19 - Diam-Diam Memperhatikan

97 4 0
                                    

Setelah pangkal alisnya bertaut sekian detik, tawa Gandi meledak kemudian.

"Aku tahu, sih, sebucin apa dulu kamu sama Anin, sekeras apa perjuangan kamu buat dapatin dia. Tapi ...." Gandi berusaha menekan tawanya. "Aku nggak nyangka sampai sekarang kamu masih mikirin dia."

Saman berdecak samar. Gandi hanya tidak tahu, apa penyebab Anin tidak bisa menerima cinta Saman dulu.

"Udah belasan tahun, loh." Gandi menatap Saman tidak percaya. "Lebih parahnya lagi, sekarang kamu malah nganggap orang lain adalah dia?" Gandi serta-merta meletakkan telapak tangannya di kening Saman, berlagak mengecek suhu tubuh sahabatnya itu. "Kamu masih waras, kan?"

Saman buru-buru menepis tangan itu.

"Dita sama Anin mirip dari mananya coba?"

"Bukan wajahnya, Gan, tapi ...." Saman bingung bagaimana harus mengatakannya.

"Apa?"

"Aku ngerasain hal yang sama pas aku di dekat Anin. Dan ini beneran nggak pernah aku alami dengan cewek mana pun sebelumnya, selain Anin." Saman tampak sangat serius dengan ucapannya, tapi Gandi malah tertawa sambil mengibaskan tangan.

"Alah, bilang aja kamu naksir Dita, nggak usah disangkutin sama kisah cinta masa lalumu."

Saman menghela napas pasrah. "Udah kuduga reaksimu akan kayak gini. Percuma ngomong sama kamu." Saman pun bangkit dan pergi beitu saja dengan langkah panjang-panjang.

"Dih, ngambek. Nggak mau makan siang bareng, nih?"

Saman tidak menggubrisnya sama sekali.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan lanjutannya, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca. Atau langsung ketik judul cerita juga boleh.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Istriku Terlalu SibukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang