Bab 42

559 30 0
                                    

Acara lamaran aku dan mas Melvin berjalan dengan sangat lancar tanpa ada halangan dan hambatan. Hampir keluarga inti dari mas Melvin datang kerumah untuk melamar ku. 

Tanpa aku duga sebelumnya mas Melvin ternyata meminta orang untuk menyelidiki keberadaan keluarga dari pihak papa dan mas melvin meminta langsung kepada mereka untuk hadir dalam acara lamaran ku. Mereka datang tepat sehari sebelum acara berlangsung. Paman dan bibi berserta anak-anak nya datang bersama kakek dan nenek ku. 

Mereka meminta maaf karena ke egoisan mereka membuat aku terbuang. Sehingga membuat pihak dari suami pertama ku tidak menghargai diriku. Dan mereka juga meminta maaf karena tidak datang saat papa dan mama meninggal. 

Aku tidak mempermasalahkan nya, mereka datang saja aku sudah bersyukur. Biarlah yang berlaku telah berlalu, aku tidak ingin mengingat atau membahas yang lalu. Karena sekarang aku hanya ingin mengfokuskan diri ku untuk masa depan ku bersama mas Melvin dan juga putra tercinta ku hafiz.

Aku mengenalkan hafiz kepada mereka, Alhamdulillah mereka bisa menerima hafiz dengan baik, itu sudah cukup buat ku. Tak lupa pula aku mengabarin om Rendy dan Tante Risma mengenai kedatangan keluarga papa.

Mereka sangat bahagia mendengar bahwa keluarga papa mau datang untuk menjadi wali nikah ku. Tapi aku tetap meminta mereka untuk datang menemani ku, Karena bagaimana pun aku tidak terlalu dekat dengan keluarga papa. Mereka menyetujuinya untuk hadir menemani ku di acara lamaran aku dan mas Melvin.

Pihak dari keluarga ku dan mas Melvin sepakat, kalau acara pernikahan di laksanakan dua bulan lagi. Padahal rencananya akan di adakan tiga Minggu setelah lamaran. Hanya saja pihak keluarga papa yang masih kental dengan budaya meminta mereka untuk mengundurnya. Agar tidak terkesan terburu-buru hingga membuat orang berpikiran yang tidak-tidak dengan pernikahan kami. Untung saja baik pihak keluarga mas Melvin menyetujuinya, kakek dan nenek meminta agar mas Melvin lebih mendekatkan dirinya dengan putra ku hafiz. Biar bagaimanapun nanti hafiz akan menjadi anak sambungnya, mas Melvin pun dengan senang hati menerima permintaan kakek dan nenek.

Setelah usai dengan acara lamaran, seluruh keluarga menyantap hidangan yang telah di sedia kan oleh pihak wedding organizer. Rasa haru benar-benar menyelimuti dirimu. Baru kali ini aku merasakan di kelilingi oleh keluarga. 

Satu per satu pihak keluarga mas Melvin mengundurkan diri, berserta om Rendy dan Tante Risma. Hanya tinggal aku dan pihak keluarga papa. Pihak wedding organizer sedang merapikan bekas-bekas acara. Tak lama kemudian Paman dan bibi ku pamit pulang. Sedangkan kakek dan nenek memilih untuk menginap sementara dirumah ku. 

Tentu saja aku sangat bahagia, aku meminta mereka untuk beristirahat di kamar tamu yang terletak di lantai bawah dekat dengan kolam renang yang di kelilingi oleh tanaman yang aku rawat. Setelah rumah bersih dan pihak wedding organizer meninggalkan rumah. Aku memilih untuk membersihkan diri dan mengistirahatkan tubuhku di kamar.

*****

Sebelum adzan subuh aku terbangun, dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri serta melaksanakan sholat. Selesai sholat aku menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi kami. Untung saja bibi telah memberitahukan kepada ku kebiasaan kakek dan nenek sebelum bibi pamit pulang kerumahnya. Jadi aku tidak terlalu pusing untuk menyiapkan sarapan. 

"Sudah bangun nduk?" Tanya nenek yang sedang melihat ku menata hidangan di meja makan.

"Sudah nek. Nenek mau minum apa? Biar Mayang buatkan?" Tanyan ku.

"Teh saja nduk, kalau kakek mu kopi hitam gula nya sedikit saja." Jawab nenek 

Aku langsung membuatkannya, dan meletakannya di atas meja makan tempat nenek duduk. Tak lupa pula aku membuat susu untuk hafiz serta kopi untuk diri ku. Kulihat hafiz jalan mendekati nenek buyut nya dan mencium kedua pipi neneknya, lalu mendekati ku melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan dengan neneknya.

"Cucu nenek sudah bangun toh. Nenek kirain kamu belum bangun?" Ucap nenek

"Iya nek uyut, hafiz udah kebiasaan bangun pagi." Jawab hafiz yang memilih duduk di kursi sebelah buyut nya.

"Udah pada bangun semua toh." Sahut kakek yang sedang berjalan menuju kursi makan.

"Sudah dong kakek." Jawab ku sambil meletakkan kopi hitam untuk kakek.

"Ini semua kamu yang masak nduk?" Tanya kakek 

"Iya kek, mayang harap sesuai dengan selera kakek dan nenek." Jawab ku

"Ya udah kita mulai makan ya" ujar kakek

Kami pun mulai menyantap nya, ada kebanggaan tersendiri buat ku Karena kakek dan nenek menyukai masakan ku, bahkan mereka memujinya. Sehabis makan aku langsung merapikan semua piring-piring kotor dan menyucikannya. Tak lupa pula aku mulai membersihkan rumah dan menyuci baju dengan mesin cuci. 

Kakek dan nenek duduk di ruang keluarga, nonton bersama hafiz tak lupa aku menghidangkan cemilan dan minuman buat menemani mereka nonton. Ada kebahagiaan tersendiri buat ku. 

Siang harinya aku mengajak mereka untuk jalan-jalan ke salah satu mall. Walaupun kakek dan nenek sudah berumur, tapi jangan salah stamina mereka cukup kuat. Hafiz mengandeng tangan kakek nya, sedangkan aku mengandeng tangan nenek.

"Loh Mayang? Sama siapa?" Sapa Adam. Kulihat Adam berserta keluarganya sedang berada di salah satu toko yang sedang kami datangin.

"Iya kenapa dam? Sama hafiz." Ujarku jengah

"Loh loh loh, Mayang ngapain kamu disini? Mau belanja juga? Memang kamu punya uang buat beli disini?" Ucap mantan ibu mertua dengan sombong, yang sudah berada di sampingnya Adam.

"Iya kami mau belanja, kenapa ada masalah dengan anda?" Sahut nenek di sebelahku sedang memilih baju untuk ku yang mendengar ucapan mereka.

"Anda siapa? Apa anda majikan nya Mayang?" Sahut mantan ibu mertua karena melihat dandanan ku yang seperti biasa santai kayak di pantai. 

"Bukan, saya bukan majikannya Mayang. Tapi saya nenek kandung nya Mayang. Anda sendiri siapa? Datang-datang malah menghina cucu saya." Sahut nenek yang emosi cucunya dihina

"Haah.. apa saya enggak salah dengar? Mayang itu yatim-piatu, sebatang kara tidak punya keluarga sama sekali. Dan sekarang anda bilang kalau anda nenek kandungnya?" Ucap mantan ibu mertua yang meremehkan ku.

"Ada apa ini?" Tanya kakek yang melihat keributan kami sambil mengandeng tangan anak ku. Dan di belakangnya kulihat ada paman dan bibi ku.

"Ini loh pak. Ibu ini datang-datang langsung menghina Mayang?" Ujar nenek mengadukan saat mendengar suara kakek.

"Anda siapa berani-beraninya menghina cucu saya?" Tanya kakek tegas dengan raut wajah yang tegang mendengar cucu nya di huna

."Hahahahah.... Ada lagi yang datang mengaku-ngaku keluarga si yatim-piatu." Ujar mantan mertua ku yang meremehkan Mayang. Novi dan putri ikut menertawakan Mayang.

"Jaga mulut anda ya nyonya. Berani-berani nya ada menghina keponakan saya." Tegas paman sambil mengepalkan tangannya.

"Siapa wanita itu Mayang?"tanya bibi yang sudah berdiri disamping ku

" Mantan ibu mertua Mayang bi." Jawab ku datar.

" Ooooooh.. jadi ini toh mantan ibu mertua kamu Mayang. Berarti laki-laki itu mantan suami kamu?" Tanya bibi sambil mencemooh kan mereka

"Seperti nya saya pernah melihat anda? Apa anda bekerja di PT Ruzerda?" Tanya pamanku dengan raut wajah yang tak bisa ku gambar kan.

"Iya benar saya Adam, wakil CEO PT Ruzerda." Jawab Adam sombongnya.

"Oooooooh.... " Ujar paman ku.

Istri TegarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang