Bab 15

1K 49 0
                                    

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan ,tahun berganti tahun. Ku lewatin semua fase tumbuh kembang putra semata wayang ku. Mulai dari dia bisa tengkurap, duduk, tumbuh gigi, berdiri, berjalan dan ucapan kata pertama nya "mama". Tidak pernah kulewatkan sedetik pun.

Kuserahkan sepenuh nya usaha butik kepada sofi dan anita. Aku hanya sekedar mengecek laporan penjualan. Walaupun terkadang aku datang untuk mengecek kondisi butik. Ataupun sekedar main-main ke butik.

Aku sangat bersyukur, di kelilingin orang-orang baik. Di usia senja nya bi ummai dan mbo jum memilih untuk kembali ke kampung halaman nya untuk berkumpul dengan sanak sodara nya. Walaupun aku harus kehilangan dua wanita hebat yang sudah menemaniku sejak dulu. Aku harus ikhlas.

Wanita hebat yang selalu ada untuk ku, dikala ku jatuh ke titik terendah dalam hidup. Mereka selalu merangkul dan memberikan ku semangat. "Ya allah, berikan lah mereka umur yang panjang dan kesehatan"lirih ku dalam do'a.

Setelah mbo jum dan bi ummai pulang ke kampung nya masing-masing. Aku memilih untuk membeli rumah sederhana jauh dari tempat tinggal ku dulu. Sedangkan rumah yang dulu ku tempatin. Sudah ku sewakan.

Sekarang putra ku sudah berusia enam tahun. Aku memasukan nya ke salah satu sekolah dasar dekat rumah ku. Biar gampang ku awasin. 

Selain butik, aku menjalankan usaha baru. Usaha kuliner, yang aku bangun di depan rumah. Walau pun usaha kecil-kecilan, aku memilikin dua pegawai yang membantu ku membuat kue. 

Sengaja aku membuka usaha di depan rumah. Selain karena rumah ku didepan jalan, halaman rumah ku cukup luas untuk di bangun toko. Dan untuk mengisi waktu luang ku.

Banyak laki-laki yang berusaha untuk mendekati mayang, tapi mayang belum mau untuk memulai hubungan dengan laki-laki mana pun. Mayang masih ingin fokus untuk membahagiakan putra semata wayang nya. 

-------------------------------------------------------------

Seperti biasa, mayang membangunkan putra tercinta nya untuk sholat berjamaah. Sudah sejak kecil, mayang mengajarin anak nya sholat, dan juga membayar guru untuk mengajarin putra nya mengaji. Mayang ingin mengenalkan putra nya tentang agama.

"Sayang, bangun nak. Sebentar lagi mau adzan subuh. Nanti hafiz boleh tidur lagi. Cuci muka, gosok gigi lalu ambil wudhu. Bunda tunggu diruang sholat"dengan suara lembut sambil membelai rambut hafiz. 

"Uughmm.. iya bunda"sahut hafiz, dengan suara khas bangun tidur nya. Mayang memberikan segelas air putih ke hafiz untuk di minum nya. Hafiz meminum air putih yang di berikan mayang hingga gelasnya kosong. Dan memberikan nya kembali kepada mayang. Mayang mengambil gelas dari tangan hafiz lalu membawa nya ke dapur untuk di cuci.

Mayang mengambil wudhu lalu mengelar sejadah nya dan hafiz. Dan mengenakan mukena. Hafiz menjadi imam mereka waktu sholat. Seusai sholat berjama'ah, hafiz mencium punggun tangan bunda nya dengan takzim. Dan mayang mencium ubun-ubun putra nya sambil melafazkan do'a dengan lirih untuk sang buah hati nya.

Selesai sholat, mayang menuju dapur untuk membuat sarapan pagi, untuk hafiz dan dirinya. Karena hari ini hari libur, mayang lebih santai membuat sarapan. Seusai membuat sarapan. Mayang membersihkan semua perkakas supaya tidak menumpuk di cucian piring. Dan meletakan masakan yang sudah di buat mayang ke meja makan.

Mayang menuju kamar sang anak, membuka pintu nya lalu melihat sang putra sudah kembali tertidur melanjutkan mimpinya. Karena melihat sang anak yang tertidur lelap, mayang memutuskan keluar dari kamar sang anak dan menutup pintu nya kembali.

Karena hari ini hari libur, mayang tidak membuka toko kue nya. Mayang mulai membersihkan rumah nya. 

Sehabis membersih kan rumah, mayang kembali ke kamar hafiz untuk membangunkan nya.

Istri TegarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang