16 - Siapa Sebenarnya Perempuan Ini?

128 4 0
                                    

Di menit-menit terakhir menjelang jam pulang hari ini, tiba-tiba Farah mengumpulkan seluruh anggotanya di divisi marketing.

"Maaf, saya minta waktunya sebentar."

Wajah-wajah di depan Farah dipenuhi tanda tanya, karena tumben banget seperti ini.

"Saya barusan dapat kabar dari Uni, ternyata dia nggak masuk kerja beberapa hari ini karena disekap oleh suaminya. Dia malah disiksa setelah memergoki suaminya selingkuh."

Semuanya kaget mendengar kabar itu. Uni salah satu rekan kerja mereka yang terkenal disiplin, kinerjanya juga tidak pernah mengecewakan. Namun, beberapa hari ini membikin bingung semua orang, khususnya divisi marketing, karena dia tiba-tiba tidak masuk kerja tanpa keterangan dan tidak bisa dihubungi.

"Lalu, gimana keadaan Uni sekarang, Bu?" tanya salah seorang staf berhijab.

"Dia berhasil kabur berkat bantuan tetangga yang mengetahui penyekapan itu. Dia juga sudah melaporkan suaminya ke polisi dan sudah diamankan."

Beberapa di antara mereka langsung melirikan kata syukur sambil bernapas lega.

"Karena masih trauma, dia tidak bisa kembali bekerja. Dia memutuskan untuk resign dan pulang ke rumah orangtuanya untuk menenangkan diri."

"Sayang banget, ya, Bu. Padahal kerjanya bagus. Dia yang ngajarin saya pas awal masuk ke perusahaan ini," tanggap staf cowok berkacamata dengan muka sendu.

"Ya, saya juga sangat menyayangkan. Tapi, kita juga harus bisa memahami kondisi yang dialaminya saat ini. Itu pasti berat banget."

Mereka mengangguk samar.

"Nah, besok setelah jam istirahat, saya bermaksud mengajak kalian menemui dia untuk sekadar menyampaikan rasa prihatin. Bagaimana pun, dia pernah menjadi bagian dari tim ini. Untuk itu, semuanya wajib siapkan kado, ya. itung-itung tanda perpisahan, biar dia ingat terus sama kita. Nggak perlu mahal. Yang penting maknanya."

"Baik, Bu," seru mereka serentak.

"Ada pertanyaan?" Farah menyapukan pandangan. Karena tidak ada lagi yang menyahut, dia pun mengakhiri pertemuan singkat dadakan itu.

"Enaknya ngasih kado apa, ya?" tanya Gandi saat beriringan dengan Saman menuju ruangannya. Ini sudah waktunya pulang. Paling dia hanya akan merapikan ruangannya sebentar.

"Kado buat cewek harusnya gampang, sih. Banyak pilihan."

"Contohnya?"

"Tapi, Uni, kan, karakternya kalem, agak misterius gitu, jadi agak susah, nih."

"Tadi katanya gampang." Gandi berdecak.

"Ini sambil mikir juga, tahu."

"Ntar malam mau nyari bareng nggak?"

Seketika langkah Saman terhenti. "Sori, aku nggak bisa."

"Kenapa?" Gandi ikut berhenti.

"Ada urusan penting."

"Sok penting." Gandi mencebik. "Jujur aja, mau jalan sama cewek yang mana lagi?"

"Selain penting, ini juga rahasia." Saman pun kabur ke kubikelnya, mematikan komputer, mengambil tas dan bergegas pulang, sebelum Gandi mencegatnya.

Gandi hanya geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya itu.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan lanjutannya, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca. Atau langsung ketik judul cerita juga boleh.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Istriku Terlalu SibukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang