"Siapa itu may" tanya Adam
"Hafiz putra mu" jawab Mayang sambil mengurai pelukanya dari hafiz. Adam sontak melebarkan mata dan mulutnya ketika melihat wajah anak kecil yang sama di waktu masa kecilnya.
"Apaaaaaaaaa." teriak Novi
"Woi.... Biasa aja dong teriaknya. Suara Lo udah kayak toa." Sahut Sofi sambil menutup telinganya.
"Enggak... Itu enggak mungkin anaknya mas Adam"ujar Novi sambil menggelengkan kepala nya. Kayak boneka yang ada di dashboard mobil.
"Yeeee nih lakor, ga percaya banget. Udah jelas-jelas muka nya mirip sama bapaknya. Masih aja bilang enggak mungkin. Mata Lo rabun ya?"dumel Anita geram.
"Tahu ini dedemit, udah kelihatan dari muka nya adam sama hafiz bagaikan pinang di belah dua. Masih aja menyangkal."ucap Sofi dengan gondok nya.
"Bener may ini anak kita"tanya Adam buat memastikan ucapan duo cabe-cabean.
"Iya Adam. Ini Hafiz anak kita Mayang."tanya Adam dengan muka tidak percaya nya.
Mayang membungkuki badan nya agar sejajar dengan putranya. Sambil memegang kedua pundak hafiz. "Itu ayah hafiz, bukan kah hafiz berharap ketemu ayah. Sekarang ayah sudah ada di depan hafiz. Beri salam dulu sama ayah sayang "ucap Mayang dengan suara lembutnya.
Hafiz mengangguk an kepalanya. "Hallo ayah, ini hafiz."ujarnya sambil mengambil tangan Adam dan mencium nya.
Adam terdiam, mulut nya keluh tidak bisa mengucapkan sepatah atapun. Hanya bisa memandangi putra yang baru di ketahui nya.
"Kenapa adam, bukan kah ada yang mau anda bicarakan?"tanya Mayang dengan bosan.
"Ah.. iya... Itu "ucap Adam gugup
"Apa dam, kenapa hanya ah.. iya.. itu. Apa tidak ada kosa kata lain yang bisa anda ucapkan??"
"Eeeehm.. Ibu ingin bertemu sama kamu."
"Buat apa ibu ingin bertemu sama saya? Bukankah hubungan kita sudah selesai?"ujar Mayang dengan heran
"Ibu, mau kita bersama lagi?"
"Maksudnya bersama bagaimana?"
"Kita rujuk may."ungkap Adam
"Alah..... Ngapain kamu bilang rujuk segala, mas. Bilang aja ibu mau Mayang memberikan rumah kalian dulu. Biar bagaimana pun itu rumah milik kamu. Pake alasan rujuk segala." Geram Novi mendengar ucapan sang suami.
"Ooooooh.. jadi maksud nya anda kita rujuk biar rumah itu bisa kalian tempati begitu."
"Iya.. eh enggak may. Aku mau kita rujuk. Demi anak kita, iya may demi anak kita."kilah Adam menutupi kegugupannya.
"Hmmmm.. demi anak ya, adam. Itu kenapa anak kamu tidak kamu peluk atau cium?"tanya Mayang.
"Aaaaah.. itu... Itu apa dia mau aku peluk may?"tanya adam
"Iiiisssssh... Udah lah mas, kamu itu gimana sih. Tujuan kamu cari Mayang untuk mendapatkan sertifikat rumah kalian. Ngapain berbelit-belit. Pakai bilang mau rujuk segala. Bikin emosi aja."papar Novi.
"Diam kamu Novi"bentak Adam. Karena Novi sudah memberitahu yang sebenarnya pada Mayang.
"Loh bukanya itu hak saya? Kenapa kalian minta?"tanya Mayang dengan heran sambil melihat Sofi dan Anita. Sofi dan Anita hanya mengangkat bahu mereka.
"Aku butuh surat-surat rumah buat pinjam uang ke bank may".jujur Adam. "Dasar mulut lemes, pake acara bongkar segala. Kalau Novi enggak bilang yang sebenarnya kemungkinan besar Mayang mau rujuk."batin Adam merasa kesal karena ulah istri nya.
"Oooooh... Begitu,hanya karena surat rumah anda mencari saya." Ujar Mayang sambil menganggukan kepala nya. "Ya sudah, tapi dengan syarat anda harus membayar harga rumah tersebut? Bagaimana dam?"lanjut Mayang.
"Loh, kok begitu... Itu kan hak nya mas Adam. Mas Adam yang membelinya pakai uang nya sendiri. Kenapa mas Adam harus membeli nya."ujar Novi tidak mau kalah.
"Eh.... Dengar ya ulet keket... Rumah itu harta gono-gini yang udah jadi hak nya Mayang. Bukan hanya Adam lagi. Paham kan Lo belatung"geram Sofi dengan kebodohan Novi.
"Novi.. Novi.. lo itu bod*h atau tol*l sih. Heran deh gue sama isi kepala Lo itu. Dan Lo juga dam, udah jelas itu haknya Mayang tapi kenapa juga masih Lo minta. Lo berdua sama-sama aneh."ujar Anita.
"Aaargh tau lah.. yuk mas kita pulang.. percuma aja kita masih disini."omel Novi sambil menarik Adam untuk pergi keluar dari ruangan itu.
"Bun, yang tadi itu siapa? Kok ayah enggak mau peluk hafiz ya Bun?"tanya hafiz setelah Adam dan Nofi keluar dari ruangan.
Deg
"Itu Tante Novi sayang. Ayah mau kok peluk hafiz."jawab Mayang.
"Istri ayah ya Bun?
"Iya sayang."ungkap Mayang.
"Yuk, pulang Bun. Hafiz ngantuk"ungkap hafiz. Dengan mata nya yang sayup-sayup.
"Ya udah kita pulang ya sayang. Salim dulu sama Tante Sofi dan Tante Anita. Sof, nit gue sama hafiz pulang dulu ya." Pamit Mayang. Hafiz mencium tangan Sofi dan Anita.
"Ok kapan-kapan kita kerumah Lo ya"
"Ok sip"
Mayang dan hafiz berjalan menuju mobil mereka. Dan bergegas pulang kerumah. Dilihatnya hafiz yang sudah tertidur karena lelah. Mayang mengulurkan tangan kiri nya dan mengelus rambut hafiz dengan penuh kasih sayang.
Entah apa yang ada di pikiran Adam, meminta kembali rumah yang sudah menjadi haknya. Bukan kah Adam bekerja dan mempunyai banyak aset.
Sesampai nya dirumah, Mayang membangunkan hafiz. "Sayang, kita sudah sampai rumah. Bangun yuk, hafiz mandi dulu ya sayang baru tidur lagi."
"Hhmmm. Iya Bun,"dengan suara khas bangun tidur nya.
Mayang menutup pintu mobil dan menguncinya dan menutup pagar rumah sambil mengunci pagar. Lalu berjalan menuju toko kue nya melewati pintu belakang toko. Memeriksa keadaan toko.
"Gimana Bu Hani Bu Siska? Ada pesanan?"tanya Mayang sambil mengecek laporan penjualan dan catatan pesanan kue.
"Udh pulang Bu, pesanan kue ada Bu. Dua tempat, buat Minggu depan."jawab Bu Hani.
"Ya sudah kalau begitu Bu, saya kedalam dulu mau bersih-bersih dan menyiapkan makan malam".ungkap Mayang
"Maaf Bu Mayang, saya sudah menyiapkan makan malam. Ibu istirahat saja."ujar Bu Siska.
"Ya ampun makasih ya Bu, jadi enak ngerepotin Bu Hani, Bu Siska. Kalau gitu saya masuk dulu ya Bu, kunci nya nanti taruh aja di tempat biasa."pinta Mayang
"Iya Bu"
Mayang lalu berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya. Dan melaksanakan ibadah sebelum waktu habis. Sehabis sholat, Mayang menuju kamar hafiz di lihatnya hafiz sedang membuka buku pelajaran nya dan mengajak hafiz untuk makan malam bersama.
Selesai makan malam Mayang merapikan piring-piring bekas makan mereka dan menyucikannya. Tak lupa pula Mayang membuat kopi dan cemilan sebagai pelengkap saat kerjanya. Mayang harus memeriksa semua laporan-laporan yang telah di bawa nya dari butik.
Mayang berniat untuk membuka cabang di dekat rumahnya. Mayang tidak pernah ada kata menyerah untuk memberikan yang terbaik buat hafiz. Kebahagiaan putranya, pendidikan putranya menjadi prioritas Mayang.
Tak terasa sudah hampir tengah malam Mayang berkutat di ruang kerjanya. Mayang langsung merapikan semua laporan dan mengistirahatkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Tegar
RomanceApa jadi nya jika dalam suatu pernikahan dihadirkannya orang ketiga. Itulah yang dialamin oleh Mayang yang harus menghadapi wanita lain dalam kehidupan sang suami Adam. Lika liku kehidup yang datang baik dari mertua, ipar dan selingkuhan sang suami...