribadi dan keluarga mereka. Aku tidak mungkin menganggu atau menyusahkan mereka.

"Iya bi, do'ain may ya. Biar may kuat menghadapin cobaan yang sedang may hadapin". Pamit ku.

Sepanjang jalan aku memikirkan apa yang harus aku lakukan. Harus kan aku bertahan atau harus kah aku harus menyerah. Setiba nya aku di rumah mas ilham aku melihat mbok jum di teras.

"Assalammualaikum, mbok jum" ucap ku saat kulihat mbok jum di depan teras rumah.

"Wa'alaikumsalam.. alhamdulillah non selamat sampai rumah". Ucap mbo jum dengan wajah khawatir.

"Kenapa, mbok. Kok muka nya khawatir begitu" ku elus di pundak si mbok tak lupa ku ajak si mbok masuk kedalam rumah.

"Mbok, takut non kenapa-kenapa selama di jalan. Non, udah mbok anggap seperti anak mbok sendiri."ujar mbok jum. Si mbok langsung aku peluk dengan penuh kasih sayang. Aku sadar sejak kedua orang tua ku tidak ada si mbok dan bibi lah yang selalu ada di sisi ku. Di saat terpuruk hanya mereka lah yang memberikan ku kekuatan untuk semangat hidup.

Mungkin tanpa mereka aku akan kehilangan arah.

"Mbok tenang aja. May, insya allah tidak apa-apa. Udah mbok jangan menangis. Malu ah sama muka nya ntar jelek lagi" jawabku sambil ku hapus air mata di pipi mbok jum.

"Iiiih.... sih non. Mbok malah di ledekin."ujar mbok jum.

"Mbok masak apa? May udah laper belum makan. May taruh dulu ya koper may ke dalam kamar sebelum bapak pulang." Ucap ku sambil membuka pintu kamar dan meletakan semua baju-baju yang aku bawa.

Aku susun kedalam lemari. Saat semua beres ku melangkah ke dalam kamar mandi untuk membersih kan diri. Dengan guyuran dari shower membuat kepala yang panas menjadi adem. Setelah aku menyelesaikan ritual. Aku langsung mengunakan pakaian sehari-hari saat dirumah. Tak lupa memoleskan sedikit make up.

Sambil menunggu kepulangan mas adam. Aku menyantap makanan yang sudah di hidang kan oleh mbok jum. Mungkin karena banyak pikiran, nafsu makan ku bertambah. Mbok jum hanya tersenyum melihat ku makan dengan lahapnya seperti orang yang tidak makan berhari.

Terdengar derua mobil dan obrolan dari luar. Aku langsung menyuci tangan ku lalu berjalan ke arah ruang tamu.

Tampak mas adam dengan raut wajah yang memancarkan kebahagian. Aku langsung mengambil tangan dan mencium punggung mas adam dengan takzim.

"Mas, ibu sama putri ga balik bareng sama mas??" Sambil ku lihat keluar rumah.

"Ibu sama putri udah mas antar langsung kerumah. Ibu titip salam buat kamu may."

"Mas udah makan blm?? Kalau belum mbok jum udah siapin makan kalau mas mau??"

"Ga usah may. Tadi mas udah makan di luar saat pulang. Masih kenyang. Nanti aja kalau mas lapar. Mas langsung ambil sendiri." Mas adam langsung menuju kamar untuk membersihkan diri dan mengistirahatkan tubuh nya yang sudah lelah karena perjalanan jauh.

-------------------------------------------------------------

Seminggu setelah kepulangan mas adam entah kenapa ada perasaan yang tidak menentu. Aku hanya berdiam diri di balkon atas. Sambil melamun.

Tok... tok... tok

"Non may, ada ibu, putri dan seorang wanita diruang keluarga"kata mbok jum

"Ibu?? Tumben datang kemarin... mbok siapin minum dan cemilan buat mereka ya. Saya mau siap-siap dulu."

"Baik non, bibi permisi."

Setelah mbok jum menutup pintu aku langsung mencuci muka biar lebih segar. Menganti pakaian yang sopan. Dan memoleskan sedikit make-up. Setelah itu aku keluar untuk menemuin ibu di ruang keluarga.

"Bu, udah lama tiba nya? Ibu sehat? Put, apa kabar? Gimana kuliah nya? Dan siapa wanita itu,bu?" Aku langsung mencium punggung tangan ibu dengan penuh tanda tanya apa maksud kedatangan ibu dan putri serta wanita selingkuhan mas adam.

Jangan dikira aku tidak tahu siapa wanita itu. Aku hanya berpura-pura. Tolong di catat aku hanya berpura-pura polos dan lugu. Aku mengikutin alur permainan yang mas adam dan keluarganya lakukan.

"Ooooh... ini may, perkenalkan dia Novi, keponakan jauh ibu. Yang berarti sepupu jauh dari adam. Kedatangan ibu kemari, karena ibu dan putri memutuskan untuk tinggal bersama kalian dirumah ini. Lagipula ini kan rumah ibu yang berarti rumah ibu juga kan. Tanpa atau dengan persetujuan kamu. Ibu dan putri akan tinggal disini berserta novi." Ucap ibu tanpa di bantah.

"Apa mas adam sudah tahu bu? Lalu bagaimana dengan rumah ibu?"tanya ku dengan binggung.

"Adam sudah tahu. Dan adam juga yang menyuruh ibu, putri dan novi tinggal disini bersama kalian. Rumah ibu saat ini sedang di renovasi oleh kakak nya adam. Tolong kamu siap kan kamar untuk kami bertiga. Dan jangan lupa siapkan makan buat kami."

"Baik bu."

Aku langsung memanggil mbok jum untuk membantuku membereskan kamar tamu yang biasa di gunakan ibu dan putri saat menginap di rumah kami. Sedangkan wanita itu terpaksa aku siapkan di kamar atas paling ujung jauh dari kamar aku dan mas adam.

Setelah aku menyuruh mereka untuk istirahat aku langsung ke dapur untuk memasak makanan kesukaan mereka di bantu mbok jum.

Istri TegarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang