"Pak!"
"Eh." Gandi mengerjap berkali-kali setelah sadar dari lamunan. Dia lantas menyambut uluran tangan Dita. "Kamu dari tadi nyampenya?"
"Barusan, kok, Pak."
"Kita ngobrol di dalam aja kali, ya, biar lebih enak."
Dita mengangguk. "Baik, Pak."
Gandi pun beralih membuka pintu gerbang, lalu mempersilakan Dita masuk lebih dulu.
"Tunggu di ruang tamu, aku masukin mobil dulu."
"Baik, Pak." Dita pun berlalu sambil menarik koper berukuran besar.
Sementara Gandi, sesaat malah bengong. Tiba-tiba dia akan serumah dengan perempuan secantik itu? Entah akan seperti apa hari-hari selanjutnya.
"Papi ...!"
Teriakan Dea membuat Gandi tersentak. Dia lekas masuk ke mobil dan melajukannya menuju garasi.
Setibanya di ruang tamu, Gandi malah mendapati Dita sedang beres-beres. Sekadar merapikan letak bantal sofa, membenarkan kaitan gorden, dan menyingkirkan gelas bekas yang Gandi sendiri lupa sejak kapan ada di atas meja itu.
"Loh, eh, loh, eh?" Gandi sampai bingung bagaimana harus menegurnya. "Duduk aja dulu. Kok malah sibuk, sih?"
"Nggak apa-apa, Pak. Nantinya, kan, ini jadi tanggung jawab saya juga."
"Tanggung jawab kamu cukup jaga Dea."
Mendengar nama itu, Dita seolah baru sadar bahwa Gandi sedang menggandeng gadis cilik. Dia lekas menghampirinya dengan ekspresi sehangat mungkin. Ini bagian paling penting untuk kelancaran pekerjaannya. Dia harus memberikan kesan pertama yang baik terhadap anak itu.
"Jadi ini yang namanya Dea?" tanya Dita basa-basi dengan nada ceria. Dia jongkok untuk mengimbangi tinggi badan Dea.
Dea diam saja, lalu mendongak menatap papinya, seolah bertanya, dia siapa?
"Aku Sus Dita, mulai sekarang akan gantiin Bibi jadi temannya Dea kalau Mami Papi lagi nggak di rumah."
Dea masih tampak bingung. Anak seumur dia memang tidak semudah itu menerima orang asing.
"Mata Dea cantik banget, deh. Besar dan berbinar. Mirip matanya Elsa."
Mendengar nama salah satu karakter animasi favoritnya, mata Dea langsung membulat. "Tante kenal Elsa?" tanyanya dengan semangat.
Dita buru-buru mengangguk, mumpung kuncinya sudah ketemu. "Kenal, dong."
"Dea punya banyak boneka Elsa di kamar, ada bajunya juga. Tante mau lihat?"
Dita mendongak ke arah Gandi, seolah minta persetujuan. Gandi pun mengangguk.
"Yuk, kita lihat bareng-bareng." Dita menadahkan tangan, bermaksud hendak menggandeng Dea.
Dea pun melabuhkan tangannya di sana tanpa canggung lagi. Kemudian mereka melangkah beriringan. Dita sengaja meniru cara jalan Dea yang setengah jingkrak-jingkrak.
Gandi terkekeh tanpa suara melihat mereka. Karena Dea sudah ada yang ngurus, Gandi beralih ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian. Belum apa-apa kehadiran pengasuh baru itu sudah sangat terasa manfaatnya. Gandi cukup takjub melihat aksinya. Dia sangat lihai mengambil hati anak-anak.
***
Usai mandi dan berganti pakaian rumahan, Gandi sengaja menunggu Dita dengan duduk di ruang tengah. Tadi mereka belum sempat masuk ke inti obrolan. Tentu saja ada beberapa hal yang harus Gandi sampaikan, atau sebaliknya, mungkin Dita punya beberapa pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Terlalu Sibuk
RomansaDari awal Gandi paham konsekuensinya beristrikan artis yang sangat sibuk. Dia tidak mempermasalahkan istrinya jarang di rumah. Namun, ketika Gandi menemukan kenyamanan dari seorang babysitter yang baru bekerja di rumah mereka, segalanya berubah. Sem...